'' Happy Birthday to you ...happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you.''
" Selamat ulang tahun sayang.''
Alya reflek mendongakan kepalanya, saat ia membuka pintu kamar hendak pergi kekamar mandi. Ayah dan Bundanya sedang berdiri di depan pintu dengan kue ulang tahun di tangan.
Mata Alya yang awalnya malas untuk terbuka, sekarang terbuka lebar dan menatap kedua orang tuanya haru. Alya terdiam, alya benar-benar terharu atas kejutan yang di berikan oleh ayah bundanya. Alya langsung memeluk Ayah Bundanya dengan penuh Cinta.
" Terima kasih Ayah, Bunda,'' kata Alya sembari tersenyum, tapi kemudian wajahnya mengernyit.''Berarti yang tadi malam Alya dengar, benar-benar suara Ayah dong?''
Pak Alfin dan Bu Sania saling tatap, kemudian tersenyum. '' Iyah, Ayah sengaja sembunyi. Kan mau ngasih kamu kejutan! kalau Ayah sampai ketahuan, kejutannya bisa gagal dong.''
'' Tapi tetap saja Alya kecewa, Alya merasa di bohongi,'' ujar Alya manja sambil cemberut.'' Tapi ... aku terkejut sih.''
'' Ya udah, sebagai permohonan maaf, Ayah akan memberi kamu hadiah.''
Pak Alfin mengeluarkan bungkusan kado yang ia sembunyikan di balik badannya. Alya tersenyum, saat melihat kado dengan bungkus warna merah dengan hiasan pita berwarna biru.
'' HAAAH!!!'' Alya teriak setelah membuka kado itu dan melihat isinya.'' Inikan IPhone terbaru yah ... Alya pangen banget Iphone ini.''
Alya berseru girang, bahkan ia berjingkrak seperti anak kecil kemudian memeluk Pak Alfin kembali.
'' Tapi ... inikan mahal yah.'' tutur Alya setelah melepas pelukannya.
'' Enggak masalah! Buat Ayah enggak masalah, kalau buat anak Ayah tercinta,'' sahut Pak Alfin sambil mengusap rambut Alya.'' Jadi kamu enggak mau nih? kalau kamu enggak mau Ayah ambil lagi,'' canda Pak Alfin, setelah melihat Alya masih terdiam.'' Enggak bisa! barang yang sudah di berikan enggak bisa di ambil lagi,'' balas Alya, mereka tersenyum pelan, kemudian tertawa.
'' Oke ,karena hari ini hari spesial buat anak ayah ,untuk hari ini ayah akan mengantarkan kamu kesekolah, " tutur Pak Alfin, " sekalian ayah juga pengen tau, siapa laki-laki yang sedang mendekati kamu.''
" Ayah ... enggak ada, aku enggak ada yang naksir.''
" Masa sih ? " tanya Pak Alfin sedikit bercanda, sedang Alya terlihat tersipu.'' Ya udah, Alya mandi dulu.''
Pagi itu Alya di antar Pak Alfin ke sekolah. Memang jarang-jarang Pak Alfin ada waktu untuk mengantarkan Alya pergi kesekolah, karena kesibukannya. Dan pagi ini menjadi pagi yang sangat membahagiakan untuk Alya.
*******
"Ka, kaka janji yah, pokoknya kaka harus hadir di ulang tahun aku, " pinta Cindy setelah sampai kesekolahnya.
" Iya kaka janji, kaka pasti hadir, " balas Nino sambil mengusap rambut adiknya " Masuk sana. "
Setelah memastikan adiknya masuk ke sekolah, Nino meneruskan perjalanannya. Tapi bukan kesekolah, Nino mengunjungi makam Mamanya terlebih dahulu.
" Mam, hari ini Cindy ulang tahun, usianya sudah menginjak 15 tahun dan sekarang Cindy sudah SMP kelas 3 Mam. Semoga Nino bisa menjaganya seperti yang Mama lakukin dahulu.''
Nino berusaha membuka kembali kenangan indah bersama Cindy dan Mamanya. Ada kesedihan dalam dirinya yang berusaha Nino tahan.
