“Eyang, aku masuk duluan ya” Kata Maya kepada Eyang putri dan Eyang kakung.
“Yasudah, jangan lupa baca doa kalau mau tidur nanti ya May” Kata Eyang putri.
“Iya Eyang, selamat malam.”
Kemudian, Maya naik ke lantai 2 menuju kamarnya setelah makan malam selesai. Lalu,
“Eyang, si Maya akhir-akhir ini kok jadi sedikit aneh? Apakah ada sesuatu yang sudah terjadi pada Maya yang aku tidak tahu?” Tanya Reno sembari sedikit berbisik kepada Eyang putri.
“Tidak apa-apa Reno… Maya itu memang begitu, suka berhayal yang tidak-tidak sejak dulu. Kamu tidak usah mengkhawatirkannya, fokus saja dengan pekerjaanmu.” Kata Eyang kakung.
Reno hanya menganggukkan kepalanya sembari merapihkan piring bekas makannya dan setelah itu, Reno mengajak Ayu kembali ke kamar setelah berpamitan dengan Eyang kakung dan Eyang putri.
Maya membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur di dalam kamarnya sembari bermain ponsel. Lalu, dia iseng-iseng berselancar di internet dengan membuka kata kunci ‘Lemari Antik’. Kemudian, ada banyak sekali artikel yang membahas tentang lemari antik itu. Lalu, ada sebuah artikel yang menarik perhatiannya pada saat itu. Artikel itu sepertinya membahas tentang sebuah lemari yang sudah memakan banyak korban jiwa di sebuah perkampungan yang namanya disamarkan. Kemudian, dia iseng-iseng membuka artikel itu, dan,
‘Loh, kok seperti rumahnya Eyang?’ Kata Maya sembari memperhatikan sebuah gambar rumah yang ada di artikel itu.
Dan ya, artikel itu membahas tentang sebuah lemari yang pernah di bicarakan oleh pakde Yono dan juga sosok-sosok makhluk yang datang ke kamarnya tempo hari. Di situ dikatakan, beberapa tahun yang lalu, sebuah keluarga pernah mendiami rumah yang besar nan mewah itu.
Kemudian, keluarga itu menjadi orang yang sangat kaya pada saat itu secara tiba-tiba. Dan, setelah beberapa hari berlalu, tiba-tiba semua warga yang ada di sebuah perkampungan itu secara mendadak meninggal dunia. Sontak, warga yang tinggal di bawah perkampungan itu dibuat geger.
Dan lagi, usut punya usut, dalang dibalik kematian seluruh warga yang ada di kampung itu adalah keluarga yang tinggal di rumah mewah itu. Yang paling meresahkan, beredar rumor dari seseorang kalau keluarga itu membuat perjanjian dengan para setan dengan tujuan untuk memperoleh kekayaan yang tiada batas.
Lalu, para setan itu menyetujui perjanjian dan menjelma menjadi sebuah lemari. Ada sebuah syarat yang diberikan oleh para setan kepada keluarga itu. Yaitu, setiap hari, keluarga itu harus mencari tumbal untuk mereka dan tumbal-tumbal yang sudah berhasil di cari oleh keluarga itu, akan dibawa oleh para setan setiap pergantian hari kamis dan jum’at.
Setiap pukul 00.00 dini hari, orang-orang yang sudah di targetkan oleh para setan itu, akan meninggal secara tiba-tiba.
‘Eh, kok sama seperti ceritanya pakde Yono? Emm… Mustahil kalau pakde Yono yang membuat artikel ini. Tapi kok sama persis dengan yang ceritakan oleh pakde?’ Kata Maya dalam hati. Lalu,
“Tok tok tok… May… Kamu sudah tidur?” Seseorang mengetuk pintunya Maya sembari berkata dengan nada bicara yang lembut.
“Siapa itu?” Tanya Maya.
“Ini Eyang May”
“Ah, masuk Eyang”
Ternyata, orang yang tadi mengetuk pintu kamarnya Maya adalah Eyang putri. Mendengar perkataannya Maya, Eyang putri langsung membuka pintu kamar, lalu menutupnya kembali dan masuk ke dalam.
