Share

Ranjang Adonis

Claire tersenyum saat menekan tombol power pada game tersebut. Alat pemindai berbentuk bulat dengan lensa kamera di tengahnya mulai bergerak tegak.

Berdirilah dan menghadap ke arah kamera.

Claire mengikuti perintah si alat pemindai. Gadis itu berdiri menghadap ke arah kameranya. Seketika alat pemindai itu mengeluarkan semacam cahaya berwarna hijau yang bergerak dari ujung kepala Claire hingga ke ujung kakinya.

Pindaian selesai.

Claire kemudian membawa set permainan itu ke atas meja. Ia meniup debu yang menutupi permukaan meja lalu meletakkan alat berupa monitor dan keyboard joystick itu di atasnya. Claire kemudian membersihkan kursi yang ada di belakang meja itu sebisanya, sedikit terbatuk karena debu yang keluar saat ia melakukannya. Kemudian, ia pun duduk dengan nyaman di atas kursi, siap untuk bermain game. Ia pun menekan tombol ‘start’.

Selamat datang di The Myth. Selesaikan setiap level dalam game, barulah kamu bisa selamat.

“Haha... Mengerikan sekali!” seru Claire sambil terkekeh. Ia kemudian menekan tombol ‘next’.

Pilih karakter dewata sebelum memulai permainan. Rekomendasi: Aphrodite.

Layar monitor menunjukkan gambar Claire dengan pakaian dewi Aphrodite yang anggun dan seksi. Ia mengenakan gaun panjang berwarna putih dengan potongan leher rendah dan belahan rok yang tinggi memamerkan kakinya yang jenjang. Bagian pinggangnya diikat dengan semacam ikat pinggang berwarna emas, memberi aksen cantik pada bentuk tubuhnya yang indah. Di bagian lengannya ada gelang emas dengan permata berkilauan.

“Wow, aku menyukainya. Aku terlihat bagus,” gumam Claire. Tanpa berpikir panjang Claire memilih karakter yang direkomendasikan.

Level 1. Helen of Troy

Helen adalah wanita tercantik di bumi. Ia dihadiahkan oleh Aphrodite untuk Paris, Pangeran negeri Troya. Padahal, Helen adalah istri dari Menelaus, Raja Sparta. Hal ini memicu perang Troya yang sangat terkenal. Sebagai Aphrodite, temukan misimu dan menangkan level ini.

“Baiklah, mari kita mulai,” gumam Claire sambil menekan tombol play.

Permainan dimulai dengan adegan saat Aphrodite menerima apel emas dari Paris, sebagai tanda kalau Aphrodite adalah dewi yang tercantik di Olympus.

“Aku akan menghadiahkan wanita tercantik di bumi untukmu,” kata Aphrodite dalam game. Claire melebarkan matanya karena bahkan suara dan gaya bicara Aphrodite sama persis dengan dirinya.

“Game yang keren,” kata Claire lagi.

Ia melanjutkan permainan dan peperangan Troya pun dimulai. Sebagai Aphrodite, Claire berperang bersama Paris untuk mengalahkan Menelaus. Dengan tombol-tombol yang tersedia, Claire membuat Aphrodite melayang, menendang, mengeluarkan kekuatan dari tangan bahkan matanya. Gerakan cantik yang dibuat Aphrodite saat berperang memukau Claire.

Menelaus, Raja Sparta, hampir saja berhasil menghunuskan pedangnya ke dada Paris. Jika itu terjadi, Claire akan kalah pada level pertama. Namun Claire segera mengambil awan dari langit dan membungkuskannya ke tubuh Paris. Ia kemudian membawanya melayang dan mengembalikan Paris ke kota Troya.

Level 1 selesai. Melanjutkan ke level selanjutnya?

Tanpa ragu, Claire menekan tombol ‘selanjutnya’.

Level 2. The Adonis’s Love. Apakah Anda siap untuk memulai, Aphrodite?

“Tentu saja aku siap,” jawab Claire sambil menekan tombol ‘start’. Namun tiba-tiba, Claire merasa semuanya bergetar, seperti terjadi gempa. Dengan panik, Claire mencengkeram pegangan kursinya. Layar monitor mulai berkedip-kedip tidak karuan. Sensor pemindai dari kamera bulat itu pun berkedip-kedip tidak menentu.

Claire kemudian merasakan dirinya seperti tertarik ke arah layar monitor yang berkedip-kedip itu. Tarikannya begitu kuat sehingga ia harus berpegangan pada tepian meja.

