Home / Fantasi / Love in The Game (INDONESIA) / Permainan dengan Adonis

Share

Permainan dengan Adonis

Author: Cindy Chen
last update Last Updated: 2021-05-25 08:42:44

“Apa maksudmu?” tanya Claire dengan wajah merona merah akibat sensasi yang ia rasakan.

“Kita sedang bermain, dalam permainan ini,” jawabnya.

“Jadi kamu pemain? Bukan tokoh dalam game?” tanya Claire dengan suara meninggi.

Namun, Adonis segera mengunci bibir Claire dengan bibirnya, melumatnya dengan lembut hingga Claire melupakan apa yang baru saja ia ucapkan. Otaknya lumpuh akibat ciuman pria itu. Claire seharusnya berteriak, memaki, melawan, tapi ia malah melakukan yang sebaliknya. Entah itu pesona seorang Adonis atau pesona pria yang bermain di baliknya.

Claire mendesah saat Adonis menindih tubuhnya lalu memasukkan miliknya pada organ tubuh gadis itu. Claire bahkan bergerak sesuai irama gerakan tubuh Adonis, menikmati semua yang ia lakukan pada tubuhnya. Claire sadar penuh bahwa dirinya ada di dalam sebuah game, tapi semuanya terasa seperti nyata. Pria di hadapannya tampak seperti nyata, terasa nyata, dan sangat menggairahkan.

Suara desahan Claire dan Adonis terdengar memenuhi seluruh ruangan kamar yang megah itu. Mereka kemudian mencapai puncaknya bersama-sama.

“Kurasa, kita harus pergi sekarang,” kata Adonis tiba-tiba saat Claire masih berbaring di atas ranjang, kelelahan.

“Apa?” tanya Claire bingung, masih belum sempat berpikir jernih.

“Cepat kenakan pakaianmu! Dia datang!” seru Adonis sambil memakai celana dan pakaiannya. Ia juga melemparkan gaun Claire.

“Siapa?” tanya Claire sambil mulai mengenakan gaunnya. Ekspresi panik dari wajah Adonis membuatnya juga sedikit panik.

“Tidak ada waktu untuk menjelaskan,” jawab Adonis. Ia kemudian menarik tangan Claire untuk keluar dari ruangan kamar itu.

“Aphrodite!” seru seseorang dengan suara menggelegar.

“Siapa itu?” tanya Claire. Di saat yang sama seseorang berpakaian kotor datang dari arah pintu. Kakinya pincang dan ia berjalan dibantu dengan sebuah tongkat besi. Janggutnya panjang menjuntai namun kotor dengan debu dan berbau hangus.

“Hephaistos, dewa api dan pandai besi,” gumam Adonis.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya pria itu dengan pandangan menyelidik.

“Memangnya apa urusanmu?” tanya Claire lantang.

“Dia suamimu,” bisik Adonis.

“Apa??” Claire berseru terkejut. Dewi secantik Aphrodite menikah dengan dewa sejelek itu? Claire melebarkan matanya.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya pria itu mengulangi pertanyaannya.

“Kenapa dia mengulangi pertanyaannya?” tanya Claire.

“Karena dia adalah orang dalam game, bukan benar-benar seseorang. Kamu mengerti, kan?”

“Dan kamu adalah?” Claire menoleh dengan tatapan marah ke arah Adonis. Ia baru mengingat hal itu dan kini amarahnya mulai bangkit. Pria itu telah memanfaatkan tubuhnya saat ia lengah dan bingung!

“Aphrodite, aku mohon sekarang bukan saatnya. Kita harus melanjutkan permainan,” jawab Adonis.

“Apa yang baru saja kamu lakukan, Aphrodite?” tanya Hephaistos lagi.

“Aku hanya bermain bersama Adonis,” jawab Claire asal.

“Bermain? Kamu pikir kamu tidak tahu permainan apa yang kamu lakukan bersamanya!” seru Hephaistos dengan suara menggelegar.

“Aku adalah anak angkatmu,” bisik Adonis lagi. Claire mendelik, ia ingin sekali bertanya, ‘Lalu kenapa kamu menyetubuhi ibu angkatmu sendiri?’ tapi ia mengerti ini bukan saatnya. Ia tidak mungkin bertanya seperti itu di hadapan suaminya sendiri, atau suami Aphrodite. Entahlah, Claire merasa bingung sekarang.

“Tentu saja bermain dengan putraku sendiri,” jawab Claire lagi sambil memaksakan seulas senyum.

Hephaistos menatap Claire dan Adonis bergantian dengan tatapan penuh curiga. Namun akhirnya ia menghela napas.

“Adonis, pergilah berburu. Aku ingin makan daging rusa,” jawab Hephaistos akhirnya.

