Share

BAB 5

Penulis: Duy.Nah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-25 02:30:11

📖 Bab 5: Api di Balik Bayangan

Santa Cruz tidak pernah benar-benar damai. Di bawah gemerlap kota yang membutakan, perang senyap berlangsung di balik bayangan. Di antara kekuasaan dan pengkhianatan, hanya mereka yang paling cerdas dan kejam yang mampu bertahan.

Malam itu, Rayder duduk di kursi belakang Cadillac hitam yang melaju di jalanan berpasir. Matanya tajam menatap gedung tua di ujung distrik barat. Di dalam sana, ada seseorang yang akan mengubah masa depannya selamanya.

#Pertemuan di Kegelapan: Killer "Ghost" Rivas

Mobil berhenti perlahan di depan gudang tua. Rayder melangkah keluar, diiringi udara malam yang menusuk kulit. Pintu besar gudang terbuka sedikit, memperlihatkan cahaya temaram di dalamnya.

Seorang pria berdiri di tengah ruangan, mengenakan jaket hitam yang lusuh. Tatapannya dingin, hampir tidak manusiawi. Luka bekas tembakan melintang di pipi kirinya—jejak dari masa lalu yang brutal.

“Kau Rayder Bomb?” suara pria itu berat dan kasar.

Rayder berjalan mendekat tanpa ragu. “Killer ‘Ghost’ Rivas.”

Ghost mengamati Rayder dari kepala hingga kaki. “Anak yang katanya akan mengambil alih Santa Cruz,” gumamnya.

Rayder tidak tersenyum. “Aku bukan anak kecil. Aku di sini karena aku butuh seseorang yang tidak hanya bicara. Aku butuh algojo.”

Ghost terkekeh pelan. “Dan kenapa aku harus bekerja untukmu?”

Rayder melangkah lebih dekat, berdiri hanya beberapa inci di hadapan Ghost. “Karena aku berbeda dari Mendoza. Aku tidak hanya memerintah—aku memimpin. Dan aku tahu kau lelah bekerja untuk orang-orang lemah.”

Hening sejenak. Ghost memutar pisau lipat di tangannya, lalu berkata dingin, “Tunjukkan alasan kenapa aku tidak membunuhmu di sini.”

#Ujian Brutal: Rayder Membuktikan Dirinya

Rayder tidak mundur. Dari balik jaketnya, ia mengeluarkan pistol Baretta 92FS berlapis emas. Dengan gerakan cepat, ia melemparkannya ke kaki Ghost.

“Ambil. Jika kau pikir aku lemah, tarik pelatuknya,” tantangnya.

Ghost menatap pistol itu sejenak sebelum membungkuk mengambilnya. Ia mengangkat senjata tersebut, mengarahkannya langsung ke kepala Rayder.

Klik.

Jari Ghost berada di pelatuk, tetapi Rayder tidak berkedip sedikit pun. Ia justru tersenyum samar.

“Jika kau menembakku, kau kehilangan kesempatan terbesar dalam hidupmu,” ucap Rayder dingin. “Aku tidak menawarkan uang. Aku menawarkan kekuasaan.”

Hening memanjang. Lalu, Ghost menurunkan pistol dan menghela napas panjang. “Kau punya nyali, aku beri itu padamu.”

Rayder melangkah mendekat, suaranya lebih rendah. “Dengan aku, kau tidak hanya menjadi eksekutor. Kau menjadi legenda.”

Ghost menatapnya beberapa detik sebelum menyelipkan pistol ke pinggangnya. “Aku ikut kau… untuk sekarang.”

#Moya di Balik Permainan Politik

Sementara itu, di pusat kota, Moya duduk di kantor seorang pejabat tinggi di Tinarkko. Di seberangnya, Senator Fausto—salah satu koneksi politik Mendoza yang paling kuat—terlihat gelisah.

“Apa yang sebenarnya Mendoza rencanakan?” tanya Moya tanpa basa-basi.

Fausto menghela napas, lalu berkata pelan. “Mendoza bermain di dua sisi. Dia bekerja sama secara rahasia dengan beberapa faksi di Gardigo.”

Moya mencondongkan tubuhnya ke depan. “Apa tujuannya?”

Senator itu menelan ludah. “Dia ingin membuka jalur perdagangan baru. Tapi bukan hanya itu… Dia menyiapkan penerus yang bisa ia kendalikan.”

Mata Moya menyipit. “Siapa?”

“Bukan kau, dan bukan Rayder.”

