Gerbang Neraka: Desa Terakhir

Gerbang Neraka: Desa Terakhir

last updateHuling Na-update : 2025-07-15
By:  Rafi AdityaIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Mga Ratings. 2 Rebyu
73Mga Kabanata
263views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

ig author: @rafi.aditya87 Di ujung peta, tersembunyi sebuah desa bernama Angkara. Tak ada yang bisa masuk, kecuali mereka yang dipanggil atau dikutuk. Raka Prasetya, seorang jurnalis muda yang haus cerita eksklusif, menerima surat tanpa pengirim berisi potongan artikel kuno dan satu kalimat: "Datanglah ke Angkara sebelum malam merah tiba." Penasaran dan tergoda sensasi, Raka menuju desa yang bahkan tak tercatat di Google Maps. Namun, sejak ia menginjakkan kaki di tanah itu, udara berubah dingin, waktu terasa lambat, dan tatapan para penduduk seakan menembus jiwanya. Ia menemukan makam yang bernafas, suara tangis dari pohon beringin, dan seorang wanita tua yang mengaku sebagai penjaga "pintu terakhir ke neraka". Malam-malam di Angkara tak seperti malam biasa. Raka harus memilih: mencari kebenaran dan membuka pintu yang seharusnya tertutup selamanya atau menjadi bagian dari legenda berdarah yang tak akan pernah diceritakan kembali. Karena di Angkara, tidak semua yang mati bisa beristirahat. Dan tidak semua yang hidup adalah manusia.

view more

Kabanata 1

Bab 1 Kedatangan di Desa Angkara

Langit senja berubah warna menjadi merah darah saat Raka Prasetya akhirnya sampai di mulut desa Angkara. Debu menempel di wajah dan bajunya setelah dua belas jam perjalanan dari kota, menembus hutan lebat, menumpang truk tua, lalu berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang seakan tak berujung.

Desa itu terpencil, tak ada di peta digital mana pun. Ia hanya tahu dari secarik surat yang dikirim tanpa pengirim. Isinya singkat, ditulis dengan tinta merah pudar di atas kertas tua beraroma jamur:

"Datanglah sebelum malam merah tiba. Jika tidak, kau akan datang sebagai arwah."

Awalnya Raka menganggapnya lelucon. Tapi rasa penasaran sebagai jurnalis investigasi dan dorongan aneh yang tak bisa ia jelaskan membuatnya terus mencari keberadaan desa Angkara. Kini ia berdiri di depan gerbang kayu tua yang menggantung miring, separuh patah, dipenuhi simbol tak dikenal yang terukir dalam pola berulang seperti mantera.

“Permisi?” serunya.

Tak ada jawaban. Bahkan suara jangkrik pun tak terdengar.

Ia melangkah masuk. Jalan setapak membelah rumah-rumah kayu tua yang kusam dan reyot. Sebagian rumah tertutup rapat, jendelanya ditutupi papan dari dalam. Tak ada satu pun penghuni terlihat, seolah desa ini ditinggalkan... atau memang tidak pernah dihuni oleh manusia.

Tiba-tiba, suara gesekan halus terdengar dari salah satu rumah di sebelah kanan. Raka berhenti. Perlahan, sebuah jendela terbuka, menampakkan sepasang mata tua yang dalam dan kosong. Mata itu menatapnya tanpa berkedip. Lalu jendela kembali tertutup tanpa suara.

Raka merinding. Langkahnya kembali berjalan, kali ini lebih cepat.

Di tengah desa, ia tiba di sebuah lapangan kecil dengan pohon beringin besar berdiri kokoh di tengah. Akar-akar pohon itu menjulur keluar seperti tangan yang merangkak dari tanah. Di bawah pohon itu berdiri seorang wanita tua berpakaian hitam lusuh, rambutnya panjang menutupi sebagian wajahnya, dan tongkat kayu melengkung di genggamannya.

“Kau Prasetya?” tanyanya lirih.

Raka mengangguk ragu. “Iya. Raka Prasetya. Saya... mendapat surat.”

Wanita itu mengangguk pelan, namun wajahnya tetap tanpa ekspresi. “Surat itu bukan undangan,” katanya pelan. “Itu peringatan. Tapi kau datang juga.”

“Saya ingin tahu tentang desa ini. Kenapa tak ada informasi apa pun? Kenapa semua orang diam? Apakah ada sesuatu yang”

Wanita itu mengangkat tangannya, menyuruh Raka diam.

“Mereka mendengarmu,” bisiknya.

“Siapa?”

Wanita itu menatap lurus ke matanya, dan saat itulah Raka merasa ada sesuatu yang tak wajar dalam sorot mata itu. Seolah... matanya pernah melihat dunia yang berbeda. Dunia yang lebih gelap. Dunia yang seharusnya tidak pernah dijamah manusia.

“Aku penjaga gerbang,” ucap wanita itu akhirnya. “Dan kau, Raka... kau adalah kuncinya.”

Raka melangkah mundur, jantungnya berdetak cepat. “Apa maksud Ibu? Kunci apa?”

Sebelum wanita itu menjawab, dari arah hutan terdengar suara lolongan panjang. Namun itu bukan lolongan anjing. Suara itu dalam, serak, dan menggema seperti berasal dari tenggorokan makhluk yang tak memiliki bentuk.

Langit perlahan menghitam, bukan karena malam turun, tapi seperti awan kelam menggulung turun menelan langit. Angin bertiup dingin, membawa bau busuk yang menusuk hidung. Daun-daun berjatuhan, dan suara lonceng kecil terdengar berdenting di kejauhan padahal tak ada angin cukup kuat untuk menggoyangkan apa pun.

Wanita tua itu menatap ke langit. “Malam merah hampir tiba.”

Ia lalu menunjuk arah barat. Di sana, di balik reruntuhan bangunan tua, terlihat jalan kecil menurun ke arah sebuah bukit.

“Kau akan mulai mendengar suara-suara itu malam ini. Jangan menjawab mereka. Jangan melihat ke mata siapa pun setelah matahari tenggelam. Dan yang paling penting... jangan buka pintu rumahmu, meski yang mengetuk adalah suara ibumu sendiri.”

Raka menatap wanita itu dengan bingung. “Ibu bicara seperti ini... semacam tempat terkutuk.”

“Angkara bukan tempat. Angkara adalah pintu. Dan ketika dibuka, neraka tidak hanya menelan mereka yang berdosa. Tapi juga mereka yang penasaran.”

Seketika itu, terdengar ketukan. Pelan. Tiga kali.

Raka menoleh cepat ke belakang, namun tak ada siapa pun.

Ketika ia kembali menatap wanita tua itu... dia telah menghilang.

Pohon beringin bergoyang pelan. Di salah satu akar menggantung sebuah benda kecil berlumuran darah kering: potongan telinga manusia.

Angin malam berdesir, membawa bisikan samar.

"Selamat datang di Angkara, anak kunci..."

BERSAMBUNG

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Rafi Aditya
jangan lupa tinggalin komentar ya gaess biar tambah semangat upload bab nya ^⁠_⁠^
2025-07-01 12:06:04
0
user avatar
Vano Prasetya
mantap. konsisten terus thor update nya
2025-06-21 13:55:04
4
73 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status