MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA

MALAM PERTAMA DENGAN BOS MAFIA

last updateLast Updated : 2022-03-31
By:  Yenika KoesriniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
23 ratings. 23 reviews
68Chapters
31.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menikahi seorang berandal? Bermimpi pun tidak. Namun, ketika lelaki itu sudah berikrar suci di depan penghulu, aku harus rela menerima. Bahkan Ibu selalu memberikan wejangan agar aku harus senantiasa patuh dan hormat padanya. Mampukah aku memenuhi kewajiban itu? Serta bisa kah aku mengubah gaya hidupnya yang selalu main judi dan minum?

View More

Chapter 1

1. Bapak yang Menyusahkan

PRANK!

 

Aku yang tengah menyisir rambut sehabis mandi sore, terkaget mendengar suara benda kaca terjatuh.

 

"Jangan, Bang! Itu uang buat bayar sekolahnya Gadis dan beli tasnya Bintang." Suara Ibu terdengar memohon.

 

"Berisik!"

 

BRUGH!

 

"Akhhh!"

 

Seketika aku menghambur keluar kamar. Tampak Ibu tengah tersungkur dengan mengernyit. Sepertinya Ibu sedang menahan sakit.

 

"Bang, kasihan Gadis sudah nunggak SPP-nya, Bintang pun tasnya sudah robek-robek," mohon Ibu dengan suara memelas. 

 

Wanita itu mencoba bangkit, lalu bergerak menyusul Bapak yang sudah mencapai pintu. Ibu berusaha merebut kembali uangnya. Namun, tangan Bapak menampiknya dengan kasar. Membuat Ibu kembali terhalau.

 

"Bapaaak!" Aku berteriak geram. Kaki ini menderap cepat untuk menghentikan langkah Bapak. "Kembalikan uang Ibu!" suruhku berani.

 

Bapak menatapku datar. "Gak usah berisik! Bapak cuma pinjam sebentar, nanti pasti bapak ganti," ujarnya sedikit berjanji dengan suara pelan.

 

Setelahnya Bapak pun berlalu. Tidak percaya dengan omongan pria empat puluh lima tahun itu, aku kembali mencegah kepergian Bapak. Pasalnya uang itu pasti akan digunakan Bapak untuk berjudi.

 

"Jangan buat bapak marah, Kiran!" gertak Bapak saat aku berdiri di depannya untuk menghalangi. Tatapannya cukup dingin. Namun, aku tidak gentar sedikitpun.

 

"Kembalikan uangnya ibu!" Aku mengulangi perintah. Tidak peduli pada tetangga sekitar. Mereka sudah hapal pada suara keributan di rumah ini. Bapak memang kerap kali kasar pada Ibu dan anak-anaknya jika tengah kalut.

 

"Kamu mau jadi anak yang durhaka dengan melawan bapak?" Suara Bapak masih cukup tenang. Matanya menyapu sekitar.

 

"Melawan bapak yang lalim itu bukan durhaka."

 

Bapak tidak membalas. Dia hanya melangkah maju. Tangannya menarik lenganku. Lalu menghempaskan tubuhku dengan keras ke lantai teras. Selanjutnya pria yang teramat kubenci itu beranjak pergi dengan langkah yang panjang-panjang.

 

"Kamu baik-baik saja, Ran?" tanya Ibu memapahku berdiri. 

 

"Aku gak papa, Bu," balasku menenangkan kekhawatiran Ibu. Namun, rasa sakit pada pinggang membuat aku mendesis kecil.

 

"Sudah berapa kali ibu bilang jangan melawan bapakmu," nasihat Ibu sembari membimbingku duduk di kursi teras.

 

"Tetapi orang macam bapak memang harus dilawan, Bu," tukasku cepat. "Bapak sudah keterlaluan. Tidak terhitung berapa kali tangan kotornya memukul kita," lanjutku menahan geram.

 

"Sabar, Kiran," saran Ibu lembut. Wanita berbego cokelat itu mengusap rambutku lembut.

 

"Mau sampai kapan, Bu? Bapak sudah terlalu semena-mena sama kita," sahutku menggebu-gebu karena emosi yang menghimpit dada ini. "Andai Ibu mengizinkan, seharusnya sudah lama ba ji ngan itu membusuk di penjara."

 

"Kiran, jaga bicaramu!" Ibu menegur dengan tegas, "ingat tanpa dia, kamu tidak akan ada di dunia ini."

