Share

Menunggu Pagi

“Duarrr …!!”

Petir yang sangat dahsyat tiba-tiba turun dari langit dan menyambar kapal milik Isamu hingga hancur berkeping-keping.

Namun, untung saja tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini karena semua awak kapal  sudah melompat keluar kapal sebelum petir itu menghancurkan kapal milik mereka.

“Untung saja kapten memberikan peringatan pada kita untuk segera melompat keluar. Jika tidak, sudah pasti kita semua pasti akan hancur berkeping-keping seperti kapal itu,” seru Miekato sambil berenang.

“Benar sekali. Untung saja kapten memiliki kemampuan untuk melihat pergerakan bintang dan langit sehingga dia bisa memberikan kita peringatan. Tapi, di mana kapten berada,” jawab Akito sambil melihat daerah sekitar untuk mencari keberadaan Isamu karena hanya dia saja yang tidak ada di tempat ini.

Semua awak kapal akhirnya berpencar untuk mencari keberadaan Isamu. Mereka semua berenang menyisir daerah sekitar puing-puing kapal berada.

Karena tidak menemukan keberadaan Isamu di permukaan laut, maka miekato mengambil inisiatif untuk menyelam. Sebab, diantara mereka semua hanya Miekato dan Isamu saja yang memiliki kemampuan sihir untuk menyelam sampai ke dasar laut.

Miekato segera membaca mantra dan menggambar sebuah simbol sihir di atas permukaan air untuk mengaktifkan teknik sihir miliknya.

“Teknik Air Bulan.”

Seketika sebuah gelembung udara yang cukup besar langsung keluar dari simbol sihir itu dan menelan tubuh Isamu. Di dalam gelembung udara ini terdapat oksigen dengan jumlah yang sangat melimpah sehingga dia bisa melakukan penyelaman selama berjam-jam.

Selain itu, dia bisa mengendalikan pergerakan dari gelembung udara ini hanya dengan pikiran saja sehingga dia tidak perlu capek-capek berenang. Dan yang paling penting adalah permukaan dari gelembung ini sangat lentur dan kuat sehingga bisa menahan serangan para hewan buas ataupun siluman yang ada di dasar laut.

Dan benar saja, Miekato menemukan Isamu berada di dalam bagian ruang kemudi kapal yang tenggelam ke dasar laut. Namun, Miekato sedikit lega karena dia melihat Isamu baik-baik saja dan masih bisa bergerak bebas.

Isamu hanya kesulitan untuk membuka pintu ruang kemudi kapal itu karena pintu itu terjepit di antara batu karang.

Miekato segera bergerak mendekati ruang kemudi kapal itu dan memberikan isyarat pada Isamu untuk sedikit mundur ke belakang menjauhi pintu ruang kemudi kapal.

Isamu menjawab dengan anggukan kepala karena dia sudah tau apa yang akan dilakukan Miekato.

Miekato segera memperbesar gelembung udara yang menyelimuti tubuhnya dan menarik bagian ruang kemudi kapal itu masuk ke dalam gelembung udara miliknya. Setelah itu, dia menggunakan kekuatan pikirannya untuk menggerakkan gelembung udara itu naik ke permukaan sehingga Isamu bisa keluar dari ruangan itu.

“Huff … Akhirnya aku bisa keluar dari ruang kemudi sialan itu!” seru Isamu tersenyum lega sambil menarik nafas panjang. Sebab, dia sudah menahan nafas kurang lebih selama dua puluh menit karena dia tidak memiliki kemampuan sihir seperti Miekato.

Tidak seperti Miekato yang murni seorang penyihir. Isamu hanya menguasai sedikit ilmu sihir peringkat rendah karena sihir yang dia gunakan bertujuan untuk memperkuat jurus pedang yang dia gunakan. 

Selama ini, Isamu mempelajari kemampuan bertarung dari para prajurit yang dia jumpai dan ilmu perbintangan serta sihir peringkat rendah dari Gurunya.

Para awak kapal yang lain langsung berenang mendekati tempat Isamu berada setelah mereka melihat Isamu dan Miekato naik ke permukaan.

“Untunglah kapten selamat.”

