Share

Permainan dengan Adonis

“Apa maksudmu?” tanya Claire dengan wajah merona merah akibat sensasi yang ia rasakan.

“Kita sedang bermain, dalam permainan ini,” jawabnya.

“Jadi kamu pemain? Bukan tokoh dalam game?” tanya Claire dengan suara meninggi.

Namun, Adonis segera mengunci bibir Claire dengan bibirnya, melumatnya dengan lembut hingga Claire melupakan apa yang baru saja ia ucapkan. Otaknya lumpuh akibat ciuman pria itu. Claire seharusnya berteriak, memaki, melawan, tapi ia malah melakukan yang sebaliknya. Entah itu pesona seorang Adonis atau pesona pria yang bermain di baliknya.

Claire mendesah saat Adonis menindih tubuhnya lalu memasukkan miliknya pada organ tubuh gadis itu. Claire bahkan bergerak sesuai irama gerakan tubuh Adonis, menikmati semua yang ia lakukan pada tubuhnya. Claire sadar penuh bahwa dirinya ada di dalam sebuah game, tapi semuanya terasa seperti nyata. Pria di hadapannya tampak seperti nyata, terasa nyata, dan sangat menggairahkan.

Suara desahan Claire dan Adonis terdengar memenuhi seluruh ruangan kamar yang megah itu. Mereka kemudian mencapai puncaknya bersama-sama.

“Kurasa, kita harus pergi sekarang,” kata Adonis tiba-tiba saat Claire masih berbaring di atas ranjang, kelelahan.

“Apa?” tanya Claire bingung, masih belum sempat berpikir jernih.

“Cepat kenakan pakaianmu! Dia datang!” seru Adonis sambil memakai celana dan pakaiannya. Ia juga melemparkan gaun Claire.

“Siapa?” tanya Claire sambil mulai mengenakan gaunnya. Ekspresi panik dari wajah Adonis membuatnya juga sedikit panik.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan,” jawab Adonis. Ia kemudian menarik tangan Claire untuk keluar dari ruangan kamar itu.

“Aphrodite!” seru seseorang dengan suara menggelegar.

“Siapa itu?” tanya Claire. Di saat yang sama seseorang berpakaian kotor datang dari arah pintu. Kakinya pincang dan ia berjalan dibantu dengan sebuah tongkat besi. Janggutnya panjang menjuntai namun kotor dengan debu dan berbau hangus.

“Hephaistos, dewa api dan pandai besi,” gumam Adonis.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya pria itu dengan pandangan menyelidik.

“Memangnya apa urusanmu?” tanya Claire lantang.

“Dia suamimu,” bisik Adonis.

“Apa??” Claire berseru terkejut. Dewi secantik Aphrodite menikah dengan dewa sejelek itu? Claire melebarkan matanya.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya pria itu mengulangi pertanyaannya.

“Kenapa dia mengulangi pertanyaannya?” tanya Claire.

“Karena dia adalah orang dalam game, bukan benar-benar seseorang. Kamu mengerti, kan?”

“Dan kamu adalah?” Claire menoleh dengan tatapan marah ke arah Adonis. Ia baru mengingat hal itu dan kini amarahnya mulai bangkit. Pria itu telah memanfaatkan tubuhnya saat ia lengah dan bingung!

“Aphrodite, aku mohon sekarang bukan saatnya. Kita harus melanjutkan permainan,” jawab Adonis.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya Hephaistos lagi.

“Aku hanya bermain bersama Adonis,” jawab Claire asal.

“Bermain? Kamu pikir kamu tidak tahu permainan apa yang kamu lakukan bersamanya!” seru Hephaistos dengan suara menggelegar.

“Aku adalah anak angkatmu,” bisik Adonis lagi. Claire mendelik, ia ingin sekali bertanya, ‘Lalu kenapa kamu menyetubuhi ibu angkatmu sendiri?’ tapi ia mengerti ini bukan saatnya. Ia tidak mungkin bertanya seperti itu di hadapan suaminya sendiri, atau suami Aphrodite. Entahlah, Claire merasa bingung sekarang.

“Tentu saja bermain dengan putraku sendiri,” jawab Claire lagi sambil memaksakan seulas senyum.

Hephaistos menatap Claire dan Adonis bergantian dengan tatapan penuh curiga. Namun akhirnya ia menghela napas.

“Adonis, pergilah berburu. Aku ingin makan daging rusa,” jawab Hephaistos akhirnya.

“Ini tantangan pada level ini. Ia akan menyiapkan jebakan saat berburu,” bisik Adonis lagi.