 

"Andai bisa memilih, aku tidak mau menjadi anaknya."

 

Ibu menarik napas dalam-dalam. "Setiap orang punya ujian hidup masing-masing. Mungkin ujian kita adalah bapakmu, Nak. Jadi bersabarlah! Mohon pada Gusti Allah untuk melembutkan hati bapakmu di setiap sujudmu," wejang Ibu bersungguh-sungguh.

 

"Aku gak sekuat Ibu," balasku sambil berdiri. "Kalo aku punya suami kasar kayak bapak, mending minta cerai saja. Daripada makan hati setiap hari." 

 

Ibu hanya terdiam. Wanita itu kembali menghirup napas yang sesak.

 

"Ada banyak hal yang mesti ibu pertimbangkan jika harus bercerai dari bapakmu," kilah Ibu lirih. "Terutama kalian." Wanita itu menatapku lurus.

 

Kaki ini aku yang menghela napas. Kucondongkan badan untuk memegang kedua pundak Ibu. "Aku, Gadis, dan Bintang akan sangat bahagia jika Ibu bisa lepas dari jeratan lelaki jahat itu," tuturku serius. "Pikirkan kondisi Ibu! Jangan sampai Ibu jatuh sakit karena tekanan batin."

 

Usai berkata seperti itu, aku masuk ke rumah kembali. Kaki ini menuju kamar. Penat hati dan pikiran membuatku melempar tubuh ini ke ranjang. 

 

Ada sebersit rasa penyesalan menyergap dada. Andai uang gaji tadi sore tidak langsung kubagi ke Ibu. Seharusnya langsung saja kubelikan sepatu buat Bintang dan kasih ke Gadis. Sehingga Bapak tidak akan merampas uang hasil jerih payahku itu.

 

Huffff!

 

Aku menghela napas berat. Menyesal benar-benar menyesal. Andai aku punya banyak waktu luang. Akan kuajak Bintang ke pasar untuk memilih sendiri sepatu yang ia mau. 

 

Sayang hari-hariku sudah penuh dengan pekerjaan. Berangkat pagi pulang petang. Bahkan kadang sampai malam jika lemburan tengah banyak.

 

Usiaku baru menginjak dua puluh tahun bulan lalu. Masih cukup muda. Namun, kehidupan menempaku tumbuh lebih cepat dewasa dari teman-teman sebaya.

 

Sedari umur sembilan tahun aku sudah terbiasa membantu Ibu mencari nafkah. Ibu bukan seorang janda. Namun, kehidupannya tidak berbeda jauh dari seorang wanita tanpa suami.

 

Bapak memang bekerja sebagai buruh pabrik sama sepertiku. Namun, tabiatnya yang suka main judi membuat kami sekeluarga sengsara. Lalu ketika aku sudah bisa menghasilkan uang, Bapak benar-benar lepas tangan.

 

Lelaki itu justru ikut menambah beban. Setiap hari harus dibelikan rokok. Jika tidak maka Ibu akan kena tangan. 

 

Untuk pria macam itu apakah aku harus tetap hormat?

 

***

 

Semalaman Bapak tidak pulang. Itu sudah biasa. Paling pria itu tengah menghabiskan uang rampasan dariku di tempat hiburan.

 

Namun, sudah tiga hari ini Bapak tidak pulang. Biasanya lelaki itu akan pulang di pagi hari dengan badan bau minuman. Hal ini tentu saja mencemaskan hati Ibu.

 

"Ibu takut bapakmu kenapa-kenapa, Ran," ujar Ibu cemas sembari sesekali melongok pintu.

 

Kami sedang duduk santai bersama. Aku dan Gadis asyik bermain ponsel. Sedang Ibu dan Bintang menonton televisi.

 

"Biarin sajalah, Bu. Mungkin bapak menang judi jadi lupa pulang," sahutku acuh. Mata ini fokus pada ponsel. Hari Minggu seperti ini kugunakan waktu untuk bersantai. "Nanti kalo uangnya sudah habis pasti juga balik," lanjutku asyik men-scroll time-line media sosial.

 

TOK TOK TOK!

 

"Ahhh ... itu mungkin bapak," tebak Ibu dengan senyum semringah. Wanita kalem itu berlalu menuju pintu.

 

"MANA BAMBANG!"