“Benar, untung saja kapten bisa selamat. Jika kapten sampai mati, aku tidak tahu harus pergi kemana kategori hampir dari semua Kerajaan di planet ini menolak kehadiranku.”

Eiji dan Kage sangat senang ketika melihat Isamu masih hidup karena Isamu adalah penyelamat mereka berdua.

“Tenanglah. Aku tidak akan bisa mati semudah itu sebelum impianku tercapai. Bukankah kita semua sudah sepakat untuk menaklukkan semua samudra yang ada di planet ini,” ucap Isamu sambil meletakkan kedua tangannya di atas kepala Eiji dan Kage.

Eiji dan Kage menganggukkan kepalanya sambil menghapus air mata mereka. Mereka berdua sebenarnya adalah seorang anak yang baru berusia 15 tahun, tapi kehidupan yang keras telah merubah pola pikir dan penampilan mereka seperti seorang pria yang ialah berusia dua puluh lima tahun.

“Apa yang harus kita lakukan kapten? tidak mungkin kita harus berenang terus di tengah-tengah lautan,” tanya Akito sedikit gelisah karena dia sudah mulai kelelahan berenang di air yang sedingin es ini.

“Kita bisa menggunakan kemampuan sihir yang dimiliki oleh Miekato untuk pergi ke pulau terdekat. Setelah itu kita baru memikirkan rencana selanjutnya,” jawab Isamu tegas.

“Aku mengerti.”

Miekato segera menggunakan kembali teknik air bulan miliknya dan membawa semua awal kapal pergi dari Samudra Hitam yang sangat menakutkan ini.

Akan tetapi, badai petir segera muncul dan menghancurkan sihir Miekato.

“Apa yang terjadi?! Kekuatan sihirku ini seharusnya bisa menahan serangan petir,” ucap Miekato mengernyitkan kening karena kebingungan.

“Sepertinya ada kekuatan yang sedang menahan kita untuk meninggalkan tempat ini. Aku tidak yakin makhluk seperti apa yang menahan kita. Tapi, aku bisa memastikan bahwa makhluk itu memiliki kekuatan yang setingkat dengan Dewa karena dia bisa mengatur petir yang berasal dari langit,” jawab Isamu sambil memperingatkan para anak buahnya untuk waspada.

“Lalu apa yang harus kita lakukan kapten?” sahut Kouki.

“Kita pergi ke puing-puing kapal itu sambil menunggu matahari terbit. mungkin saja kita akan menemukan jalan keluar dari tempat ini setelah hari mulai terang,” jawab Miekato.

Mereka semua lalu berenang menuju ke puing-puing Kapa Berlian Emas lalu mengumpulkan setiap bagian-bagian kapal yang tersisa dan menyatukannya dengan sebuah tali hingga membentuk sebuah rakit kecil. 

“Kita istirahat sebentar di atas rakit ini sambil memulihkan tenaga sampai pagi tiba,” seru Isamu.

Mereka semua naik ke atas rakit lalu beristirahat di sana.

**

Sementara itu, di bagian terdalam dari Samudra Hitam. Tepatnya di sebuah pulau yang berbentuk seperti kupu-kupu. Ada lima ekor sosok binatang buas berukuran raksasa yang sedang berkumpul di tengah-tengah pulau sambil mendiskusikan sesuatu yang sangat penting.

“Sepertinya para utusan dari Bangsa Iblis sudah mengetahui tentang keberadaan kita.”

“Memang benar ucapanmu itu. Kegaduhan di wilayah perbatasan itu adalah perbuatan dari salah seorang Jenderal Iblis. Aku masih ingat dengan jelas tentang bentuk dari petir berwarna hitam yang dia gunakan untuk menyerangku saat masih berada di Perpustakaan Kerajaan Langit.”

Sosok yang paling besar di antara kelima binatang buas itu akhirnya bergerak dan berbicara dengan nada yang penuh berwibawa.

“Kita harus mencari manusia yang mampu mengendalikan Magic Card ini. Dengan begitu, dia bisa melawan Bangsa Iblis yang sedang mengejar kita dan membawa kita kembali ke Istana Kerajaan Langit.”

Ternyata kelima binatang buas berukuran raksasa itu adalah Shen Long dan keempat Dewa Mata Angin yang ditugaskan oleh Renzu untuk menjaga Magic Card. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status