Lorena is the story of a cute African white girl who meets with popular influencer and CEO of The trends magazine, Freddy Da Silva a citizen of a foreign country she loved. Lorena is a strong motivated young lady aiming the world so she could care for her mother and siblings, she is willing to go extra miles of working her life just so they are okay. ~~ Little did Lorena know traveling to Paris will lead her into stumbling with Freddy Da silva a C.E.O of The Trends magazines. Out there in that foreign land starts the rollercoaster ride of love, pressure, and endurance, differences, separations, lies and the forbidden for both lovers pushed their relationship away from things they believed and things that were forbidden. It all became a reality when Lorena was lucky to receive an invitation to study for free in a foreign country. It was a golden opportunity for her to meet new people and earn a living for herself. Studying was part of her dream but was she ready for the life set up for her in Paris? ~~~~~~~~~~~~~ Lorena Jackson a die-hard workaholic working hard to help out her family and Freddy Da Silva a playful some times bipolar boss who picks an interest with the hardworking lady without thinking of the differences that stands between them, will their relationship as worker and employer turn out fine? Considering the circumstances around them? Lorena and Freddy are asked to choose their path but will the path they choose unite their love or break them apart?
View More“Ayah…!!!” teriak Isabel ketika mendengar berita kecelakaan mobil yang sangat ia kenali. Mobil Mercedes Benz yang khusus sering digunakan oleh sang ayah ketika bertugas mengantar sang bos besar.
Isabel segera menuju Rumah Sakit untuk memastikan kondisi sang ayah yang sudah terkapar lemah dalam berita di televisi tadi. Perasaannya berkecamuk tatkala mengetahui jika sang ayah terluka parah. Orang yang sangat ia kasihi, satu-satunya yang selalu mengharapkan dirinya berhasil sukses dan berjaya.“Ayah aku mohon, bertahanlah demi aku ayah,” tutur Isabel seraya tersedu. Air mata tidak berhenti mengalir di pipinya seraya mengemudi mobil dengan kecepatan penuh.Sesampainya di Rumah Sakit, Isabel segera pergi menuju resepsionis untuk menanyakan sang ayah. Saat tengah kalut menunggu petugas resepsionis mencari data dan nama dari sang ayah, tiba-tiba Isabel melihat sang Tuan Muda berjalan dikawal oleh dua orang bodyguard menuju dirinya.“Apa yang kau lakukan disini?,” tanya James Van Der Mick.“A-aku sedang mencari keberadaan dari ayahku, dia kecelakaan dan dikabarkan dibawa ke Rumah Sakit ini untuk mendapatkan perawatan Tuan.” sahut Isabel dengan perasaan sedikit gugup.James pun hanya mengangguk, lalu berlalu dari sana meninggalkan Isabel yang masih panik dan tergesa-gesa.“Nona, pasien atas nama Tuan Atmajaya masih berada di ruang Unit Gawat Darurat.” ungkap petugas resepsionis tadi yang sedang berjaga.“Terima kasih Suster, kalau begitu saya permisi.” tutur Isabel, ia langsung pergi setelah mendapatkan informasi dari petugas tadi.Isabel berlari dengan tergopoh-gopoh sebab perasaan panik membuat tubuhnya melemah saat mendengar sang ayah kecelakaan. Satu persatu ruangan terlewati hingga ia sampai di depan pintu Unit Gawat Darurat yang ia tuju. Baru saja kakinya menginjak di depan pintu, sebuah bed pasien di dorong keluar dari dalam Unit Gawat Darurat.Isabel mematung ketika melihat sosok yang tertutup dengan kain putih terbaring di bed tersebut, selangkah demi selangkah ia berjalan menuju bed yang berjarak satu meter di depannya.“Ayah..!!!” teriak Isabel seraya memeluk jenazah tersebut, air matanya tumpah saat mengetahui jika sang ayah sudah menjadi jasad.Dokter dan Suster pun saling tatap satu sama lain, merasa heran dengan Isabel yang tengah menangisi jasad yang mereka bawa.“Maaf Nona, tetapi pasien ini berjenis kelamin perempuan.” tutur Dokter memberi tahu Isabel agar tidak terus menangisi jenazah yang salah.Isabel segera bangkit dan menyeka air matanya, setelah itu kembali memastikan kepada Dokter tersebut jika jasad yang ada di bed itu bukan sang ayah.“Benarkah? Berarti Ayahku masih hidup?” tanya Isabel dengan sedikit senyum di bibirnya.Dokter pun kembali menoleh kepada Suster yang menemaninya dan mencoba untuk memberikan kode.“Nona, silahkan anda cek di dalam pasien yang anda maksud.” pinta Suster membuat alasan agar Isabel mengetahui sendiri kondisi dan nasib sang ayah.Kemudian Isabel bergegas masuk dan memeriksa kondisi sang ayah yang berada di dalam. Terlihat satu bed yang terdapat pasien yang sama dengan berselimut kain putih, kain yang menjadi pertanda kepastian kematian.