“Tidak! Aaaahhh!!” teriaknya sambil berpegangan pada tepian meja. Tangannya mulai memerah karena berpegangan terlalu keras pada tepian meja. Kini kepalanya hanya berjarak satu centimeter saja dari layar monitor. Claire berteriak semakin kencang, ia tidak tahu harus minta tolong pada siapa.

Saat Claire membuka matanya, ia terkejut karena menyadari bagian dahinya menembus layar monitor yang seharusnya keras dan padat. Di saat yang sama, tarikan itu semakin kuat sehingga Claire tidak mampu lagi bertahan pada tepian meja. Ia tersedot masuk begitu saja ke dalam layar monitor. Seketika gempa berhenti dan layar monitorpun berhenti berkedip-kedip.

Level 2 dimulai.

Claire berteriak saat merasakan tubuhnya melayang melalui kegelapan. Ia terus terjatuh, entah kemana. Teriakannya bergema meskipun ia tidak bisa melihat dinding atau apapun di sekitarnya. Tiba-tiba deretan angka-angka berwarna hijau berseliweran di sekitarnya dan cahaya mulai muncul dari arah bawahnya.

Bruk!

Claire terjatuh di atas ranjang empuk berseprai sutera halus.

“Aphrodite, aku sudah lama menunggumu,” kata seorang pria yang ada di sebelahnya. Claire menoleh dan mendapati ada seorang pria yang sedang menatapnya. Pria itu mungkin adalah pria tertampan yang pernah Claire lihat dalam hidupnya. Matanya hijau gelap bagai batu zamrud, rambutnya coklat dipangkas rapi, wajahnya bagai dewa Yunani. Ia tidak mengenakan pakaian atasan, hanya mengenakan celana kain tipis berwarna putih. Tubuhnya yang atleltis itu membuat Claire menelan ludah.

“S-siapa kau?” tanya Claire bingung.

“Kamu tidak mengenaliku? Aku Adonis, putra angkatmu sendiri. Dan juga, penghangat ranjangmu,” jawab pria tampan itu.

“Apa?” tanya Claire bingung. Memang, ia tidak tahu banyak soal mitologi Yunani, dan kini sepertinya ia sedang bermimpi. Mungkin karena hari sudah malam tanpa sadar Claire tertidur? Entahlah, sepertinya itu adalah penjelasan paling logis yang bisa dipikirkan Claire saat ini.

Pria yang mengaku Adonis itu mendekat ke arahnya lalu mengambil kedua pergelangan tangan Claire dan menempelkannya ke atas ranjang. Ia kini berada sangat dekat dengan Claire, bahkan gadis itu kini bisa merasakan napasnya berhembus seperti nyata. Kini Claire mulai meragukan bahwa yang sedang dialaminya ini mimpi.

‘Apakah ini semacam mimpi erotis karena Claire baru saja putus cinta?’ Otak Claire mulai mengarang logika yang mungkin dapat diterima. Namun, sebelum sempat ia berpikir, Adonis sudah membuat otaknya lumpuh saat bibir hangatnya itu melumat bibir Claire dengan lembut. Ciuman itu membuat Claire terhipnotis. Claire memutuskan untuk menyerah dan menikmati apa yang dipikirnya adalah sebuah mimpi yang erotis dan panas.

“Mari kita selesaikan permainan ini,” katanya dengan suara setengah berbisik.

Adonis meninggalkan bibir Claire, membuat napas gadis itu terdengar tersengal. Ia kemudian menyusuri leher jenjang Claire dengan bibirnya yang hangat, membuat gadis itu mendesah penuh kenikmatan. Pria itu kemudian dengan lincah melucuti pakaian Claire yang hanya berupa kain-kain putih berlilit ikat pinggang emas. Bagai terlatih, Adonis mampu melucuti semuanya dengan mudah.

Ia kemudian berhenti untuk menatap tubuh Claire yang polos tak tertutupi sehelai kainpun. Pandangan matanya yang liar malah membuat Claire tergoda. Jantung Claire berdegup dua kali lebih cepat melihat mata indah itu dan cara pria itu menatapnya. Adonis tidak memberi kesempatan Claire untuk berpikir, ia langsung menikmati buah dada Claire dengan rakus. Claire mendesah, ia tak pernah mengalami mimpi seerotis ini.

“Oh... Oh my...” Claire meracau tak jelas saat merasakan sensasi yang ditimbulkan dari bibir Adonis di kulitnya. Namun Adonis tidak peduli, ia kemudian menyusuri setiap inci tubuh Claire dengan bibir dan lidahnya.

“Tunggu... ini bukan mimpi?” tiba-tiba Claire menyadarinya.

“Kita sedang bermain,” jawab Adonis.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status