MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (29)"Jadi sekarang Aira sudah berubah? Sudah sukses? Sudah bisa bangun rumah sendiri? Yang benar, Ndra? Memangnya dia kerja apa? Bikin rumah kan mahal, Ndra? Dapat uang dari mana dia?" Bu Rahmi tak percaya mendengar perkataan putranya barusan.Masa iya, perempuan lemah yang dulu habis ia bully dan maki itu sekarang sudah berhasil dan sukses hidupnya? Dalam waktu yang nggak terlalu lama lagi. Kerja apa memangnya mantan menantunya itu?"Nggak tahu dia kerja apa, Ma. Tapi yang jelas dia sudah sukses sekarang. Anak anak juga kelihatannya baik baik aja. Duh ... kalau tahu begini nggak akan Indra ceraikan dia, Ma. Nyesel Indra jatuhkan talak dan biarkan dia pergi dari rumah ini. Milih Selvi malah jadi begini. Malam pertama, dia ninggalin Indra seenaknya," keluh Indra menjawab pertanyaan ibunya.Mendengar keluhan Indra, Bu Rahmi ikut menghela nafas. Sebagai seorang ibu, dia bisa mengerti dan merasakan kekecewaan Indra pada istri barunya itu.Namun, demi tak
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (30)"Dino! Cepat selesaikan tugas kamu! Teman yang lain sudah selesai, tapi kamu kok belum selesai juga?" ujar guru perempuan yang ada di depan kelas pada Dino yang belum juga selesai mengumpulkan tugas.Tak biasanya Dino terlambat mengerjakan tugas seperti ini karena bocah laki laki itu merupakan murid paling pintar di kelas itu. Namun kali ini tidak. Demi mengulur waktu, Dino memang pura pura kesulitan mengerjakan tugas tersebut sehingga sampai jam pulang sekolah hampir tiba dan murid yang lain sudah sedari tadi mengumpulkan tugas mereka, Dino masih saja sibuk berkutat dengan kertas di tangannya."Ya, Bu. Sebentar. Masih ada beberapa soal lagi yang belum selesai Dino kerjakan, Bu," sahut Dino memberi alasan. Ibu guru pun hanya menganggukkan kepalanya meski dalam hati merasa heran karena tak biasanya Dino seperti ini.Sementara itu, melihat anak laki lakinya tak juga kunjung selesai mengerjakan tugas belajarnya, di luar kelas, Indra berdecak sebal.
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (31)"Dino! Kamu ... !" Indra berteriak tak percaya mendengar jawaban putranya.Sungguh dia tak mengira anaknya itu bisa berkata seperti itu terhadapnya.Ah, apa benar dia dan ibunya sejahat itu terhadap anak anaknya, sehingga membuat darah dagingnya sendiri mampu berucap sedemikian itu terhadapnya?Rasanya dia telah lupa seperti apa perlakuannya pada anak anak dulu sehingga saat ini dia merasa bingung bagaimana bisa anak anaknya menjadi trauma seperti ini terhadap papa kandung dan neneknya sendiri."Mas, Indra! Ngapain kamu ke sini? Kamu mau apa?"Sedang dilanda tanda tanya di dalam hatinya, suara Aira terdengar di telinga Indra.Indra membalikkan tubuhnya lalu tertegun menatap sosok mantan istrinya yang baru saja tiba itu. Di samping Aira, sosok putrinya, Dini tampak sudah bersamanya. Mungkin tadi Aira langsung ke kelas Dini lalu menuju kelas Dino untuk menjemputnya makanya bisa bertemu dia di sini.Laki laki itu merasa kaget bukan saja karena Aira m
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (32)"Sombong kamu ya, Ra! Mentang mentang sudah punya rumah sendiri, kamu pikir kamu bisa berbuat semaunya! Sadar, Ra kamu itu sekarang janda beranak dua. Siapa sih memangnya yang mau nikahin janda anak dua? Nggak ada, Ra! Makanya nggak usah belagu deh! Bersyukur kamu Indra mau ngajak rujuk! Eh, ini bukannya bersyukur dan senang, malah sok sokan menolak!""Yakin kamu mau menolak? Atau sebenarnya kamu cuma gengsi dan malu aja kalau cepat cepat menerima ajakan rujuk kembali dari Indra? Atau ... kamu ragu karena Indra masih terikat perkawinan dengan Selvi? Kalau itu masalahnya, kamu tenang aja. Sebentar lagi biar diurus perceraian Indra dengan dia, biar kamu bisa tenang dan nggak ragu lagi soal hubungan mereka. Oke?" ujar Bu Rahmi dengan nada percaya diri pada Aira.Mendengar perkataan mantan ibu mertuanya itu, Aira menghela nafas. Bu Rahmi tak pernah berubah ternyata. Masih saja menganggap perkawinan adalah sebuah permainan belaka hingga tak mengapa ka