“Ini tantangan pada level ini. Ia akan menyiapkan jebakan saat berburu,” bisik Adonis lagi.

“Kembalilah dengan selamat, Adonis,” ujar Hephaistos lagi sambil menyunggingkan seringai, menampakkan gigi-giginya yang hitam dan rusak. Matanya yang kecil menyala seperti api. Ia kemudian pergi keluar dari ruangan.

Tiba-tiba dimensi tempat Claire dan Adonis berada berubah. Dari sebuah istana yang megah, menjadi halaman rumput. Adonis tiba-tiba berada di atas sebuah kuda putih. Ia juga membawa anak panah dan busurnya.

“Aphrodite, kamu tahu kan apa yang terjadi dalam legenda?” tanya Adonis dengan mata melebar.

“Berhenti memanggilku Aphrodite, namaku Claire! Dan urusan kita belum selesai!” seru Claire marah.

“Claire, nama yang cantik. Aku Leon Maxwell, panggil saja Leon,” jawabnya.

“Kamu memanfaatkan tubuhku!” seru Claire.

“Tidak seperti itu Claire. Nanti akan kujelaskan aku janji. Tapi kita tidak punya waktu sekarang. Kita sedang berada dalam tantangan game yang akan mulai dalam beberapa menit, karena tidak ada yang memijit tombol start,” jawab Leon.

Claire kini terdiam sebab apa yang dikatakan Leon mulai masuk akal. Ia menunggu apa yang akan dikatakan Leon saat ini.

“Claire, kamu tahu kisah legenda kematian Adonis, kan?” tanya Leon serius.

“Tidak,” jawab Claire pendek, ketus, tapi jujur.

“Adonis akan berburu, tapi sebenarnya ia dijebak. Suruhan Hephaistos akan menyamar menjadi babi hutan dan Adonis akan mati tertusuk tanduknya. Aphrodite menemukan tubuh Adonis yang sudah tak bernyawa di dalam hutan. Itu legendanya,” jawab Leon.

“Baguslah. Aku harap babi hutan itu menusukmu hingga mati saat ini juga,” sahut Claire asal.

“Claire kamu tidak mengerti. Jika aku mati, kita akan mengulangi level ini kembali dari awal. Aku kehilangan satu nyawa, tapi kamu juga tidak akan bisa melanjutkan. Kita akan terjebak selamanya dalam game ini. Kamu tidak mau itu terjadi, bukan?” tanya Leon.

“Jadi apa yang harus aku lakukan?” tanya Claire akhirnya.

“Kamu harus menyelamatkanku. Jika aku selamat dari tusukan babi hutan itu, kita bisa melanjutkan ke level yang berikutnya,” jawab Leon.

“Dengan begitu kita bisa keluar dari game ini?” tanya Claire.

“Mungkin. Kita tidak punya pilihan, Claire,” jawab Leon.

Game Start!

Setelah suara itu terdengar, kuda Adonis meringkik lalu mulai berlari ke arah hutan meninggalkan Claire sendirian di halaman istana. Tiba-tiba sebuah layar digital berwarna hijau keluar di hadapan Claire.

Jadikan Adonis kekasihmu selamanya? Y/N?

Claire bingung. Memangnya ia punya pilihan? Tapi dibanding Hephaistos, Claire tidak bisa membayangkan jika ia harus menghabiskan malam bersama pria itu di atas ranjang. Jadi tanpa pikir panjang, Claire menjawab, “Yes!”

Seketika huruf ‘Y’ dalam layar berkedip dan layar digital itu pun menghilang dari hadapan Claire. Ia sama sekali tidak menyadari apa konsekuensi dari pilihannya tersebut. Kini Claire kebingungan apa yang harus ia lakukan untuk menyelamatkan Leon. Namun, ia masih ingat apa yang ia lakukan dalam game level pertama tadi. Ia menjulurkan tangannya ke depan, kemudian layar digital kembali muncul di hadapannya, menunjukkan sedikit profil mengenai karakternya.

“Tiga nyawa. Kekuatan: terbang, memanah, berpedang, sangat sensual. Kelemahan: Laki-laki tampan,” kata Claire membaca layar di hadapannya.

