Share

Negeri di Dasar Samudera

Cahaya putih kekuningan memenuhi pandangan Nod. Sekujur tubuhnya terasa sangat kaku. Mungkin sudah seminggu atau sebulan dia tidak sadarkan diri. Tulang belulangnya seakan baru dicopot lalu disambungkan kembali. Jiwa dan raganya bagaikan bereinkarnasi ke dalam siklus hidup yang baru. Dia tak tahu sekarang berada di mana dan pada masa apa. Pakaiannya telah diganti. Semua yang ada di tangannya telah di buang—sepertinya.

Di mana ini? Secercah cahaya hangat dan menyilaukan menerpa wajahnya. Sumber terang tadi berasal dari langit-langit di atas tempat tidur Nod. Dia mengerjap penuh tanya. Kebingungan merasuki benaknya. Matanya menjelajahi setiap sisi ruangan yang tak bersudut tersebut. Ranjang yang tengah ditempatinya hanya berupa mangkok dengan kasur empuk bundar melapisi sisi dalamnya.

Tempat ini sangat asing bagi Nod. Seluruh benda yang ada di dekatnya belum pernah dilihat Nod di belahan dunia mana pun. Nod tak berani berspekulasi. Dia mencoba mencari tahu dengan mengingat ulang tempat yang berbentuk seperti ini, tapi ingatannya malah membawanya kepada kejadian mengerikan yang baru dialaminya saat di kapal kemarin.

Langit-langit ruangan ini berpijar menciptakan cahaya yang sanggup menerangi setiap sudut kamar. Lantainya berwarna putih kebiruan berlapis kaca. Suara gemericik air terdengar lembut menyambut Nod dari mimpi panjangnya. Dia tak menemukan asal suara tersebut. Mungkin berada di luar. Nod juga gagal menebak di mana jalan keluarnya. Tidak ada hal yang mengindikasikan sebuah ‘pintu’ di ruangan ini.

Ruang yang ditempati Nod putih bersih dan lengang. Ada jendela yang menghadap ke pemandangan di luar. Tirai dari serat kain yang licin menutupi sebagian kaca jendela tadi. Nod berdiri berusaha mengamati pemandangan yang terhampar di luar sana. Mungkin dia bisa menemukan jawaban tentang keberadaannya saat ini.

Dari arah luar terlihat segunduk gunung berwarna hijau kebiruan. Bunga-bunga kecil berbentuk lonceng memenuhi nyaris keseluruhan gunung tersebut. Awan berwarna merah muda mengepul di langit-langitnya yang lebih biru dari yang pernah dilihat Nod sebelumnya. Ada hewan yang berbentuk seperti burung layang beterbangan ke arah puncak gunung. Bulunya berwarna-warni dan memakai hiasan mutiara di bagian kepalanya.

Belum sempat dia menerka tempat yang tengah dilihatnya, kaca jendela tadi langsung tertutup. Dinding tak tembus pandang menggantikan kaca dan tirai jendela tadi. Tiba-tiba langit-langit ruangan mengeluarkan ilusi berupa cahaya. Hologram yang muncul entah dari mana itu berbentuk seorang gadis kecil.

Gadis itu memandang Nod datar. Nod berusaha menggapai sosok itu, tapi dia bahkan tak merasakan apa pun. Bayangan itu muncul, tapi tak dapat disentuh. Anak tadi melangkah mundur dari Nod. Dia berjalan ke tengah ruangan tanpa menghiraukan tatapan Nod yang keheranan itu.

“Kau sudah sadar?” tanya gadis dalam hologram tersebut.

Nod menoleh ke kanan kirinya untuk memastikan siapa orang yang diajak bicara gadis itu.

“Aku di mana? Kau siapa?” tanya Nod nanar.

“Kau akan mengetahuinya nanti. Louie akan membantumu berbenah dan aku akan datang dalam waktu 7 menit lagi,” kata sosok tadi.

Sebelum Nod sempat mencegah anak tadi menghilang, kepala Nod sudah dibanjiri ribuan pertanyaan.

“Louie?” tanya Nod.

Sosok yang sama mendadak muncul di belakang Nod. Kali ini berbentuk laki-laki tua dengan tampang garang. Nod terbelalak mendapati sosok itu tiba-tiba menjawab, “Apa yang Anda butuhkan, Tuan Pender?”

“Ah, panggil aku Nod saja,” ucap Nod. “Di mana aku sekarang?”

“Pertanyaan tidak diterima,” jawab Louie. “Anda bisa mandi. Xefle ini dilengkapi seluruh kebutuhan Anda.”

“Aku sedang tidak mau mandi,” tukas Nod. “Aku butuh jawaban.”

Louie terlihat tidak tertarik mendengar ocehan Nod. Tanpa aba-aba, lantai yang ditempati Nod tiba-tiba bergerak. Nod beringsut dari posisinya ke sudut ruangan untuk menyeimbangkan diri atas pergerakan tadi. Sekejap semua berubah. Ranjang empuk tadi menyusut, lalu masuk ke lantai. Dekorasi dinding berwarna putih berubah menjadi marmer cokelat. Kamar yang tadinya berupa tempat tidur berganti menjadi ruang perendaman air hangat. Uap dan busa bercucuran dari bagian dasar bak pemandian tersebut.