“Eyang kira kamu sudah tidur May” Kata Eyang sembari mendudukkan dirinya di atas tempat tidurnya Maya.
“Belum kok Eyang, aku masih membaca sebuah artikel di internet. Dan, coba lihat ini deh Eyang… Sepertinya, artikel ini membahas tentang rumahnya Eyang” Kata Maya sembari menunjukkan sebuah artikel yang ada di ponselnya kepada Eyang putri.
Kemudian, Eyang putri mengambil ponselnya Maya dan mulai membaca artikel itu secara perlahan mulai dari awal. Dan,
“Emm… Maya… Sepertinya…”
“Apa Eyang? Ada apa? Apakah cerita yang di tulis di artikel itu adalah benar adanya Eyang?” Tanya Maya kepada Eyang dengan rasa penasarannya yang menggebu-gebu.
“Emm… Hehe… Maaf nih May, Eyang kan sudah tua nih, sepertinya Eyang…”
“Apa Eyang? Apakah Eyang tau sesuatu tentang cerita itu?”
Belum sempat Eyang putri menyelesaikan perkataannya, Maya terus-terusan memotong pembicaraannya Eyang putri sangking penasarannya dengan cerita itu.
“Hei! Eyang belum selesai bicara, sudah kamu potong-potong! Dengarkan dulu Eyang bicara!” Bentak Eyang putri dengan nada bicara yang pelan karena takut membangunkan yang lain.
“Eh! Iya ya, hehe. Maaf ya Eyang, aku sangat penasaran dengan cerita itu, hahaha” Kata Maya kepada Eyang putri dengan sedikit tertawa.
“Cerita apa!?” Tanya Eyang putri.
“Ya… Cerita yang ditulis di artikel itu Eyang”
“Eyang ini kan sudah tua, untuk melihat wajah kamu saja harus pakai kacamata dulu. Nah, tadi Eyang lupa memakai kaca mata, lalu kamu menyuruh Eyang untuk membaca, apa itu tadi namanya? Artikel ya? Ha, bagaimana Eyang bisa membacanya, sedangkan mata Eyang sudah rabun begini.”
“Lah!! Terus, kenapa Eyang tidak mengatakannya dari awal, hadehhhh…” Kata Maya dengan raut wajah yang sedikit jengkel kepada Eyang putri.
“Loh, bagaimana Eyang mau mengatakannya kepada kamu, wong kamu juga dari tadi terus-terusan memotong perkataan Eyang!” Kata Eyang putri.
“Hadehhh… Yasudah, sini ponselnya Eyang, biar Maya saja yang membacakannya untuk Eyang.”
Kemudian, Eyang putri memberikan ponsel itu kepada Maya, lalu Maya membacakan artikel itu mulai dari awal secara perlahan.
Eyang putri mendengarkan Maya yang tengah membacakan artikel itu dengan serius. Sampai beberapa saat, Maya telah selesai membacakan artikel itu. Eyang putri kemudian terdiam sejenak dan sepertinya sedang memikirkan sesuatu.
“Sudah Eyang? Jadi, bagaimana menurut Eyang?” Tanya Maya dengan nada bicara yang sedikit lembut kepada Eyang putri.
“Emm… Emm… Ha!”
“Ha, apa itu Eyang? Apa itu, Apa yang Eyang ketahui tentang cerita itu? Tanya Maya.
“Ha… Sepertinya kita sambung besok saja ya, Eyang sudah mengantuk nih, hehe”
“Ihhh Eyaaaaaang!!!” Bentak Maya dengan perasaan yang sangat-sangat kesal kepada Eyang putri.
“Hahaha, iya nih May, Eyang sudah mengantuk, besok saja ya, hehe” Kata Eyang putri sembari tertawa.
“Hadehhh… Yasudah deh, tapi bener ya Eyang, awas kalau Eyang bohong!” Kata Maya.
“Hahaha, kalau ingat ya” Kata Eyang putri kepada Maya sembari berjalan kearah pintu.
Setelah itu, Eyang membuka pintu kamarnya Maya dan menutupnya kembali, kemudian berjalan menuju kamar.
‘Wah, sepertinya berita itu sudah tersebar luas! Aku harus sedikit waspada karena cucuku sepertinya sudah mengetahui tentang asal-usul lemari itu’ Kata Eyang putri dalam hati sembari berjalan menuju kamarnya.