"Mam, Nino berangkat sekolah dulu yah, Nino sayang Mama, " sebelum beranjak, Nino membersihkan terlebih dahulu nisan sang Mama kemudian dia menyeka air matanya yang turun.
************
Di sekolah
Nino melihat jam di tangannya sudah jam 7 lebih, tapi suasana di sekolah masih ramai. Nino kemudian turun dari motornya berniat mencari sahabatnya leon. Tapi Nino mendengar ada keributan di kantin sekolah, Nino penasaran dan akhirnya berusaha menghampiri.
Nino melihat Alya sedang berdiri di tengah-tengah, di kerubuni oleh sahabat-sahabatnya. Alya sedang di kerjai oleh sahabat-sahabatnya, Alya hanya berdiri pasrah, sementara sahabat-sahabatnya terlihat sangat menikmati mengerjai Alya sambil tertawa lepas.
Nino tersenyum saat melihat Alya benar-benar babak belur di kerjai oleh sahabat-sahabatnya. Wajahnya penuh dengan coretan lipstik, sementara rambutnya di kepang tiga. Di lehernya di kalungkan sebuah papan nama yang bertuliskan "gue mis geboy".
Suasana semakin riuh saat Alya di minta berjoget, Alya terpaksa menuruti dan terlihat malu-malu. Setelah semua ritual sudah di jalankan, Syiffa ,Amel dan Rara terlihat membawa kue ulang tahun, di ikuti oleh nyanyian lagu Happy Birthday.
Alya terlihat sangat bahagia walau dia di kerjai habis-habisan, Alya tau sahabat-sahabatnya melakukan semua itu karena mereka sayang.
" Selamat ulang tahun. "
Alya dan teman-temannya reflek melihat ke Nino, bahkan nyanyian selamat ulang tahun yang sedang di nyanyikan seketika berhenti.
Nino mengulurkan tangan setelah mereka berhadapan. Sahabat-sahabatnya yang tadi mengerumuni Alya, seketika mundur kebelakang Alya. Sampai kemudian Amel mendorong Alya sampai maju satu langkah.
" Terima kasih.''
Alya menunjukan wajah yang dingin saat mengucapkan itu. Rasa kesalnya kepada Nino tidak bisa begitu saja dia hilangkan.
" Cie..cie eehem " terdengar suara ledekan dari sahabat-sahabatnya.
'' Apaan sih kalian?" ucap Alya sambil menengok ke teman-temannya.
'' Gue harus ngasih lo hadiah apa yah?'' kata Nino yang membuat Alya malah terlihat semakin jengkel. '' Soalnya gue bingung. Perempuan kaya lo tuh, pantesnya di kasih apa?'''' Di kecup di kening sajah hadiahnya, " celetuk salah satu anak di belakang Alya . Alya mengernyitkan alisnya, kemudian Alya berbalik badan mencari sumber suara tersebut.
'' Di kecup di kening, yah? Nino terdiam sejenak sambil memegang dagunya. '' Dia bukan tipe gue.''
Alya terbelalak, wajahnya semakin tegang. Mata Alya semakin tajam menatap Nino.
'' Maksud lo perempuan kaya gue? tanya Alya ketus.'' Maksudnya apa?''
Nino kembali tersenyum, ia tidak menjawab pertanyaan dari Alya. Nino malah mengambil papaer bag di dalam tasnya.
'' Nih, buat lo.''
'' Apa?'''' Ambil saja ... enggak usah banyak nanya.''Sedikit ragu Alya mengambil papaer bag di tangan Nino, kemudian membukanya. Alya terheran saat ia melihat sebuah dus hanphone di dalamnya.
'' Handphone lo kan rusak karena gue. Jadi gue ganti.''
Alya menghela napas, Alya kembali menatap Nino tajam.
'' Gue enggak butuh handphone lo!'' seru Alya, sambil mengembalikan handphonenya ke tangan Nino dengan kencang. '' Gue sudah punya handphone baru, dan gue enggak butuh hadpone lo.''
'' Songong banget sih lo!'' balas Nino sengit.'' Gue sudah mengorbankan uang jajan gue, demi handphone buat lo. Tapi lonya malah nolak.''
'' Siapa yang nyuruh!''
