Share

Lima Matahari ?!

Malam akhirnya telah berganti. Hawa udara yang sedingin es serasa menusuk sampai ke dalam tulang, secara perlahan mulai menghangat saat sinar mentari pagi menyentuh kulit mereka.

Isamu dan para anak buahnya akhirnya bangun dari tidurnya lalu menatap sang mentari fajar. Mereka semua sedikit terkejut karena matahari yang mereka lihat bukanlah satu melainkan ada lima matahari sekaligus.

“Kapten apakah anda mengetahui fenomena aneh ini?” tanya Miekato pada Isamu yang lebih memahami tentang ilmu perbintangan.

Isamu menatap langit dengan lebih teliti untuk memastikan bahwa dugaannya ini adalah benar karena dia juga belum pernah melihat fenomena ini secara langsung. Namun, dia pernah membaca tentang fenomena aneh ini di dalam buku yang ditinggalkan oleh gurunya.

“Fenomena aneh ini bernama Sun Dog,” jawab Isamu Yakin.

“Sun Dog?!”

Sebuah anak buah Isamu terlihat kebingungan dengan istilah aneh ini karena nama fenomena aneh itu menggunakan bahasa yang berbeda dengan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari.

“Huff …”

Isamu menarik nafas panjang dan mulai menjelaskan tentang fenomena aneh ini dengan lebih detail pada anak buahnya termasuk juga dengan apa yang disebut dengan fenomena cincin halo yang biasanya juga terjadi pada matahari.

Setelah hampir tiga puluh menit mendengarkan cerita Isamu, para anak buah kapal itu akhirnya mengerti bahwa fenomena aneh ini terjadi akibat adanya pantulan dari sinar matahari yang menerobos awan yang mengandung serpihan kristal-kristal es dalam jumlah yang cukup banyak. Dan hal ini biasanya hanya akan terjadi di tempat yang memiliki suhu udara yang sangat dingin.

Namun, kemunculan fenomena aneh ini juga sering dikaitkan dengan suatu pertanda buruk. Dan hal ini membuat para awak kapal itu menjadi sangat penasaran karena Isamu tetap tidak ingin mengatakan tentang rahasia itu meskipun mereka semua telah berkali-kali memohon.

Isamu tentu saja tidak akan mengatakan pada anak buahnya bahwa fenomena aneh ini merupakan pertanda bahwa planet yang mereka tempati akan segera hancur karena adanya suatu bencana dahsyat yang sedang mendekat.

Tepat setelah Isamu menyelesaikan ceritanya, awan berwarna hitam kembali muncul di atas kepala mereka. Awan berwarna hitam kali ini membawa tekanan yang lebih kuat dari sebelumnya karena saat ini mereka semua kesulitan untuk menggerakkan anggota tubuhnya.

“Miekato, cepat gunakan kekuatan sihirmu untuk menahan tekanan dari awan hitam ini,” seru Isamu memberi perintah.

Miekato segera mengangkat kedua tangannya ke langit sambil membaca sebuah mantra sihir.

“Teknik Sihir Pertahanan Es - Piramida Kristal Kaca.”

“Sring …”

Sebuah piramida yang terbuat dari kristal es yang menyerupai sebuah kaca tembus pandang langsung terbentuk dan melindungi mereka semua.

Mereka semua akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya dengan bebas dan bernafas dengan lega.

“Akito, Kage, Eiji. Lemparkan semua bahan peledak yang kalian simpan ke atas langit agar awan hitam itu terpencar dan memudar,” lanjut Isamu memberi perintah.

“Siap Kapten!”

Mereka bertiga segera mengeluarkan semua bom yang telah mereka buat sendiri dan mereka simpan di dalam tas penyimpanan khusus selama bertahan-tahun.

“Boom … Boom … Boom …”

Suara ledakan yang sangat dahsyat bergema di langit bagaikan suara kicauan burung yang terdengar saling bersahut-sahutan ketika bom tangan yang mereka lemparkan ke langit meledak secara bergantian.

Kilatan-kilatan cahaya dari bahan peledak juga menghiasi langit hitam itu dan secara perlahan mendorong langit hitam itu untuk berpencar ke segala arah.

Saat ini, awan hitam di atas kepala mereka sudah sepenuhnya menghilang. Tapi, awan hitam itu masih mengelilingi tempat mereka berada seperti sebuah lingkaran.