Kemarahan membara di dada Moya, tetapi wajahnya tetap tenang. “Kalau begitu, aku akan memastikan dia gagal.”

Kembali ke Markas: Ketegangan yang Meningkat

Beberapa jam kemudian, Rayder kembali ke rumah Mendoza bersama Ghost. Moya sudah menunggu di ruang kerja mereka.

“Kau membawa orang baru?” tanya Moya, melirik Ghost yang bersandar di dinding.

“Aku butuh orang yang bisa diandalkan,” jawab Rayder datar.

Moya tersenyum tipis. “Semoga dia tidak menusukmu dari belakang.”

Ghost terkekeh pelan. “Kalau aku ingin membunuhnya, aku sudah melakukannya tadi.”

Rayder menatap mereka berdua, merasakan ketegangan samar di antara mereka. “Kita tidak bisa saling meragukan sekarang. Mendoza punya rencana sendiri, dan aku tidak berniat menjadi bonekanya.”

---

#Mendoza Memanggil: Peringatan di Balik Meja Kekuasaan

Dua hari setelah Rayder merekrut Killer "Ghost" Rivas, sebuah panggilan dari Mendoza datang. Itu bukan panggilan biasa—ini adalah perintah langsung.

Rayder dan Moya tiba di rumah besar Mendoza tepat tengah malam. Ruang kerja sang paman terasa lebih dingin dari biasanya. Mendoza duduk di balik meja kayu mahoni, tatapannya tajam seperti elang yang mengamati mangsanya.

Ghost berdiri di belakang Rayder, diam seperti bayangan, tetapi auranya mengancam memenuhi ruangan.

Mendoza menyalakan cerutunya perlahan. “Aku dengar kau merekrut orang baru, Rayder.”

Rayder menatap pamannya tanpa gentar. “Aku butuh orang yang bisa aku percaya.”

Mendoza terkekeh pelan, tetapi tidak ada humor di matanya. “Kepercayaan itu ilusi di dunia ini. Hanya kekuatan yang nyata.”

Moya menyela dengan suara tenang. “Apa kau memanggil kami hanya untuk membicarakan rekrutmen Rayder?”

Asap cerutu memenuhi udara sebelum Mendoza menjawab. “Kalian berdua mulai bergerak di luar perintahku. Aku bisa memahami ambisi, tetapi aku tidak mentoleransi pengkhianatan.”

Rayder menahan emosinya, tetapi kata-kata Mendoza jelas. Dia mencurigai mereka.

---

#Rayder: Garis Tipis Antara Kesetiaan dan Kudeta

Rayder melangkah mendekat ke meja pamannya, suaranya tetap tenang tetapi tegas.

“Aku tidak mengkhianatimu, Paman. Aku hanya mempersiapkan diriku. Jika aku lemah, aku mati. Bukankah itu ajaranmu?”

Mendoza menyipitkan mata. “Kau pintar bicara, Rayder. Tapi aku tahu pikiranmu. Kau ingin lebih dari apa yang aku izinkan.”

Rayder mendekat sedikit lagi. “Aku ingin memastikan tidak ada yang bisa menyentuh kita. Kalau aku tidak cukup kuat, maka musuh akan menghancurkan semuanya.”

Hening sesaat.

Lalu Mendoza tertawa kecil, tetapi di balik tawa itu ada peringatan dingin. “Kau ambisius. Itu bagus. Tapi ingat, Rayder—tidak ada yang berdiri di atasku selama aku hidup.”

---

#Moya: Licik di Balik Wajah Tenang

Di sudut ruangan, Moya mengamati interaksi itu dengan hati-hati. Ia tahu Rayder sedang bermain dengan api—dan Mendoza bisa membakar mereka berdua jika mereka lengah.

Ketika Mendoza menoleh padanya, Moya memasang senyum tipis. “Aku setia padamu, Paman. Tapi aku juga tahu bahwa di dunia ini, hanya yang paling cerdas yang bertahan.”

Mendoza menghela napas panjang. “Kalian berdua punya potensi. Tapi ingat ini—jika aku mencium pengkhianatan, aku sendiri yang akan membunuh kalian.”

---

#Setelah Peringatan: Rencana dalam Bayang-Bayang

Saat mereka keluar dari rumah Mendoza, udara malam terasa lebih dingin dari biasanya.

Rayder berjalan di depan, diikuti Moya dan Ghost. Ketegangan di antara mereka terasa tebal, tetapi mereka tahu satu hal: Mendoza tidak akan membiarkan mereka hidup jika merasa terancam.