'' Stop! kata Rara menengahi.'' Kalian jangan bertengkar lagi yah. Nino mendingan lo pergi, kalau enggak bakalan terjadi perang dunia ketiga di sekolah ini.''Nino dan Alya saling diam, tapi mata mereka tidak pernah berhenti untuk saling menatap. Alya dan Nino saling menatap tajam, sampai kemudian Nino berbalik badan meninggalkan tempat itu.
Nino masuk kelas dan melemparkan pantatnya ke kursi, sedang Leon yang berada di sampingnya hanya menatapnya sambil tersenyum miring.
'' Gara-gara anak baru itu lagi?'' tanya Leon sambil menatap Nino.
'' Tu anak sok cantik tau enggak,'' geram Nino,'' gue sudah bela-belain beli hendphone buat dia, dianya malah nolak.''Leon kembali tersenyum saat melihat Nino sperti itu.
" Sudah, dari pada ngomongin anak baru itu, gue punya ini nih ," leon menunjukan satu ikat petasan yang dia ambil di tasnya.
'' Gimana yah, gue enggak mau mengganggu ketertiban umum, " balas Nino dengan ekspresi wajah so baiknya.
'' Alah ... sejak kapan lo mikirin yang gituan. Sudah, mendingan kita ketoilet, kita buat kegaduhan lagi, " ajak Leon, sambil menarik tangan Nino ke toilet. " Lagian guru-guru juga sedang fokus di ruang rapat, jadi mereka enggak bakal dengar.''
Sesampainya di toilet.
Nino dan leon langsung menyalakan petasan yang mereka bawa, terus mereka lempar ke dalam toilet. Setelah bunyi ledakan bergema silih berganti, terlihat anak-anak yang ada di dalam toilet langsung berhamburan keluar menyelamatkan diri.
Tapi kemudian Nino mendengar ada teriakan dari dalam toilet. Nino mengenali suaranya, tanpa pikir panjang Nino langsung berlari kedalam toilet .
Benar adanya, Alya sedang berjongkok di dalam toilet, Alya terlihat histeris. Anak itu terus memejamkan mata, sedangkan kedua tangan menutupi telinganya.
Nino langsung membantu Alya untuk berdiri dan memafahnya keluar dari toilet. Nino mendudukan Alya di tangga sekolah.Terlihat wajah Alya pucat, matanya memerah menahan tangis.
Nino menggenggam kedua tangan Alya yang masih terasa dingin, kemudian Nino menyeka air mata yang turun dari mata Alya.
'' Lo trauma sama petasan?'' tanya Nino . Alya hanya mengangguk. "Gue minta maaf yah, gue nggak tau.''
Alya reflek berdiri, dan melepaskan tangan Nino yang tadi menggenggam tangannya.
" Lo sampai kapan bersikap kekanak-kanakan seperti itu? Lo pikir lucu gitu, ketakutan orang lo jadikan bahan candaan,'' bentak Alya kemudian pergi, sedang Nino masih terdiam. Ia tau ia salah, tapi yang membuat Nino tersentak adalah perkataan Alya yang mengatakan ia kekanak-kakanakan.
'' Sudah, eggak usah di pikirin ucapan dia.'' kata Leon ke Nino.
Cindy10:30Ka Nino, kaka datangkan ke ulang tahun aku
Satu buah pesan masuk ke handphone Nino.
Nino
10:32Iya de kaka pasti datang
Malam harinya
Ulang tahun Cindy di rayakan sederhana. Hanya di hadiri oleh teman-temannya sajah, setelah lagu Happy Birthday di kumandangkan. Cindy langsung meniup lilin sampai mati, kemudian memanjatkan doa di dalam hatinya.
" Sayang kamu minta apa dalam doamu? '' tanya Pak Arif.
Cindy hanya tersenyum " Aku cuma minta Papa sama ka Nino bisa baikan, jangan bertengkar terus. "
Permintaan Cindy membuat Nino dan Pak Arif sedikit tersentak, mereka saling pandang sejenak.
" Itu enggak mungkin de, kamu boleh minta yang lain, jangan yang itu. Maaf kaka nggak bisa, "jalas Nino, kemudian Nino pergi meninggalkan Cindy yang terlihat sedih dan Nino pergi kekamarnya.
