Share

Bab 6 Penyelidikan

"Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu? Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? aku akan cari tahu sendiri."

***

Tiara masih belum bisa kembali pada tubuhnya. Dia masih sibuk berkeliaran memecahkan permasalahannya selama ini. Malam ini dia pulang kerumahnya. Melewati gerbang kokoh yang tergembok rapat. Menembus dinding istana megahnya. Dia bisa melewatinya tanpa harus meminta satpam membukakan pintu.

Diruang keluarga ayah dan ibunya sedang berdiskusi membicarakan Tiara.

"Sampai kapanpun ibu tidak mau punya mantu miskin! si Tomi itu nanti akan menjadi parasit bagi kita. Ibu tidak mau harta ayah nantinya dirampas dia,"  protes ibu pada ayah Tiara.

"Ya sudah. Ayah nurut saja apa kata ibu."

Tiara kesal sekali menyaksikan drama ini. Rupanya dalam keadaan sekaratpun, ibu tirinya tidak peduli perasaan Tiara. 

Setelah ayah pergi menuju kamar dan meninggalkan ibu tirinya sendiri diruang keluarga. Ibu berbisik geram,

"Heuh ... itu bocah kenapa ngga buruan mati aja! aku sudah tidak sabar merebut semua harta kekayaan ayahnya dan pergi bersama pacarku. Lelah rasanya, belasan tahun harus mempertahankan rumah tangga yang tidak aku inginkan. Aku ingin segera pergi bersama pujaan hatiku. Hem ... aku harus pergi ke dukun yang lebih ampuh lagi. Agar ayah Tiara semakin nurut dan selalu tergila-gila denganku."

Tiara yang dengan jelas mendengar semua perkataan ibu tirinya itu langsung kecewa dan marah. Dia langsung menggunakan semua kekuatannya untuk menjatuhkan guci mahal kesayangan ibu tirinya. Berhasil guci itu terjatuh dan pecah.

prang ... 

Ibu tirinya langsung kaget. Antara sedih dan takut. Sedih karena guci mahal kesayangannya pecah dan takut karena aura seram mulai membuat bulu kudugnya berdiri.

Suara jeritan ibu tiri pun membuat ayahnya keluar kamar dan melihat apa yang terjadi. Sesaat telpon rumah pun berdering. Itu panggilan masuk dari rumah sakit. Tempat dimana Tiara dirawat.

"Halloo ... selamat malam," ucap ayah Tiara.

"Selamat malam pak. Begini ... Tiara kritis lagi, bisa kalian datang. Saya khawatir kali ini dia tidak bisa diselamatkan," suara dokter itu terdengar cemas sekali.

Orang tua Tiara beserta para pengawal pun pergi menuju rumah sakit.

***

Tiara kembali kritis karena dia sekuat tenaga memecahkan guci mahal milik ibu tirinya. Ini hari ke sepuluh dia koma. Dia belum bisa membuka mata. Kemarin keadaan mulai membaik. Perlahan dia bisa menggerakan tangannya. Tapi malam ini keadaan buruk lagi.

Ibu dan ayah bermalam dirumah sakit. Tidur disamping putri semata wayangnya itu.

Setelah sholat subuh. Tomi datang menjenguk Tiara dan hendak membacakan ayat-ayat suci al-quran. Dia meminta ijin pada keluarga. Awalnya ibu tiri menolak, namun dokter membela dan menemaninya untuk mengaji disamping Tiara.

"Biarkan bu! ijinkan Tomi membacakan ayat suci al-quran. Tiara sudah tidak ada harapan lagi. Kemungkinannya untuk sembuh hanya 10 persen. Sangat mustahil kecuali ada keajaiban Tuhan," jelas pak dokter yang tegas dan baik hati.

"Bismillah hirohman nirohim. Yaaa sin," suara merdu Tomi saat mengaji membuat ayah Tiara meneteskan air mata. 

Ayah sudah lama tidak mendengar ayat-ayat suci itu. Seketika kemat dari dukun yang diperintah oleh ibi tiri luntur. Tiba-tiba ayah sangat terpukul melihat kondisi putrinya. Ayah yang tadinya angkuh dan tidak mau berbincang dengan Tomi. Kali ini malah ngajak Tomi berdiskusi.

Ibu tiri mulai panik dan menyuruh Tomi berhenti membacakan ayat-ayat suci itu. Ayah menyuruh para pengawal mengamankannya dan membawanya pulang. Kali ini ayah tidak ingin diganggu oleh istri mudanya itu.