“Dia mengawasi kita,” kata Moya pelan.

Rayder menyeringai samar. “Biar saja. Kita juga mengawasinya.”

---

#Janji Rahasia: Kesetiaan di Atas Segalanya

Di dalam mobil, Rayder menyalakan rokok dan menatap Ghost melalui kaca spion.

“Aku ingin kau memata-matai orang dalam Mendoza. Jika ada yang bergerak aneh, aku ingin tahu duluan.”

Ghost mengangguk tanpa banyak bicara. “Aku mengerti. Siapa pun yang mengancammu, akan mati lebih dulu.”

Rayder menoleh pada Moya. “Kau tetap jaga hubungan dengan politikus kita. Jika Mendoza jatuh, kita butuh perlindungan dari atas.”

Moya tersenyum miring. “Aku sudah jauh di depanmu, Rayder.”

---

#Akhir dari Kesabaran

Di malam yang hening itu, tiga orang di dalam mobil tersebut tahu bahwa waktu sedang berpacu.

Rayder dan Moya bukan lagi bocah di bawah bayang-bayang Mendoza—mereka sudah menjadi kekuatan yang berdiri di ambang kudeta.

Dan di dunia ini, hanya ada dua pilihan: mengambil kekuasaan, atau mati mencoba.

************

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 21 - BAGIAN II

    Bab 21 Bagian 2: Api yang Menyala di Dalam BayangPagi Santa Cruz tidak pernah benar-benar tenang. Terutama pagi setelah Rayder menerima pesan dari suara yang tak ingin dia dengar lagi.Camila.Ia berdiri di depan peta tua yang tergantung di ruang strateginya, jari telunjuknya menelusuri garis menuju lokasi tersembunyi di hutan barat. Tempat itu—sebuah gudang tua tempat dia dulu belajar mengeksekusi musuh pertamanya—kini menjadi arena masa lalu yang menuntut jawaban."Jika itu jebakan, maka mereka sudah menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya," kata Ghost di belakangnya. Wajahnya keras, tetapi ada ketegangan di mata.Rayder mengangguk, perlahan. "Kalau itu benar Camila... aku harus tahu kenapa dia kembali."Moya masuk dengan tablet di tangan. "Delano tidak menunggu. Orang-orangnya menyerang dua gudang kita semalam. Ada 12 korban.""Kita biarkan?" tanya Ghost."Tidak," jawab Rayder pelan. "Tapi sebelum kita menyerang balik, aku akan hadapi Camila dulu."Di tempat lain, di sebuah villa

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 21 - BAGIAN I

    Bab 21 : Jejak di Tengah BaraLangit malam Santa Cruz tampak seperti tumpahan darah yang belum mengering. Asap tipis menggantung di udara, memantulkan cahaya kota yang terus menyala. Rayder berdiri di balkon markas pusatnya, memandangi lampu-lampu yang berkedip di kejauhan seperti bintang palsu.Di tangannya, laporan elektronik dari Rafael "Zorro" Morales—koneksi politik dan diplomatik kartel—tentang ancaman besar yang kembali muncul dari utara: Lucas Delano, nama yang selama ini dianggap telah tenggelam dalam sejarah berdarah kartel lama."Dia kembali..." gumam Rayder."Dan dia tidak datang untuk berdamai," Moya menyahut dari balik meja kaca. Ia menaruh berkas hasil interogasi di meja.Rayder menatap wajah sepupunya itu. Dalam lima tahun terakhir, Moya telah tumbuh menjadi arsitek finansial dan strategi diplomatik yang paling Rayder andalkan—dan curigai."Kita pernah membakarnya hidup-hidup. Apa dia bangkit dari neraka?" gumam Rayder setengah sinis."Tidak. Tapi orang-orang seperti d

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 20 - BAGIAN II

    Bab 20: Neraka yang Kami Bangun (Bagian 2) --- Tanda-Tanda Pengkhianatan Kairo tidak bisa diam. Ia terus menatap rekaman yang memperlihatkan Zorro memasuki hotel mewah bersama seseorang yang dikenali sebagai Agen AFC berpangkat tinggi. “Kita harus tanya dia langsung,” katanya kepada Rayder. Rayder hanya menatap layar. “Tanya? Kita bukan polisi. Kita tentara bayangan. Kita cabut kepercayaannya dulu, baru tanyakan sisanya.” Moya masuk, tanpa mengetuk. “Ada yang aneh. Rapat komisi anti-korupsi tiba-tiba dibatalkan. Dan dua pejabat tinggi di Tinarkko tiba-tiba menghilang.” Rayder: “Zorro yang atur itu?” Moya: “Atau dia dimanfaatkan untuk mengalihkan perhatian.” --- Penjebakan Zorro Rayder membuat rencana: bukan hanya untuk mengkonfrontasi Zorro, tapi untuk memancing seluruh jaringan yang mungkin ikut terlibat. “Jebak dia. Undang ke rapat darurat. Buat dia bicara,” perintah Rayder. Di malam yang ditentukan, Zorro datang seperti biasa, tenang, rapi, membawa tas dokumen. Rayde

