4 hari telah berlalu dan waktu menuju babak pertama turnamen akan di mulai 10 hari lagi. Eiji yang telah bangun dari tidurnya pun telah berada dalam kondisi siap di ruang tamu bersama Jirou dan Satsuki.
Mereka memeriksa status dan perlengkapan masing-masing sebelum berangkat ke gua persembunyian dari Genbu, sembari menunggu Tiara melakukan persiapannya.
“Uhh! Astaga, tidurku benar-benar nyenyak sekali! Ranjang yang mereka gunakan sangatlah berkualitas, berbeda sekali dengan ranjang di rumahku!” tanya Jirou yang bersemangat
“Yah, kurasa lumayan juga” sahut Eiji
“Kalau begini, aku merasa bisa melawan seberapa banyakpun musuh sehari penuh!” ucap Jirou
“Jangan besar kepala seperti itu. Kau memiliki level yang paling rendah di bandingkan aku dan Satsuki, kau lah yang harus hati-hati!” sahut Eiji
“Urgh! Berisik lah kau, tidak perlu bawa-bawa level jika di dalam game ini!” gerutu Jirou
Eiji yang melihat sosok Genbu dengan mata kepalanya sendiri pun tertegun diam dengan takjub. Sosok raksasanya bukan hanya memancarkan aura yang agung dan kuat, tetapi tekanan yang di berikan benar-benar berbeda di bandingkan makhluk lain yang ada di dalam Linked Evolution. “(Dia adalah Genbu?!)” batin Eiji [ Nama : Genbu ][ Level : 250 ][ HP : 5.000.000/5.000.000 ] Tatapan ganas dari Genbu saat itu mengarah kepada Eiji dengan amarah yang tersirat jelas. “Membantu?! Aku, Genbu. Sang dewa penjaga membutuhkan bantuan seorang manusia?! Ini Penghinaan!” gerutu Genbu Genbu mengangkat satu tangannya dan di ayunkan dengan kuat ke arah mereka berempat yang berdiri di bawah. *WUSH* Ayunan tersebut terlihat tak main-main dan memiliki niat yang tidak bagus. Eiji yang menyadari hal tersebut sontak melompat maju ke depan dan memasang kedua lengannya untuk menahan serangan itu. “Celaka!” *BUAAKK* Hantaman keras
Mendengar ucapan Genbu saat itu membuat semua orang terutama Eiji terkejut diam. Kata-kata melawannya berada di luar pikiran dan tak tertebak. Bagaimana mungkin tidak? Genbu adalah seorang dewa, jika itu di hadapi oleh Eiji yang bahkan dalam status masih berada di level 78 tidak akan sebanding.“Disini, sekarang juga. Seluruh area ini adalah area pertarungannya. Kau dan aku, satu lawan satu. Jika kau bisa menang melawanku, maka tawaran bantuanmu itu akan ku terima. Dan jika kau kalah….”Menunggu lanjutan dari Genbu, membuat Eiji menelan salivanya dan melotot kuat penuh dengan rasa gentar yang menyebar di seluruh tubuh.Dan ketika Genbu membuka mulutnya, jawaban mengerikan dia lontarkan kepada Eiji.“Kau dan kedua temanmu akan menjadi santapanku!”Perasaan merinding dan hawa tekanan yang begitu kuat dari ucapan Genbu benar-benar merasuki tubuh Eiji, Jirou dan Satsuki. Mereka bertiga tertegun diam dengan bulu roma yang
Eiji yang menantang Genbu dengan lantang pun membuatnya terprovokasi. Dia membuka mulutnya yang begitu besar dan lebar untuk menggunakan serangan energinya.“Menarik sekali, manusia! Sampai mana sifat aroganmu itu akan bertahan, aku sangat menantikannya!”Sebuah energi layaknya kumpulan air yang terserap dari sekitarnya menggumpal di depan mulut Genbu yan terbuka lebar.“Mizubehebi”*ZUOOR*Energi tersebut di lepaskan dengan kuat dan membentuk sebuah ular air yang melesat dengan cepat ke arah Eiji.Eiji yang tak gentar saat itu pun tak bergerak dari posisi berdirinya dan berbalik menantang ke arah serangan yang mengarah padanya.“Majulah!”“SHAAA!!”Yang tak di ketahui Genbu adalah Eiji telah menyiapkan sebuah serangan balik di belakang tubuhnya. Dengan menggunakan Skill Sling Claw, Eiji membentuk wujud energi lengan transparan yang mengepal kuat bongkahan tanah.