“Ayah…!!!” gumam Isabel. Tubuhnya luruh ke lantai menyaksikan sang ayah yang juga sudah menjadi jasad.“Tidak,, bukan! itu bukan ayah,” ungkap Isabel lagi lalu segera menghampiri tubuh yang sudah terbujur kaku dan tak bernyawa.Perlahan Isabel membuka kain penutup dan menyaksikan wajah sang ayah yang sudah pucat, tangan yang mendingin serta mata yang tertutup. Suara Isabel tercekat tatkala melihat jasad yang terbaring di hadapannya adalah orang yang paling dikasihinya dan juga dicintainya.Saat Isabel tengah menangisi jasad sang ayah, terdengar suara ketukan langkah kaki dari sebuah sepatu pantofel. Langkah kaki yang begitu berat terdengar, menandakan yang datang adalah seorang yang berbadan tinggi dan juga seorang laki-laki.“Nona Muda” ucap seseorang yang baru saja menghentikan langkah kakinya di belakang Isabel yang tengah bersujud lemah.Isabel pun segera menoleh, panggilan nona muda untuknya terasa sangat asing di telinga Isabel.“Apakah Tuan memanggilku?” tanya Isabel saat mendengar seorang laki-laki memanggilnya.“Ya, perkenalkan aku Ray. Tuan Besar menunggu anda di Mansion.” tutur laki-laki yang memanggil Isabel dengan sebutan nona muda. Isabel pun tampak bingung dengan ucapan laki-laki paruh baya yang memanggilnya dengan sebutan nona muda. Ia tertegun untuk beberapa saat, mencerna apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini.“T-tapi ayahku baru saja meninggal, aku harus mengurus pemakamannya.” tutur Isabel memberitahu Ray sang utusan dari Tuan besar.“Tidak perlu khawatir Nona, ketiga orang suruhan Tuan Besar akan segera mengurusnya,” ungkap Ray lagi seraya membantu Isabel bangkit dari duduknya.Isabel pun terpaksa bangun dan mengikuti setiap arahan dari laki-laki paruh baya itu, namun ia tersadar dan sempat bertanya siapa tuan besar yang dimaksud oleh laki-laki yang memanggilnya nona muda tadi.“Tunggu, siapa hendaknya Tuan Besar yang anda maksud?, apakah aku mengenalnya?” tanya Isabel penuh dengan pertanyaan di benaknya.Laki-laki itu pun terdiam sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Isabel.“Nanti kau juga akan Nona akan mengetahuinya siapa yang akan anda temui di Mansion Tuan Besar.” tutur laki-laki itu, lalu menuntun Isabel berjalan menuju mobil yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan, Isabel hanya terdiam menyaksikan lalu lalang mobil yang melintas. semua perasaan di dalam benaknya berkecamuk tentang siapa tuan besar yang dimaksud oleh Ray, dan juga mengapa bos nya James ada di sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya Isabel sampai di depan sebuah Mansion yang begitu mewah dan juga megah.Deretan patung antik yang berasal dari abad lama pun tersusun dengan rapi di sana. Tiang-tiang tinggi yang berjejer menopang bangunan itu hingga ke lantai tiga. Isabel pun tampak takjub akan hal itu, bangunan yang sering ditonton dalam serial favoritnya, kini berada di hadapannya dan kakinya pun sedikit gemetar saat menapak di halaman Mansion megah tersebut.“Tuan, apakah Tuan Besar yang kau maksud ada disini?” tanya Isabel dengan terus terperangah tanpa menatap lawan bicaranya.“Tentu saja, silahkan masuk Nona Muda. Kedatanganmu sudah ditunggu!” pinta Ray seraya mempersilahkan Isabel masuk.Dengan langkah tertatih, Isabel mulai menapakkan kakinya hingga ke depan pintu masuk yang sudah dibuka oleh pelayang yang berjaga. Tampak penjaga berdiri dan berbaris seperti menyambut nyonya besar di rumah itu.Ray pun berjalan mendahului Isabel, lalu menemukan tuan besarnya sedang berdiri menatap ke arah jendela dan memandangi danau.“Tuan Besar, Nona Muda sudah sampai!” tutur Ray seraya menghadap kepada tuan besar yang ia maksud. Laki-laki yang Ray panggil tuan besar pun segera menoleh dan menatap Isabel dengan lekat.“Apakah kau putri dari Atmaja, Isabel?” tanya tuan besar itu.“I-iya Tuan, kiranya kau bisa mengetahui apa maksud dan tujuanmu memanggilku kemari?. Dan dari mana kau mengenalku, apakah kau tidak salah orang?” tanya Isabel dengan sedikit gugup.COLLEGE LIFE DAY 2:School resumption. Last night was a different story. I woke up early this morning for my first day just as Janet told me, we have to be in school on time. I lazily reached out for my phone on the dresser by my bed to check the time ‘6:30 am, still early for me. If I can get ready within an hour, thirty minutes is a small time to dress up. Our bedroom was dimly lit, when I looked across my bed Janet wasn’t on her bed. I assumed she might have woken up earlier and probably gone downstairs. Living in a five-star hotel dorm tempted me into missing my first day, no, no I am not taking that chance. So I got up, took my clothes from my last bag that I haven’t sorted out, and head to the bathroom. I’ve calculated my timing, everything I am about to do, out of thirty minutes I used fifteen minutes to shower. It was amazing, my body felt great from the warm water beating softly against my skin. After my bath, I got dressed then arrange