“Apakah kita berhasil Kapten?” tanya Miekato.

“Belum,” jawab Isamu singkat.

Isamu lalu menatap ketiga anak buahnya yang lain yang memiliki kemampuan ilmu beladiri yang hampir sama dengannya yaitu Kouki, Ryoto dan Touma.

“Kalian bertiga keluarkan senjata kalian masing-masing dan bersiap untuk melakukan pertarungan jarak dekat,” seru Isamu memberi perintah setelah melihat awan hitam itu secara perlahan mulai turun ke permukaan laut.

Itu artinya, awan hitam itu sebenarnya adalah sekelompok siluman yang sedang menyamar menjadi awan atau bahkan makhluk itu adalah makhluk yang jauh lebih kuat dari Siluman.

Mereka semua segera mengeluarkan senjatanya masing-masing yaitu pedang, tombak dan panah. Lalu berdiri di barisan depan dari awak kapal yang lain untuk melindungi mereka.

**

Sementara itu, Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin sedang mengamati apa yang dilakukan oleh Isamu berserta anak buahnya untuk menghadapi awan hitam itu dari sebuah kolam air yang ada di dalam istana Shen Long.

“Apakah kita tidak perlu datang untuk membantu mereka? Kekuatan dari Siluman yang akan menyerang mereka bukanlah kekuatan yang bisa mereka hadapi,” ucap Genbu.

“Tugas utama kita adalah menjaga buku yang menyimpan Magic Card. Segala sesuatu yang terjadi pada para manusia itu bukanlah urusan kita karena mereka sendiri yang memancing bencana itu,” sahut Suzaku dengan nada sinis bagaikan bara api.

“Tapi kejadian ini berada di sekitar tempat kita berada. Jika kita mengabaikan mereka, maka kita melanggar aturan yang telah dibuat oleh Dewa Renzu karena sebagai seorang Dewa, kita harus membantu para manusia dari serangan para iblis,” timpal Seiryu yang sepakat dengan pikiran Genbu untuk menolong Isamu dan para anak buahnya.

“Tapi yang menyerang mereka bukanlah iblis. Mereka semua adalah para siluman yang merupakan anak buah dari salah satu Jenderal Iblis. Kekuatan yang dimiliki oleh para manusia seharusnya mampu untuk menaklukkan para siluman itu tanpa bantuan kita,” sahut Byako mematahkan argumen Seiryu karena dia sepakat dengan ucapan Suzaku.

“Hentikan perdebatan kalian!!” seru Shen Long geram.

Keempat Dewa Mata Angin itu langsung diam seribu bahasa setelah mendapat teguran keras dari Shen Long.

“Aku memerintah Siluman Paus Salju untuk menyelamatkan mereka jika Jenderal Iblis itu muncul dan memberikan kekuatannya untuk membantu siluman itu,” lanjut Shen Long.

Keadaan di dalam istana ini seketika menjadi hening kembali setelah Shen Long mengucapkan keputusannya. Tidak ada satupun dari mereka yang berani mempertanyakan keputusan Shen Long meskipun Suzaku dan Byako sedikit tidak setuju dengan keputusan ini.

**

Awan hitam itu akhirnya turun dan menyentuh permukaan air laut Samudra Hitam.

Seketika, sekumpulan awan hitam pekat itu langsung berubah menjadi dua belas ekor siluman ular berukuran raksasa.

Namun, tidak hanya berhenti sampai di sana. Kedua belas siluman ular raksasa itu kemudian berkumpul dan membentuk lapisan kabut tebal yang berwarna hitam pekat untuk menutupi tubuh mereka.

“Apa yang sebenarnya para siluman itu lakukan? Apakah kabut hitam pekat itu mereka gunakan untuk menyembunyikan keberadaan mereka?” ucap Ryoto menatap kabut berwarna hitam pekat itu.

“Sepertinya para siluman itu akan bergabung dan menyatukan kekuatan mereka untuk membunuh kita semua,” jawab Isamu cemas.

“Roarrrr …”

Suara ruangan bintang buas yang sangat menakutkan tiba-tiba keluar dari dalam kabut berwarna hitam pekat itu dan membuat mereka semua menjadi bergetar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status