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (33)"Benar, Pak. Dino nggak mau ikut Papa. Tapi Papa terus memaksa, nenek juga!" sergah Dino lagi sambil memandang tak suka ke arah Indra.Yang diingat bocah itu memang hanya kenangan buruk selama tinggal di rumah ayah kandungnya itu. Tak ada kebahagiaan dan ketenangan tinggal bersama orang yang harusnya menyayangi dirinya sepenuh hati itu.Itu sebabnya, dia bersikeras tak mau diajak pulang oleh ayah dan neneknya itu."Tapi Papa sayang sama kamu, Dino! Kalau Papa memang salah, Papa minta maaf. Papa menyesal sudah membuat kamu dan adik kamu pergi dari rumah. Tapi tolong maafkan Papa.""Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan, Dino. Begitu pun Papa, tak luput dari salah dan dosa. Tapi kalau Tuhan saja maha memaafkan, kenapa Dino, Mama dan adik yang hanya manusia biasa tak bisa memaafkan kesalahan dan kekhilafan yang pernah Papa lakukan tanpa sengaja itu?""Dan nenek juga sudah minta maaf sama kalian. Ingin kalian tinggal di rumah Papa dan nenek sepe
MEMBALAS HINAA SUAMI DAN MERTUA (34)Dalam perjalanan pulang ke penginapan, Aira mencoba mengajak Dino bicara. Ia ingin tahu seberapa jauh kedekatan hubungan antara putra dan putrinya itu pada kepala sekolah mereka tersebut."Jadi, selama ini Dino suka cerita cerita sama Pak Kepala Sekolah ya? Kalau Mama boleh tahu, Dino sama Dini cerita apa aja ke Bapak?" tanya Aira ingin tahu. Sejujurnya da merasa malu dan tak nyaman karena masalah rumah tangganya diketahui oleh kepala sekolah anak anaknya itu. Apalagi Dino sempat mengutarakan keinginan supaya Pak Bima bisa menjadi ayah sambungnya.Meski pun hal itu bisa memukul balik perkataan mantan mertuanya soal statusnya yang sudah janda yang tak akan bisa lagi membuat laki laki jatuh cinta padanya dan ingin meminangnya itu, tetapi dia merasa tak enak hati karena Pak Bima sekarang jadi tahu aib rumah tangga yang tak seharusnya tersebar luas itu."Hmm ... cuma bilang kalau Mama sama Papa sudah nggak satu rumah lagi aja sih. Waktu itu Pak Bima
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (35)"Hmm ... apa Bapak punya bukti kalau kepala sekolah yang Bapak sebutkan tadi telah melakukan perbuatan seperti yang Bapak tuduhkan pada beliau?" tanya kepala dinas di hadapan Indra dengan mata memicing ke arah nya.Indra salah tingkah. Ia memang tak punya bukti apa apa yang bisa menguatkan tuduhannya itu.Hanya terdorong rasa sakit hati, cemburu dan marah dia nekad berbuat seperti itu, melaporkan Pak Bima pada atasannya. Ia sebenarnya sadar kalau saat ini ia tak punya hak apa apa lagi atas diri Aira sebab perempuan itu sudah dia ceraikan secara sah di pengadilan agama.Tapi hasrat ingin kembali lagi pada perempuan itu karena kondisi ekonominya yang sekarang sudah mulai susah sementara Aira justru sebaliknya sedang sukses dan memiliki pekerjaan yang menghasilkan, membuat nya nekad melakukan segala macam cara untuk bisa membuat Aira kembali jatuh dalam pelukannya."Maaf, Pak. Saya memang tak punya bukti apa apa. Tapi saya melihat dengan mata kepala
MEMBALAS HINAAN SUAMI DAN MERTUA (36)"Gimana, Ndra? Kamu berhasil membuat kepala sekolah anak anak kamu itu dipecat dari jabatannya karena laporan kamu?" sambut Bu Rahmi bertanya saat anaknya tiba di depan rumah.Indra menghembuskan nafasnya lalu menggelengkan kepalanya."Senjata makan tuan, Ma. Ternyata kepala dinas itu kakak kandungnya kepala sekolahnya Dino dan Dini.""Sudah ngomong panjang lebar, ngadu, eh ujungnya zonk! Ternyata kepala dinas pendidikan itu kakaknya Pak Bima. Mau ngadu ke mana lagi sekarang, Ma? Semua jalan sudah tertutup. Lagi pula Aira memang bukan istri Indra lagi. Apalagi Indra nggak punya bukti apa apa atas perselingkuhan dia sama Pak Bima!""Lagi pula apa bisa disebut selingkuh kalau Indra sama Aira sudah bercerai? Duh, pusing Indra memikirkan ini, Ma. Rasanya Indra ingin mati saja! Indra capek, Ma!" keluh Indra sambil meraup mukanya dengan gelisah.Bu Rahmi berdecak penuh rasa sesal mendengar kabar buruk yang barusan dia terima dari putranya itu. Berharap