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 20 - BAGIAN I

    Bab 20: Neraka yang Kami Bangun (Bagian 1) Langit Tanpa Janji Langit Santa Cruz malam itu seperti lembaran kelam. Awan hitam menggantung berat, menyembunyikan bulan, menekan kota. “Dia itu Leonel Diaz,” kata Ghost cepat. “Rekrutan kita yang hilang dua tahun lalu.” Rayder menatap layar, diam beberapa detik. “Dan sekarang dia mengemudi truk ke arah pusat kota?” “Satu truk. Tapi bukan truk biasa,” timpal Moya. “Sensor tangkap konsentrasi gas neurotoksik. VX, kemungkinan.” Rayder berbalik. “Matikan jalur akses ke Zona Empat. Siapkan ledakan di jembatan Del Norte.” Ghost: “Kau yakin mau ledakkan jalan utama?” “Kita tidak buka pintu neraka. Kita segel selamanya.” Dampak Serangan & Kepanikan Kota Panik menyebar seperti penyakit. Rumah sakit penuh. Warga menyerbu toko untuk masker dan makanan. Radio bawah tanah menyebarkan ketakutan yang dibungkus kebohongan. Morena duduk di depan mikrofon, menggenggam naskah berita dengan tangan bergetar. “Kita siarkan kabar darurat sekarang,” uj

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 19 - BAGIAN II

    Bab 19: Kota Tanpa Cahaya (Bagian 2) 8. Kegelapan adalah Senjata Dengan sistem El Silencio masih aktif, Rayder mulai mengubah strategi. “Kegelapan bukan lagi gangguan,” katanya kepada tim elit. “Kita jadikan ia senjata.” Zorro menyebarkan informasi palsu melalui saluran radio tua bahwa Isandro akan melakukan kudeta terhadap pemerintah Tinarkko. Di saat yang sama, Morena menyebar kabar di kalangan bisnis bawah tanah bahwa Isandro telah membunuh dua pemimpin kartel kecil untuk mengambil alih rute mereka. “Jika mereka percaya Isandro akan mengkhianati mereka, mereka akan datang kepada kita,” kata Morena. 9. Jatuhnya Pilar Lama Kairo berhasil menembus jaringan informasi lama yang masih berjalan di bawah kontrol bank hitam internasional. Di sana, ia menemukan transaksi mencurigakan—pengiriman dana dari jaringan yang dulu milik Mendoza kepada identitas yang baru terhubung ke Isandro. “Dia menggunakan harta warisan untuk menghancurkan apa yang diwarisinya,” kata Kairo. Rayder menatap

  • MAFIA SANTA CRUZ: SANG RAJA TANPA MAHKOTA   BAB 19 - BAGIAN I

    Bab 19: Kota Tanpa Cahaya (Bagian 1 ) 1. Ledakan dalam Sunyi Pukul 00.01, seluruh distrik timur Santa Cruz gelap total. Bukan hanya padam listrik—semua sistem komunikasi, jaringan digital, bahkan kontrol transportasi dan distribusi logistik terhenti. Kairo menatap layar sistem utama yang padam. Di ruang kendali markas besar, hanya cahaya senter yang menembus kegelapan. “El Silencio bukan hanya sistem penghubung lama,” katanya pelan. “Ini akar dari seluruh perkembangan digital kita. Kalau mati, semua turun bersamanya.” Lupe berkutat dengan terminal cadangan. “Protokol yang kau buat tidak cukup. Kita butuh jaringan baru. Dari awal.” Rayder berdiri membelakangi mereka, menatap jendela hitam. Di kejauhan, suara sirene membelah malam. “Biarkan semua lumpuh. Biarkan mereka tahu bahwa cahaya yang mereka nikmati selama ini datang dari sisi tergelap kota ini.” 2. Reaksi Kacau: Ketakutan di Jalanan Warga mulai panik. Di distrik pusat, orang-orang berlarian. Apotek dijarah, toko makanan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status