 

Aku terkaget mendengar bentakan keras itu. Begitu juga dengan Gadis dan Bintang. Gegas kami bertiga menyusul Ibu ke depan.

 

"Suami saya belum pulang dari tiga hari lalu," jawab Ibu sedikit ketakutan. Tentu saja ada tiga pria orang berbadan kekar mencari Bapak.

 

"JANGAN BOHONG!" bentak si gondrong.

 

"Buat apa saya bohong." Ibu kembali berujar.

 

"Bagaimana, Bos?" Pria gondrong itu mengerling ke lelaki botak yang lebih pendek darinya itu.

 

"Geledah!" titah pria plontos yang lengannya penuh dengan tato itu.

 

"Siap, Bos!"

 

"Tungguuu!" Kami semua menoleh ke pintu. Bapak dengan pakaian lusuh mendekat.

 

"Ke mana saja kamu selama ini, Bambang?!" gertak teman si gondrong langsung menyeret tubuh Bapak.

 

"Maaf ... saya belum dapat uangnya," ucap Bapak tampak sedikit takut.

 

"Alahhhh ... alasan!"

 

Tanpa bicara lagi kedua orang pria berbadan besar itu langsung meng ha jar Bapak. Tak ayal tubuh Bapak langsung terjungkal mendapat se rang mendadak seperti itu. Kesempatan itu digunakan oleh keduanya untuk me nen dangi Bapak.

 

"Hentikaaan!" jerit Ibu ketakutan.

 

Namun, kedua preman itu tidak juga mengindahkan teriakan Ibu. Keduanya asyik me mu kul Bapak sampai pria itu berdarah-darah.

 

"Sudah-sudah! Tolong hentikan!" Ibu memohon. Wanita itu telungkup melindungi tubuh lemah Bapak. "Memangnya utang suami saya nyampai berapa?" tanya Ibu dengan air mata berurai.

 

"Delapan puluh juta." Si plontos berbicara.

 

"Apaaah?" Aku dan Ibu ternganga tidak percaya. Sementara Gadis terus memeluk Bintang yang menangis ketakutan.

 

"Ya. Dan Bambang sudah berjanji hari ini akan melunasinya. Kalo tidak bisa maka ...." Si plontos menjeda ucapannya. Pria pendek buncit itu menatapku dari ujung kepala sampai kaki. "Bambang harus menyerahkan anak gadisnya yang sudah ia jadikan sebagai jaminan," tuturnya dengan seringai menyeramkan.

 

Aku sendiri membeku mendengar penuturan itu.

 

Lanjut?

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
96%(22)
9
0%(0)
8
4%(1)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
9.9 / 10.0
23 ratings · 23 reviews
Write a review
user avatar
Naffsah
ada sesion 2 nya gk kak??
2023-05-07 21:52:27
1
user avatar
Mmh Apoy
cerita nya menarik bikin penasaran
2023-05-03 22:27:30
1
default avatar
A Sril
sangat bagus
2023-04-27 21:16:20
1
default avatar
Cha Chica
cerita nya menarik
2023-04-20 23:19:14
0
user avatar
Nur Jannah
aku suka cerita nya
2023-04-19 17:05:35
0
default avatar
hafizah pidah
ceritanya seru banget
2023-04-04 02:55:15
1
user avatar
Yen Lamour
Ceritanya seru, semangat berkarya ^^ izin promo ya kak thor, ada yg suka mafia romance? Coba mampir jg yuk ke tempatku, barangkali suka dg ceritanya. Terima kasih kak thor & kakak semuanya ^_^
2022-08-02 21:37:49
0
user avatar
Luthfiano Al ghani
good banget
2022-06-30 21:17:35
0
user avatar
Wafa Farha
seru mangatsss
2022-06-25 14:45:05
0
user avatar
Wafa Farha
seru Kak. mangatssss
2022-06-25 14:44:46
1
user avatar
Wafa Farha
seru kak.mangatss
2022-06-25 14:44:31
0
user avatar
Dyah Sudibyo
keren.....
2022-06-24 17:00:52
0
user avatar
Lia M Sampurno
kereennn mbak
2022-05-16 20:06:19
0
user avatar
Evhae Naffae
keren .........
2022-03-09 20:42:15
0
user avatar
Ana Sue
semangat berkarya ya, Say :)
2022-03-09 14:20:47
0
  • 1
  • 2
68 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status