***

Ajaib!!!

Berkat keajaiban dan kasih sayang Tuhan. Tiara yang di vonis tidak ada harapan untuk selamat. Kali ini membuka matanya perlahan. Tidur yang sangat panjang. Tiara siuman. Tiara menantap kedua lelaki disamping kanan dan kirinya. Mereka berdua adalah dua lelaki yang sangat Tiara sayangi.

Tiara memegang erat tangan Tomi dan tangan ayahnya. Tiara memohon dengan sangat pada ayahnya.

"Ayah ... aku mohon restui kami. Aku sangat mencintai Tomi. Aku berusaha untuk berbicara dengan ayah selama ini, tapi begitu sulit. Nikahkan kami ayah, aku mohon!!!"

"Ia sayang ... ayah akan nikahkan kalian. Ayah merestui kalian. Kamu cepet sembuh yah. Kembali ceria seperti dulu," pinta ayahnya.

"Terimaksih ayah sudah merestui hubungan kami. Saya janji akan menjaga Tiara dengan baik."

Ayah sengaja pergi dari ruang rawat. Membiarkan Tomi dan Tiara melepas rindu setelah tidur panjangnya.

Tiara menyentuh pipi lembut Tomi dan berkata,

"Akhirnya aku bisa nyentuh kamu lagi. Aku takut sekali kehilangan kamu. Terimakasih sudah setia menunggu selama belasan tahun ini. Untuk menanti kepastian ini. Kita akan segera menikah. Kita tidak akan terpisahkan lagi."

***

Matahari mulai terbit dan menyinari bumi ini dengan sangat cerah. Tomi membantu Tiara untuk duduk dikursi rodanya. Dia hendak membawa Tiara menghirup udara pagi dan menikmati alam yang indah ini. 

Mereka berdua mulai berkeliling taman dirumah sakit. Menyaksikan burung-burung kecil berterbangan mencari makan. Kupu-kupu indah sedang hinggap di bunga-bunga mekar. Tiara tersenyum manis. Merasa bersyukur dirinya masih bisa hidup untuk yang kedua kalinya. Ia telah melewati masa kritisnya.

Mereka bercanda ria membahas tentang rencana pernikahan mereka.

"Nikahnya sederhana saja tidak apa-apa? Saya tidak punya banyak uang untuk menggelar resepsi yang megah hehe," sambil tertawa kecil Tomi mengatakannya.

"Tentun saja tidak mengapa. Yang penting sah. Aku sudah tidak sabar ingin merasakan malam bertama bersama kamu haha," Tiara tertawa terbahak.

Tomi pun ikut tertawa dan membelai lembut kepala Tiara. Ada bekas jahitan dikepalanya, tapi tidak mengurangi kecantikannya. Dia tetap manis, bahkan setelah 10 hari tidak mandi pun karena koma.

Mereka melepas rindu seharian. 24 jam mereka bersama. Dari mulai matahari terbit sampai tenggelam. Semua aktifitas hari ini, ditemani Tomi. Hal itu membuat keadaan Tiara cepat membaik. Mungkin karena rasa bahagianya. Jadi keadaan Tiara sudah lebih baik.

Mulai dari membantu Tiara membersihkan tubuhnya. Menggosok gigi. Menyuapi Tiara makan pagi, siang dan sore. Membantu Tiara minum obat secara teratur dan mengajari Tiara mengaji.

Disela-sela kegiatannya. Tiara bercerita tentang ibu tirinya dan hasil penyelidikannya. Ternyata ibu tirinya main dukun agar ayahnya tergila-gila padanya dan selalu nurut. Pantas saja ayah selalu sulit diajak diskusi. Ayah bahkan tidak peduli dengan perasaan putri semata wayangnya itu.

Dulu primadona desa itu datang ketengah-tengah keharmonisan keluarga Tiara. Pantas saja ayahnya kepincut sebab ibu tirinya menggunakan pelet. Ayah tidak sadar. Jadi begitu saja meninggalkan ibu kandung Tiara. 

Ayah sengaja membawaku. Katanya agar aku bisa hidup layak. Kalau ikut ibu kandung takut tidak bisa sekolah dan hidup enak. Karena Ibu Tiara saat itu tidak memiliki pekerjaan.

Sekarang tugas Tiara adalah ingin mencari tahu dimana keberadaan ibu kandungnya.

Baca bab selanjutnya yah dan jangan lupa subcribe teman-teman!!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status