“Air di Prapalia sangat baik untuk menyegarkan tubuh Anda, Tuan Nod,” ucap Louie.

Nod memandang takjub setengah ngeri. Dia masih berlutut di lantai akibat getaran tadi. Louie mengulurkan tangannya membantunya bangkit dari lantai. Nod kembali tergelincir saat tahu Louie hanya berupa gelombang cahaya yang tak berwujud.

Dengan penuh keraguan, Nod melangkah ke arah kolam pemandian tadi. Benar kata Louie. Air yang menggelitik kulit kakinya terasa sangat lembut. Nod nyaris curiga itu bukan air biasa. Dia mencium baunya dan aroma manis terendus olehnya. Dia menoleh ke arah Louie yang masih tersenyum ramah.

“Baiklah, lihat sebagus apa air yang katamu menyegarkan ini,” kata Nod seraya membuka pakaiannya dan mulai menikmati fasilitas super mewah yang belum pernah dia rasakan seumur hidupnya.

Louie masih berdiri menunggu perintah yang hendak diajukan oleh Nod.

“Kau boleh pergi, Louie,” ucap Nod. “Aku bisa melakukannya sendiri.”

Louie bergeming.

Akhirnya Nod melanjutkan aktivitas mandi yang penuh kecanggungan itu.

“Bisakah kau berbalik saja?” tanya Nod. “Kau membuatku tidak nyaman, Louie.”

“Saya bisa mempersiapkan pakaian dan pengering untuk Anda, Tuan Nod.”

“Terima kasih, Louie, tapi aku sudah selesai. Kau boleh keluar.”

Belum sempat Nod selesai membereskan dirinya, air yang mengisi bak tersebut seketika surut. Meninggalkan dirinya yang kini sudah telanjang bulat di hadapan laki-laki tua bermuka datar tersebut. Udara hangat berembus mengeringkan sekujur tubuhnya. Pakaian kering muncul dari rak di salah satu dinding.

“Kuharap Anda bisa mengenakan pakaiannya sendiri,” kata Louie.

Tanpa perlu diberitahu, Nod sudah merebut pakaian kering tertata di atas rak. Memakai sesuai dengan perkiraannya saja. Paling tidak, pakaian di sini masih dikenalnya.

“Saya di luar kapasitas untuk membantu Anda berpakaian,” lanjut Louie

“Apa kau selalu memakaikan baju tuanmu?” tanya Nod heran.

“Saya ditugaskan untuk berbagai hal yang telah diperintahkan Profesor,” jawab Louie diplomatis.

“Hmm, kau pasti pelayan yang sangat setia,” puji Nod.

“Kami memiliki fitur lain jika cara ini belum memuaskan Anda,” jawab Louie.

“Aku puas, Louie. Aku sangat puas,” tandas Nod bergidik. “Sekarang tubuhku lebih segar dari sayur di pagi hari, Louie.”

Dia tersenyum tipis pada Louie yang masih berdiri tegap itu.

 “Profesor Greinthlen akan terlambat sampai ke sini karena suatu kejadian,” kata Louie. “Sambil menunggu, silakan Anda menikmati santapan makan siang spesial yang dikirim langsung dari Balorop.”

Nod yakin belum pernah mendengar hal-hal yang baru saja diutarakan Louie padanya. Dia bahkan yakin tempat aneh itu tidak pernah ada di dalam peta dunia mana pun.

Nod menunggu keajaiban baru yang hendak ditunjukkan sosok bernama Louie itu. Ruangan yang ditempatinya kembali bergerak. Seluruh alat mandi seperti lenyap ditelan dinding. Meja kayu berpelitur mengkilap bergerak dari arah langit-langit. Setelah sampai di posisi yang sesuai, meja tadi berhenti. Tak lama setelahnya, baki besar bergerak tepat mengenai bagian atas meja. Kursi dengan warna senada juga beriringan muncul mengelilingi meja persegi itu.

Dinding marmer berwarna kecokelatan turut berganti menjadi dinding kayu putih dengan ukiran di sisi bawahnya. Nod tak sempat memperhatikan setiap perubahan dengan saksama. Tatapannya teralihkan oleh sebuah lukisan besar di salah satu sisi dinding. Pemandangan desa tersebut tampak asing di mata Nod. Dia jelas bukan berada di dunianya saat ini.

Makanan sekarang telah tersaji rapi di meja itu. Lengkap dengan hiasan pita dan lampu mainannya. Nod belum pernah melihat makanan seperti itu sebelumnya. Warnanya tidak wajar walaupun beraroma makanan. Ada beberapa makanan yang begitu mengiurkan. Semua makanan berada dalam baki yang bersekat. Ada sekitar delapan jenis makanan di dalam baki persegi tersebut.