Di bagian bawahnya, ada senjata-senjata yang bisa ia pilih. Pedang, busur dan anak panah, perisai, serta masih banyak lagi bisa ia pilih. Claire memilih pedang dan perisai. Meskipun di dalam game, benda-benda itu terasa berat. Ia belum pernah menggunakannya sebelumnya, tapi ia tidak punya pilihan. Claire memejamkan matanya, berusaha membuat dirinya terbang seperti saat menggunakan joystick pada level pertama tadi. Saat ia membuka mata, Claire terkejut hingga tubuhnya bergoncang. Ia kini sudah berada di langit.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Love in The Game (INDONESIA)   The End

    “Lepaskan aku! Aku ini calon presiden kalian! Lepaskan aku sekarang juga!” seru Boston Hopkins pada para polisi yang memborgol tangannya.“Anda berhak untuk diam. Semuanya bisa Anda jelaskan di pengadilan. Anda juga bisa menyewa pengacara untuk membela Anda,” jawab polisi itu.“Pengawal! Pengawal!” teriak Boston Hopkins dengan panik. Tetapi tidak ada satupun pengawal yang mendekat. Sebab Leon sudah menyuruh mereka pergi sejauh mungkin.Boston Hopkins terpaksa menyerah kepada para polisi. Ia masuk ke dalam mobil polisi dan dibawa pergi. Sepanjang perjalanan, orang-orang melemparinya dengan telur busuk. Polisi harus menertibkan masyarakat agar tidak melempari Boston dengan telur dan benda-benda lainnya. Boston tidak percaya ini benar-benar menimpa dirinya. Padahal selangkah lagi saj

  • Love in The Game (INDONESIA)   Chasing Boston

    Fox kembali berbaring di sofa meluruskan kakinya yang sakit. Claire membantu Fox dengan mengganjal kakinya dengan bantal agar bengkaknya tidak semakin parah.“Aku bisa membantu Leon,” katanya.“Kamu tidak akan bisa membantu kalau kamu belum sehat. Istirahatlah dulu, kamu membutuhkannya,” jawab Claire.Claire pergi ke dapur dan ia pun memanaskan air untuk membuatkan teh hangat untuk Leon. Masih ada teh yang belum basi di apartemen itu. Ia pun membawakannya untuk Leon. Pria itu bahkan belum beristirahat sejak tadi. Tubuhnya masih basah kuyup.“Terima kasih,” kata Leon sambil tersenyum. Senyuman yang selalu membuat jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat.“Apakah kamu tidak bisa ber

  • Love in The Game (INDONESIA)   Nearly

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Revealed

    Claire berlari menuju ke arah jendela yang mulai terbakar itu, sementara Fox merangkak mengikuti Claire. Ia tidak mungkin diam saja, meskipun kini ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun.“Leon!” seru Fox dengan suaranya yang parau. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi, sedikit lagi, ia tidak ingin pingsan sekarang. Ia harus membantu Claire dan Leon! Fox berusaha tetap sadar lebih lama, tetapi percuma saja. Sekejap kemudian segalanya menjadi gelap dan telinganya mulai berdenging. Fox jatuh dan tidak bisa mendengar atau melihat apapun lagi.“Leon!!” seru Claire.Ia hampir saja masuk ke dalam ketika tiba-tiba tangan Leon menggapai jendela. Saking terkejutnya, Claire hampir saja terjatuh.“Leon!” serunya lagi ketika ia sadar bahwa L

  • Love in The Game (INDONESIA)   Saving Fox

    “Hey bro, kamu sudah lihat berita di televisi?” tanya salah seorang bodyguard yang sedang berjaga di markas tempat Fox menjalani hukumannya.“Sudah. Aku berpikir kita sebaiknya pergi sebelum polisi menangkap kita juga,” jawab bodyguard yang satunya.“Ssst!! Pelankan suaramu. Jika yang lain mendengar kita bisa dibunuh,” jawabnya.“Hey... let me go, please...” kata Fox mengiba pada kedua orang yang sedang berbisik-bisik itu.Dua orang itu berpandang-pandangan lalu melihat ke arah Fox.“Sorry, kid. Kalau kami melepaskanmu, kami pasti akan mati. Sekarang kecilkan suaramu atau kita akan dapat masalah!” seru orang itu dengan suara berbisik.

  • Love in The Game (INDONESIA)   Hypnotized

    Tidak butuh waktu lama, Claire dan Leon sudah sampai ke apartemen lama Leon. Mereka berlari menuju ke elevator setelah memarkirkan mobil di garasi pribadi Leon. Elevator pribadi itu langsung mengantarkan mereka ke apartemen Leon yang ditinggal dalam keadaan berantakan. Bekas-bekas peluru masih ada di tembok, kaca jendela yang pecah, bahkan bantal sofa yang berlubang.Leon tidak menunggu waktu lama, ia langsung berlari ke ruang kerja lamanya lalu mengeluarkan laptop milik Claire dan segala peralatan yang ia bawa di dalam tas. Claire langsung menyalakan TV untuk mendengarkan ada berita apa di televisi. Begitu dinyalakan, berita di televisi langsung menayangkan hal yang sudah Claire dan Leon duga sebelumnya.“Sejumlah pejabat negara mendatangi kantor polisi secara tiba-tiba hari ini. Belum ada konfirmasi resmi dari pihak kepolisian tetapi informasi yang bere

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status