“Bagaimana dengan cucuku kita itu? Apa saja yang kalian bicarakan tadi?” Tanya Eyang kakung kepada Eyang putri.
“Tidak ada mas, kami hanya mengobrol santai saja tadi. Tapi mas, sepertinya berita tentang lemari itu sudah tersebar luas loh… Sampai tadi, Maya mengatakan kalau berita tentang lemari itu sudah masuk ke apa itu namanya, net… net… apa itu…? In… Internet ya kalau saya tidak salah mas.” Kata Eyang putri kepada Eyang kakung.
“Internet? Apa itu?”
“Emm… Saya juga kurang paham mas, intinya, kalau sebuah berita sudah sampai masuk ke internet, katanya sih sudah terkenal. Begitulah kira-kira mas”
“Ah, yowes lah, besok saja di bahas”
Setelah pembicaraan selesai, Eyang kakung dan Eyang putri tertidur.
Keesokkan harinya setelah selesai sarapan pagi.
“Eyang, kami berangkat dulu ya” Kata Reno sembari berpamitan dengan Eyang kakung dan Eyang putri.
“Iya, hati-hati di jalan ya” Kata Eyang kakung.
“Iya Eyang”
Setelah itu, Reno dan Ayu berangkat menggunakan mobil menuju ke lokasi tempat Reno bekerja.
“Eyang, aku juga pamit ya…” Kata Maya sembari berdiri dari tempat duduk di ruang makan.
“Yah sudah, kita serang dia sama-sama saja!” teriak Pakde Yono. “Oke!”Akhirnya, perdebatan pun selesai dan mereka memutuskan untuk menyerang Rio bersama-sama. Namun, saat mereka berdua melihat ke arah tempat Rio berdiri tadi, tiba-tiba Rio sudah tidak ada disana. Pakde Yono dan Pakde Gunawan sempat melihat ke sekeliling, tapi tetap tidak terlihat karena gelap. Lalu, mereka berdua menghidupkan lampu senter yang mereka genggam di masing-masing tangan kanan mereka, lalu menyorotkan lampu senter itu ke segala arah dan terhenti tepat di posisi awal Rio berdiri tadi. “Eh, Yono, dia tidur tuh!” bisik Pakde Gunawan sambil menyorotkan lampu senternya kearah Rio yang terlihat tengah tertidur pulas di atas tanah, tepat di hadapannya. “Kita serang aja, bagaimana?” tanya Pakde Yono dengan raut wajah yang penuh semangat.Awalnya, Pakde Gunawan hanya diam dan berpikir, kalau dia menyerang Rio dalam keadaan tertidur seperti itu, itu adalah tindakan seorang pengecut. Namun, kalau dia me
Crooot! “Uhuk-uhuk~” Gedebuk!Pria itu mencabut bayangan hitam yang membentuk sebilah keris dari perut sesosok wanita itu dan seketika, sesosok wanita itu terjatuh dan tergeletak ke tanah. Dia terbaring lemah dengan sebuah lubang melingkar di perutnya, serta mengeluarkan darah berwarna hitam dari lubang bekas tusukan itu. Wusshhhh …Pria itu menghilangkan bayangan hitam berbentuk keris panjang yang tengah di pegangnya tadi dan kemudian, dia pun berjalan kearah Sukma, Pakde Gunawan dan Pakde Yono. “Eh-eh, dia berjalan kesini, tuh!” bisik Pakde Yono sambil perlahan berjalan mundur dengan raut wajah yang mulai terlihat panik. “Sssttt! Tenang, Yono, tidak perlu panik,” kata Pakde Gunawan yang masih terlihat tenang.Sukma langsung mematikan lampu senternya, setelah melihat kalau si pria itu sedang berjalan kearahnya dan hanya bisa meramas baju yang dikenakan oleh Pakde Gunawan dan bersembunyi di balik tubuhnya. Dia sangat takut dan tak tahu harus berbuat apa pada saat