Nod menelan ludah menunggu perintah. Louie mengangguk seakan mempersilakan Nod untuk mulai menyantap makanannya. Dia sedikit ragu apakah makanan itu akan meracuninya, atau sebaliknya menyumpal perutnya yang dari tadi bersenandung. Akhirnya, tanpa menunggu lebih lama, dia pun melahap makanan yang tersaji tersebut. Ada beberapa jenis makanan yang sangat aneh di atas meja. Nod meraih sesuatu yang terlihat seperti roti. Setidaknya dia kenal benda tersebut dan berharap itu memang roti.

Namun benda tadi bukan roti biasa seperti yang dia kira. Perpaduan asam dan asin menempel di permukaan roti tersebut. Ada isi berupa cairan kental berwarna kehijauan di dalamnya. Meski begitu, Nod berusaha bertanggung jawab dengan makanannya. Separuh menahan napas, Nod menelan potongan roti tadi.

Dia kembali mengeksplorasi makanan yang tersaji pada sekat yang lain. Ada puding yang ternyata bertekstur sangat keras seperti gula batu. Salah satu wadah bersekat berisi cairan beraroma cokelat yang bahkan bukan cokelat seperti yang dibayangkannya. Itu hanya cairan berisi kuah dari sejenis rumput-rumputan. Sekali lagi Nod terpedaya.

Hingga pada suapan terakhir, Nod meraih benda seperti lembaran karton tebal pada wadah paling sudut di baki tersebut. Dia mengunyahnya dan bisa merasakan rasa manis dengan lelehan cairan putih yang gurih memenuhi lidahnya. Nod tak berhenti menyantap makanan tersebut walau perutnya sudah tersiksa akibat makanan aneh yang sudah dikunyahnya dari tadi.

“Louie? Apa nama makanan ini?” tanya Nod.

“Itu namanya Regurson,” jawab Louie masih berdiri kaku di tempatnya yang sama. “Makanan ini perlu pengolahan yang tepat untuk menghasilkan tekstur seperti ini. Rasa manisnya adalah hasil ekstraksi biji Thibautania. Butuh bertahun-tahun hingga bunganya merekah.”

“Sepertinya perjuangan kalian sangat berat, ya,” desah Nod sambil tetap menghabiskan lembar terakhir yang tergeletak di sudut baki itu. Satu-satunya wadah yang akan kosong di meja itu.

Setelah menghabiskan hidangan pembuka, baki tadi terangkat ke atas digantikan oleh baki persegi yang kedua. Porsi dalam wadah bersekat itu lebih besar sehingga sekatnya lebih sedikit. Kali ini Nod mulai dari paling ujung. Makanan sejenis daging panggang saos yang berasa tawar di mulut membuat Nod ingin cepat menelannya. Dan yang membuat Nod lebih ingin mengeluarkan isi perutnya adalah dia meneguk secangkir cairan asam yang dikiranya adalah air putih. Ia berusaha meraih apa pun untuk bisa mengumpat kerongkongannya. Tapi yang didapatnya malah permen pedas yang bermerek  Lowve. Sungguh suatu pengalaman makan yang melelahkan!

Nod menyerah saat hidangan penutup datang. Dia sudah berhenti percaya pada semua makanan itu. Dia berdiri dan meminta Louie mengganti pemandangan kamar tadi.

“Ada yang Anda butuhkan lagi, Tuan Nod?” tanya Louie.

“Aku ingin sesuatu yang bisa menjawab pertanyaanku tadi,” kata Nod.

Dia tahu Louie tidak akan menjawab karena dia sepenuhnya dikendalikan seseorang. Nod harus mencari tahu sendiri. Dia tak ingin terkurung selamanya di tempat ini. Fasilitas mewah ini tak akan pernah memenuhi rasa ingin tahu dan kebebasan yang dia miliki.

“Apa kalian memiliki perpustakaan?” tanya Nod. Hanya itu yang terlintas di kepalanya sekarang. “Sejenis ruang baca yang berisi buku-buku. Aku butuh sesuatu yang bisa kubaca.”

Louie terlihat mencerna perintah yang dilontarkan Nod. Lima detik kemudian ruangan yang mereka tempati kembali bergerak.

Kini dinding kosong yang mengelilingi ruangan tersebut berubah menjadi rak-rak buku. Ribuan punggung-punggung buku tertata rapi. Dan di bagian tengah ruangan ada sebuah meja dan kursi. Di satu sisi dinding terdapat sofa. Hanya lukisan pedesaan ajaib yang tetap di posisi yang sama.

Nod berkeliling memandangi judul-judul buku. Aneh! Dia dapat mengerti bahasa pada sebagian buku itu. Setidaknya Nod yakin kalau dia masih dekat dengan daerah tempat tinggalnya. Hanya saja semua judul buku yang tertera di sana tidak ada satu pun pernah dibacanya.

Sebuah buku berhasil mencuri ketertarikannya. Mulutnya ternganga saat mencabut buku berjudul ‘Sejarah Negeri di Dasar Samudera, LUXAVAR’.

“Luxavar? Apa aku berada di negerinya sekarang?” tanyanya pada diri sendiri.

Iya.”  

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status