“Kembalilah dengan selamat, Adonis,” ujar Hephaistos lagi sambil menyunggingkan seringai, menampakkan gigi-giginya yang hitam dan rusak. Matanya yang kecil menyala seperti api. Ia kemudian pergi keluar dari ruangan.

Tiba-tiba dimensi tempat Claire dan Adonis berada berubah. Dari sebuah istana yang megah, menjadi halaman rumput. Adonis tiba-tiba berada di atas sebuah kuda putih. Ia juga membawa anak panah dan busurnya.

“Aphrodite, kamu tahu kan apa yang terjadi dalam legenda?” tanya Adonis dengan mata melebar.

“Berhenti memanggilku Aphrodite, namaku Claire! Dan urusan kita belum selesai!” seru Claire marah.

“Claire, nama yang cantik. Aku Leon Maxwell, panggil saja Leon,” jawabnya.

“Kamu memanfaatkan tubuhku!” seru Claire.

“Tidak seperti itu Claire. Nanti akan kujelaskan aku janji. Tapi kita tidak punya waktu sekarang. Kita sedang berada dalam tantangan game yang akan mulai dalam beberapa menit, karena tidak ada yang memijit tombol start,” jawab Leon.

Claire kini terdiam sebab apa yang dikatakan Leon mulai masuk akal. Ia menunggu apa yang akan dikatakan Leon saat ini.

“Claire, kamu tahu kisah legenda kematian Adonis, kan?” tanya Leon serius.

“Tidak,” jawab Claire pendek, ketus, tapi jujur.

“Adonis akan berburu, tapi sebenarnya ia dijebak. Suruhan Hephaistos akan menyamar menjadi babi hutan dan Adonis akan mati tertusuk tanduknya. Aphrodite menemukan tubuh Adonis yang sudah tak bernyawa di dalam hutan. Itu legendanya,” jawab Leon.

“Baguslah. Aku harap babi hutan itu menusukmu hingga mati saat ini juga,” sahut Claire asal.

“Claire kamu tidak mengerti. Jika aku mati, kita akan mengulangi level ini kembali dari awal. Aku kehilangan satu nyawa, tapi kamu juga tidak akan bisa melanjutkan. Kita akan terjebak selamanya dalam game ini. Kamu tidak mau itu terjadi, bukan?” tanya Leon.

“Jadi apa yang harus aku lakukan?” tanya Claire akhirnya.

“Kamu harus menyelamatkanku. Jika aku selamat dari tusukan babi hutan itu, kita bisa melanjutkan ke level yang berikutnya,” jawab Leon.

“Dengan begitu kita bisa keluar dari game ini?” tanya Claire.

“Mungkin. Kita tidak punya pilihan, Claire,” jawab Leon.

Game Start!

Setelah suara itu terdengar, kuda Adonis meringkik lalu mulai berlari ke arah hutan meninggalkan Claire sendirian di halaman istana. Tiba-tiba sebuah layar digital berwarna hijau keluar di hadapan Claire.

Jadikan Adonis kekasihmu selamanya? Y/N?

Claire bingung. Memangnya ia punya pilihan? Tapi dibanding Hephaistos, Claire tidak bisa membayangkan jika ia harus menghabiskan malam bersama pria itu di atas ranjang. Jadi tanpa pikir panjang, Claire menjawab, “Yes!”

Seketika huruf ‘Y’ dalam layar berkedip dan layar digital itu pun menghilang dari hadapan Claire. Ia sama sekali tidak menyadari apa konsekuensi dari pilihannya tersebut. Kini Claire kebingungan apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Leon. Namun, ia masih ingat apa yang ia lakukan dalam game level pertama tadi. Ia menjulurkan tangannya ke depan, kemudian layar digital kembali muncul di hadapannya, menunjukkan sedikit profil mengenai karakternya.

“Tiga nyawa. Kekuatan: terbang, memanah, berpedang, sangat sensual. Kelemahan: Laki-laki tampan,” kata Claire membaca layar di hadapannya.

Di bagian bawahnya, ada senjata-senjata yang bisa ia pilih. Pedang, busur dan anak panah, perisai, serta masih banyak lagi bisa ia pilih. Claire memilih pedang dan perisai. Meskipun di dalam game, benda-benda itu terasa berat. Ia belum pernah menggunakannya sebelumnya, tapi ia tidak punya pilihan. Claire memejamkan matanya, berusaha membuat dirinya terbang seperti saat menggunakan joystick pada level pertama tadi. Saat ia membuka mata, Claire terkejut hingga tubuhnya bergoncang. Ia kini sudah berada di langit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status