Alih-alih dari hal itu, Genbu yang hanya memiliki tiga kaki yang tersisa pun menjadi terjatuh dan sulit untuk mempertahankan posisi berdirinya.*DUM DUM*“Urrghh!”Eiji yang melihat kondisi Genbu cukup buruk pun mulai kembali bangkit dari posisi menunduknya. Dia berdiri dengan tegap melihat Genbu yang terjatuh dan berlumuran dengan darah di mana-mana.Sungai yang seharusnya memiliki air yang begitu jernih, dan juga tanaman yang segar dan hijau telah di cemari oleh darah yang begitu pekat.Walaupun pemandangan di sekitar terlihat cukup mengerikan akibat darah yang mengotori sekitarnya, tetapi Eiji tidak mempunyai pilihan. Tak hanya nyawanya saja, tetapi seluruh player yang terlibat dalam Linked Tournament sedang menjadi taruhannya.Eiji tidak ingin melihat siapapun mati hanya karena sebuah game saja. Meskipun terdengar naif, tetapi Eiji ingin menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali. Karena itu, apapun yang terjadi, Eiji berkepu
Ucapan Genbu saat itu benar-benar mengejutkan mereka berempat yang mendengarnya. Walaupun itu berada di dalam game, entah kenapa ucapannya terasa seolah nyata dan penuh dengan kekhawatiran yang tersirat di dalamnya.Di antara mereka semua, hanya Eiji lah yang menjadi player untuk mengetahui bahwa nyawa di dalam game sama berharganya dengan di dunia nyata.Setelah mengingat hal itu lagi, Eiji kembali menjadi ragu untuk menetapkan pilihannya. Gertakan gigi dan kepalan tangan yang begitu kuat, memperlihatkan betapa bencinya Eiji terhadap dirinya yang bimbang. Walaupun hati berkata untuk teguh, tetapi tubuhnya mulai gentar untuk memutuskan.“(Sial! Apa yang aku Takutkan?! Jika berhenti di tengah jelan, apa yang bisa aku lakukan nantinya?! Membiarkan orang-orang di dalam game ini mati?! Entah berapa banyak player yang dahulunya telah di rubah menjadi NPC ke dalam game oleh Suei. Aku tidak ingin mereka mati sepenuhnya di dalam dunia ini!)”Kep
Wanita yang di temui Eiji secara tidak sengaja di dalam bar tersebut pun telah menebak tujuannya dan memberikan sebuah tawaran untuk diskusi.Dia membawa Eiji ke dalam sebuah ruangan yang tersedia di dalam bar tersebut. Sepasang laki-laki dan wanita yang berada di satu ruangan. Eiji yang berada di umurnya yang masih remaja, tentu saja sulit untuk memalingkan pandangannya dari wanita itu yang duduk di depannya dengan kaki yang di lipat di depannya.Tubuh yang menggoda dan pakaian tipis terlihat setiap kulitnya yang begitu halus. Terlebih lagi, dua buah dada yang cukup besar dan wajah yang menawan itu bagaikan paket yang sangat lengkap bagi seorang wanita dewasa.“(Sial, situasi macam apa ini?! Tenanglah, tenanglah, tenanglah! Berhenti berpikir aneh-aneh wahai kau pikiran laki-laki!)”Eiji berusaha untuk tetap menyadarkan dirinya dengan menghipnotis dirinya sendiri dengan sugesti yang kuat untuk bertahan dari godaan di hadapannya.Namun,
- Gua persembunyian Genbu -Dimensi yang di buat sendiri oleh Genbu terlihat sama indahnya seperti sebelumnya. Genbu yang sedang berdiri tinggi di atas air terjun bersama Tiara di belakangnya. Jirou terlihat sedang memakan apel dan duduk melihat ke depan di mana air terjun itu berada.Lezatnya rasa apel yang Jirou makan dapat diketahui dengan jelas dari suara dan ekspresinya saat itu yang cukup mendalami. Namun, kedua matanya itu terlihat sangat terbuka lebar seolah sedang melototi sesuatu.Dan tak lain lagi, Jirou sedang melihat ke arah air terjun dimana Satsuki berada. Di tengah-tengahnya, Satsuki hanya menggunakan pakaian putih dan sedang bermeditasi di bawah air terjun yang begitu deras untuk menenangkan pikirannya.*ZRAASHH*Jirou yang melihat Satsuki pun mulai menajamkan kedua matanya seolah berusaha untuk lebih fokus.“Hmm… sedikit lagi… 78 cm… tidak… sepertinya 85!”Otak laki-laki sepert
Eiji dan Satsuki yang di tengah perjalan bertemu dengan Natsuki pun menjadi sontak terkejut untuk sesaat. Terlebih lagi, Satsuki yang bahkan tidak mengenalinya.“Natsuki” gumam Eiji“Natsuki?” sahut Satsuki yang menatap bergantian dari Natsuki ke EijiDi sisi lain, Natsuki yang menyadari keberadaan Satsuki yang cukup asing baginya pun menjadi sedikit tertarik.“Ara? Eiji, kau membawa temanmu?” tanya Natsuki“Ya. Namanya Satsuki” sahut EijiDengan tersenyum ramah yang terukir di wajah Natsuki, dia menyodorkan jabatan tangan kepada Satsuki untuk saling berkenalan.“Senang bertemu denganmu, Satsuki~”Berbeda dengan Satsuki yang tersenyum ramah, Satsuki terlihat cukup diam dengan tatapannya yang tajam kepada Natsuki.“Senang bertemu denganmu juga, Natsuki”Keduanya berjabat tangan hampir lebih dari tiga detik dan saling menatap tajam antar satu sa