Nino sebenarnya tidak mau bersikap egois seperti itu. Tapi rasa marah yang masih menguasai saat ini sulit baginya untuk berdamai dengan papanya.
'' Cindy,'' ucap Pak Arif saat Cindy terlihat bersedih.'' Maafkan Papa yah, kalau Papa belum bisa menjadi ayah yang baik. Maafkan juga ka Nino, ka Nino seperti itu karena Papa.''
'' Enggak ko Pa. Papa enggak usah meminta maaf , Papa nggak salah. Cindy juga ngerti kenapa Ka Nino bersikap seperti itu.''
'' Terima kasih yah sayang,'' tutur Pak Arif sembari memeluk Cindy.'' Kamu sudah dewasa sekarang.''
'' Ya udah Pa. Cindy kekamar dulu yah.''
'' Iyah ... kamu istirahat.''
'' Iya Pa.''
Di depan sang Papa, Cindy menyembunyikan kesedihannya. Dengan langkah malas Cindy naik keatas menuju kekamarnya. Cindy sebenarnya ingin Nino dan Papanya bisa hidup berdampingan sebagai seorang anak dan orang tua.
'' Tolong keluarin gue,'' teriak Alya, matanya mulai berkaca-kaca.'' Buka pintunya ... gue takuut'' rengek Alya sambil memukul-mukulkan tangannya ke pintu. Di luar sana, rupanya perbuatan Lola dan kedua temannya di ketahui oleh anak ospek yang lainnya. '' Eh, tadi ada anak perempuan yang di kurung di gudang sama kaka senior,'' bisik anak itu, dan kedengeran oleh Tristan yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka. Tristan langsung bergegas menuju tempat yang di sebutkan oleh anak tadi. Secara bersamaan Nino yang juga kuliah di kampus ini, tidak sengaja mendengar teriakan Alya, saat Nino lewat di dekat gudang itu. '' Alya,'' bisik Nino, Nino paham dengan suara kekasihnya itu. Nino langsung berlari dan mencari sumber suara itu. Setelah menemukannya Nino mencoba membuka pintu itu, tapi tidak bisa karena pintunya di kunci. '' Tolong buka ... !! tolongin ...,'' teriak Alya dari dalam. Nino berusaha mencari kuncinya, sampai akhirn
Setelah ijazah di dapat, Alya dan ketiga sahabatnya sepakat untuk kuliah di tempat yang sama, walau mengembil jurusan yang berbeda. Hari ini Alya sudah mulai melaksanakan Ospek di Kampus Bina Sarana.Di kamarnya, Alya memandangi penampilannya yang tampak aneh. Alya memakai kemeja putih dan Rok hitam selutut, tidak lupa pula rambutnya di kepang dua dengan pita berwarna biru'' Malas banget gue pake beginian. Memang apa manfaatnya si ada acara beginian, aneh banget dunia pendidikan di Indonesia ini.'' gerutu Alya sambil memandangi penampilannya.'' Haaah ...'' Alya menghela nafasnya, kemudian mengambil tas dan keluar kamar.'' Bunda Alya berangkat yah ....''Bu Mia yang sedang membereskan meja makan, terlihat menahan tawa saat Alya keluar dengan penampilan seperti itu.'' Bunda jangan ngetawain Alya'' omel Alya ke Bundanya.'' Maaf sayang ...,'' Bu Mia mendekati Alya, kemudian ia genggam wajah anaknya itu dengan kedua tangannya,'' Kamu te
Lidya berfikir sejenak, memikirkan apa yang di inginkan oleh Nino.'' Nino kalo kamu tinggal di Jakarta kamu mau tinggal sama siapa?'' tanya Lidya ke Nino.'' Nino bisa ngekos Tante, sekalian Nino juga mau belajar mandiri,'' jawab Nino serius.Lidya menarik nafas dalam, Lidya berkata.'' Ya sudah nanti Tante pikirkan terlebih dahulu ya Nino,'' Lidya menaruh majalah di tangannya di atas meja. Lidya berdiri.'' Kalo gitu Tante ke kamar dulu yah, tante mau istirahat.''Nino mengangguk,'' Iya Tante,'' jawab Nino singkat.Lidya berjalan meninggalakan Nino, dan masuk ke kamaranya. Di dalam kamar, Liday duduk di atas tempat tidurnya Lidya memikirkan apa yang menjadi keinginan Nino.Walau Nino bukan anak kandungnya, tapi Lidya sudah menganggap Nino seperti anak kandungnya sendiri. Lidya menganggap Nino adalah amanah dari Almarhum suaminya yang harus ia jaga.Lidya berdiri, wanita itu mengambil pas Foto Papanya Nino yang di taruh di atas meja rias