“Tadi, Pakde dan Non Maya menyusuri hutan ini ketika kami pergi dan pulang ke rumah Eyangnya Non Maya. Kita sengaja ke sini, siapa tahu bisa menemukan petunjuk keberadaan dari Non Maya,” sahut Pakde Yono. “Hmm, seperti itu … lalu, bagaimana kalau ternyata, Maya tidak ada di hutan ini, Pakde?” tanya Sukma. “Yah, kita pulang saja kalau begitu. Kalau sudah tidak ada, untuk apa dicari lagi, ‘kan?” tanya balik Pakde Yono. “Yeee, tidak begitu, dong, Pakde … masa’ Pakde ingin pasrah semudah itu … jangan …,” “Loh, kalau sudah tidak ada, harus diusahakan agar kembali ada? Coba, kalau kamu memiliki kekasih, tapi kalian berdua telah mengakhiri hubungan kalian, dan kamu tidak memiliki rasa cinta lagi padanya. Namun, kekasihmu itu, memaksamu untuk kembali mencintainya. Bagaimana?” tanya Pakde Yono, memotong perkataan Sukma
“Maya sudah tidak ada di dunia ini lagi,” “Apa!!!”Sontak, siapapun yang mendengar itu, pasti sangat terkejut. Bagi orang-orang yang memiliki pemikiran layaknya manusia biasa, pasti menganggap kalau perkataan dari Eyang kakung itu, mengatakan kalau Maya telah tiada. “Ma-Maya … Maya telah …,” “Ah, tidak. Bukan seperti itu maksud dari Tuan Ajie, Mbak … tidak ada di dunia ini lagi itu maksudnya, Maya sudah dibawa ke dunia lain, oleh sesosok makhluk tak kasat mata. Begitu lah sekiranya," jelas Pakde Gunawan, memotong perkataan Ibunya Sukma.Seketika, semua orang yang mendengar itu, langsung menghela nafas lega. Namun, tak sampai disitu, “Dibawa oleh makhluk tak kasat … loh, Maya diculik!?” tanya Eyang putri dengan raut wajah panik yang tergambar jelas di wajahnya. “Secara teknis, memang sepert
“Hihihi … aku tidak tahu kalian ini siapa, dan mengapa kalian mengejar anak itu. Aku beritahukan kepada kalian semua, ya … ini wilayahku, dan anak itu adalah tamuku. Jadi, jangan coba-coba untuk mengganggunya, atau kalian akan berurusan denganku. Mengerti?” tanya Ibunya Rani, yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Pria itu. “Hahaha … bukan ingin bermaksud merendahkan kamu, ya, tapi … makhluk-makhluk rendahan seperti kalian ini, tidak lebih dari seekor anjing yang berani menggonggong ketika berada di wilayahnya, dan menjadi seekor kucing ketika berada diluar wilayahnya,” kata Pria itu dengan lantang, berusaha membuat sosok Ibunya Rani marah padanya.Tidak tahu apa yang membuat Pria itu sangat yakin sampai dia berani berbicara seperti kepada sosok Ibunya Rani, padahal tempat itu adalah wilayahnya. Namun, bukannya marah, Ibunya Rani malah tertawa cekikikkan sambil bertepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.
Belum sempat Maya menyelesaikan pertanyaannya, Ibu nya Rani langsung menyuruh Maya untuk diam dan tak bersuara sedikitpun sambil menunjuk kearah bawah. Dengan terpaksa, Maya memberanikan diri untuk melihat kearah bawah. Ternyata, orang-orang yang tengah mengejar Maya, telah sampai di dekat pohon, tempat Maya, Ibu nya Rani, dan Rani bersembunyi. ‘Eh, it ….’Ibu nya Rani meminta Maya untuk tak bersuara sedikitpun. Lalu, dia berbicara dalam hati, untuk menghindari keributan. Namun, belum sempat Maya berbicara dalam hati, Ibu nya Rani langsung membungkam mulutnya, untuk mengejutkannya dan membuatnya diam sepenuhnya. “Hmm?”Terlambat sudah, membuat Maya untuk tidak bersuara. Terlihat dari raut wajah Pria yang memimpin pengikutnya, tiba-tiba tersentak dan merasakan setitik suara yang masuk ke telinganya. Sebagian pengikutnya sudah berlari cukup jauh dari lokasi pohon besar itu, dan seketika, Pria itu bert