Share

22. Teror

"Ba-baik ... aku akan bicara jujur, Bang."

"Katakan!" titah Rain datar.

"Dua kali aku masuk ke ruang kerja Mbak Ingga adalah agar Mbak Ingga bisa menuangkan obat perangsang itu tanpa terlihat kamera."

Wajah Ingga seketika pias. Namun, lekas ia alihkan dengan mendelik pada Vita. "Hei ... jangan buat fitnah sembarang kamu, Vit!" bentak Ingga sambil mendepak tubuh perempuan itu hingga tersungkur.

"Ingga, biarkan dia menyelesaikan ceritanya dulu!" seru Rain mencegah Ingga berbuat kasar lagi.

"Tapi, dia sudah ngelantur bicaranya, Rain," kilah Ingga terus menatap Vita dengan sengit.

"Semua akan dapat jatah bicara." Rain berucap dengan tenang. Dia bangkit dari duduknya. "Kamu pun akan mendapatkan gilirannya. Jadi sekarang diamlah!"

Wajah Ingga semakin terlihat keruh. Namun, dia tidak berani bicara lagi.

"Lanjutkan ceritamu!" suruh Rain pada Vita.

Vita terlihat menarik napas perlahan. Seolah tengah mengumpulkan keberanian untuk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status