Alya dan kedua temannya berjalan keluar dari bandara. Alya masih berat meninggalkan tempat itu, bayang-bayang kepergian Nino masih melintas di kepalanya.'' Sudah Al lo jangan sedih. Lo pasti bisa bertemu lagi sama Nino,'' kata Syiffa sambil merangkul Alya, yang terlihat beberapa kali menengok ke dalam bandara.'' Iya Fa gue tau, suatu saat Nanti gue bakal merindukan gombalan Nino, ketengilan Nino. Gue pasti merindukan momen-momen itu Fa.''Ketiga sahabatnya kembali merangkul dan mengusap pundak Alya pelan. Alya kembali terlihat bersedih, saat mengingat moment bersama Nino.'' Al ... lo tau enggak? sebelum Nino kenal sama lo, Nino itu bandeeel banget, susah di atur, tengil, tukang bolos, tauran, tapi semenjak Nino kenal sama lo, Nino berubah drastis. Itu sebabnya gue yakin, Nino enggak bakalan ninggalin lo, karena lo orang yang bejasa merubah hidup dia jadi lebih baik Al,'' tutur syiffa menasihati.Amel yang ada di samping Alya menyeka air mata Aly
Alya kembali akur dengan Rara, mereka kembali utuh sebagai sahabat . Setelah mereka pulang sekolah, Alya, Syiffa, Rara dan Amel berkumpul di rumah Rara.Mereka berkumpul di taman belakang rumah Rara.'' Eh kalo nanti kita kuliah kita kuliahnya di tempat yang sama yah,'' kata Amel mengawali pembicaraan.'' Ya boleh tapikan kita ngambil jurusannya beda,'' sahut Rara,'' lo mau ngambil jurusan apa Al?'' tanya Syiffa ke Alya.'' Gue mau ngambil ekonomi,'' sahut Alya.'' Gue juga,'' celetuk Amel menimpali ucapan Syiffa.'' Kalo gue hukum,'' sahut Rara.'' Kalo gue si dari dulu mau ngambil sikologi'' kata Syiffa.'' Makanya kita nyari kampusnya yang ada ketiga jurusan itu, supaya kita bersama terus. Paling tidak kalo kita mau janjian kita masih satu kampus.'' pinta Syiffa.Alya berbaring di kursi panjang sendirian, matanya memandang langit yang terlihat cerah siang itu.'' Cepet banget ya waktu, enggak kerasa kita udah mau lulus aja,'
Alya pulang kerumahnya bersama Syiffa, Amel dan Rara. Di kamar Alya mereka berkumpul untuk melepas rindu.'' Syukurdeh Al, lo enggak apa-apa. Kita khawatir tau lo kenapa-napa!'' ucap Syiffa sambil tersenyum.'' Iyah kita panik banget tau, pas lo ngilang kemarin siang," celetuk Amel yang menimpali ucapan Syiffa.'' Gue minta maaf yah, gara-gara gue kalian jadi ikut susah,'' sahut Alya kepada teman-temannya.'' Seharusnya gue yang minta maaf. Gara-gara gue kita semua jadi enggak waspada, makanya Haikal punya ruang buat nyulik lo.''Alya tersenyum, kemudian Alya mengusap tangan Rara yang duduk di hadapannya, '' Kalian sahabat terbaik gue, kita mungkin pernah saling jengkel. Tapi seorang sahabat yang baik, dia akan kembali memeluk sahabatnya, saat sahabatnya meminta maaf dan dalam keadaan susah.''Ucapan dari Alya membuat Rara, Syiffa dan Amel ikut terharu, mereka kemudian saling berpelukan.'' Kaya gue nih, walau gue sering teraniyaya sa