Freddy’s povAt the hotel…Freddy leaves his premium suite accompanied by three hotel staff. His three weeks stay just ended which means he had to continue living in his house among the high rise. Freddy didn’t pay much attention to the men checking out of their hotel rooms but got caught in when they talked about a certain woman similar to someone he’d met.“Hey have you seen the girl who lives in room-- gosh! I don’t know… I don’t remember the room number. She is very gorgeous and pretty though.” One man compliment to the other.“I know right, but I bet she is not from around here.” The second man replies.“Yeah Gabe, I know. I like her voice and the way she walks… it’s so-- pleasant.” The first man commented with a dreamy smile on his lips. From the corner, just few rooms from them. Freddy glared at both men. He hated the way an
“From him?” I got confused by her answer. Who is this him she is talking about, my, my I need to be more sociable.“Yes from him- forget it you won’t understand. He promised to send me one last month so he sent two this month to make up for last month. It’s how we say sorry to each other.” Janet spoke in a dreamlike manner. She is sure in her own fantasy ‘weird roommate’“Are you a foreign student?” I changed the topic, I think I was done listening to her weird love tales. If I want to be friends with her I need to know who she is and what she’s capable of.“Not really.” Janet shrugged and kept patting this parcel she was yet to reveal. Not that I want to know what is in there but we are humans and humans get curious ‘Lorena do not try to peep into the parcel’ I warn myself.“Not really?” I repeated her question.“Yeah I am sort of in between
We both entered the luca carrier as Linda calls it. From my thoughts and slight fear for elevators I expected the old fashioned thing to fall off, hang or do something out of this world, but I can’t believe it actually worked perfectly. My percentage for trusting this thing was very low that I was very positive it won’t be able to carry both Linda and I, much less carry much weight like my heavy bags. But- but it proved me wrong and carried us to the third floor without any problems and for the first time my phobia didn’t embarrass me.Linda opened the skeleton door for us and gave me some room to push my trolley out. I quietly followed Linda through the narrow hallway but I wasn’t sure when we will ever stop with this large door to door rooms and unending hallways, then I chose to start a conversation so as not to make things more weird.“Um Linda, can the luca carrier be also used as an elevator? Um- just in case we need some lifting asi
{continuation} I am positive I spotted a man standing behind that phone boothacross the road,something about the way he stared at me was very strange, andadding the fact that he hid very quickly behind the booth when he discovered I noticed him staring. It all becamesuspiciousto me and stirred a little amount of fear. The traffic was a bit intense, with my mind going here and there of possibilities from being kidnapped or attacked by a serial killer I could not help it but think when I wasn’t supposed to. ‘Lori… you cannot afford being crazy this time, do something to busy your mind and pass time’ Lili ora tells me and I agreed with my lil devil. So, to pass time I took out my phone to playa few gamesthat would work my mind out of thinking.I don’t understand where this feeling came from but I had the urge to look out the window again but ignored it several times. Troubled by my own thoughts andcuriosity,&n
{Day one: Resuming college}Alright today is the day I am supposed to resume at my university campus, I feel so nervous and shaky I can’t explain how I feel but I think it was more of a weird feeling than butterflies. I mean what if I don’t fit in here? What if coming here was a big mistake? God I should have talked to my pastor about it. I groaned knowing there was not backing out from this because I chose to do it.‘Lorena, it is not everything you got to tell your pastor, look for instance the word sex and baby making.’“I know but don’t you have better examples?” I cringed at how dirty my other self was.‘of course I could bring suggestions like no other, but you know what I mean when I talked about the pastor thing’“I could have agreed with you but I can’t and that is not the reason I am bothered.” I tell Lil ora.
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments