Tomi berbaring dikasur bututnya. Baru saja ia akan memejamkan matanya. Tiba-tiba Tiara datang mengejutkannya. Dia benar-benar mirip hantu. Datang dan pergi sesuka hati.
"Tomi ... temenin aku ngobrol dong!" sapa Tiara dengan nada manjanya.
"Kamu ... ngapain kamu masih berkeliaran. Aku mohon kembali pada ragamu. Aku ingin lihat kamu sembuh seperti dulu," Tomi memohon dengan mata yang berkaca-kaca.
"Aku sudah berusaha kembali ketubuh ku. Tapi tidak bisa. Mungkin karena aku tahu. Sekalipun aku sembuh, kita tidak bisa bersama. Ibu sangat keras. Jadi lebih baik aku tidak hidup."
Mereka menghabiskan malam berdua dikamar Tomi yang sangat sempit. Namun Tiara bahagia. Setidaknya impiannya bisa keluar malam dan bersama Tomi memandang bintang dimalam hari sudah terwujud.
Tiara bercerita satu hal rahasia besar pada Tomi. Yang selama belasan tahun ini ia pendam. Mengenai ibu Tiara. Ibu yang selama ini ia hormati, ternyata bukan ibu kandung Tiara. Tentu saja penjelasan ini membuat Tomi terkejut.
Tomi pun menanyakan keberadaan ibu kandungnya. Mungkin ia bisa membantu membuat Tiara sembuh.
Pertanyaan Tomi justru memancing Tiara untuk bercerita panjang lebar tentang keluarganya.***
Waktu Tiara berusia 5 tahun. Perceraian itu terjadi. Tiara tidak tahu sebabnya. Mungkin karena ia masih terlalu kecil. Dia bahkan tidak boleh berkomunikasi dengan ibu kandungnya. Apalagi menemuinya.
Kejadiannya begitu singkat. Tiba-tiba ayah menikah lagi dengan primadona desa. Perawan. Cantik jelita. Gadis mana yang tidak mau bersanding dengan pengusaha furnitur kaya raya seperti ayah.
Beberapa hari kemudian. Tiara dibawa oleh ayah dan tinggal dengan ibu tirinya. Dia sangat tertekan sekali dari kecil. Untung Tuhan mempertemukan Tomi dengan Tiara. Jadi hidupnya yang sial, terasa berwarna karena kehadiran Tomi.
Tiara tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menuruti semua keinginan ayahnya. Ayah sangat nurut dengan ibu tiri itu. Jadi Tiaara seperti kesulitan untuk berbicara empat mata dengan ayahnya sendiri.
Tiara hanya bisa diam dan selalu nurut.
"Sekarang kesempatanku untuk mencari tahu yang sebenarnya terjadi. Kenapa ibu selalu melarang hubungan kita? kenapa ayah selalu nurut dengan ucapan ibu. Kenapa aku selalu kesulitan berbicara dengan ayah? Banyak hal yang ingin aku selidiki," jelas Tiara pada Tomi.
"Baiklah. Aku akan bantu jika kamu memerlukan bantuan ku. Semoga masa sulit ini cepat terlewati dan kita bisa cepat bersama," pinta Tomi penuh harap.
***
Rindu sekali rasanya. Ingin sekali Tiara memeluk Tomi dan mengecup pipinya. Namun tidak bisa. Jemarinya malah menembus tubuh Tomi. Sulit disentuh. Jadi mereka hanya saling pandang dan mengingat bersama masa-masa indah itu."Kamu ingat tidak, waktu pertama kali kita berenang bersama? waktu praktik ujian akhir di sekolah SMP dulu?" Tiara bertanya untuk memulai bernostalgia.
"Ia aku ingat. Kamu ngambek minta dikecup bibirnya. Padahal kita kan masih anak ingusan haha haha," Tomi tertawa puas. Namun sesaat sedih kembali karena ia sadar semua kenangan itu akan berakhir.
Waktu itu hampir saja Tomi tidak ikut parktik renang karena tidak ada uang. Untungnya Tiara berbaik hati, membayar tiket masuknya. Tomi selalu saja berhutang budi padanya. Sedihnya, sampai sekarang Tomi belum mampu membalasnya. Tomi hanya seorang marbot masjid yang sedang menunggu panggilan kerja.
Tomi sudah berusaha melamar kesana sini. Namun belum juga dapat panggilan kerja. Jaman sekarang mencari kerja dengan cepat harus ada orang dalam dan uang. Jadi Tomi berusaha saja semampunya.
Beda dengan Tiara. Yang sudah bekerja diperusahaan ayahnya menjadi sekertaris.
***
"Ada rahasia besar lainnya yang kamu tidak tahu."
"Apa?" tanya Tomi.
"Dulu waktu SMP, setelah kamu mengajariku main gitar. Aku langsung ciptain lagu untuk kamu."
"Oh itu rahasia besarnya? hehe lucu juga," jawab Tomi dengan senyuman manisnya.
***
Nostalgia waktu SMP.Jam istirahat. Semua teman-teman saling berjabat tangan dan berkenalan. Masih dengan seragam merah putihnya, Tiara sangat bahagia bisa sekolah di SMP Negri yang elit.
Tiara melihat kearah bangku belakang. Memperhatikan Tomi yang menyendiri. Dia menghampirinya dan mengulurkan tangan. "Kamu baik-baik saja kah?"
Tomi membalas uluran tangan Tiara dan menjabat tangannya. "Ya ... aku baik-baik saja."
Tangannya sangat dingin, seperti gugup. Ini sentuhan tangan mereka dengan mesra untuk yang pertama kalinya. Tiara dan Tomi saling pandang dan lupa melepaskan tangan mereka.
Putri temen sebagku Tiara, Langsung bersorak "cie cie" dan itu membuat kelas heboh. Tiara melepaskan jabat tangannya dan mengajak Putri ke kantin.
Tiara bahagia sekali, bisa menyentuh tangan Tomi. Dia belum mengenal Tomi lebih dekat. Namun Tomi nampak seperti cowok cool yang cuek. Yang tidak suka bergaul dan kumpul-kumpul dengan cewek, seperti cowok lainya.
Bagi Tiara, dia berbeda. Bagi Tiara, dia adalah inspirasinya. Baru bertemu beberapa hari saja, otaknya encer bisa nyiptain lagu.
Sejak Tomi mengajarinya main gitar. Dia langsung beli gitar dan berlatih tiah hari dirumah. Dia mulai suka musik. Terutama gitar. Jadilah dia petik gitarnya dan bikin lagu untuk Tomi.
Ini lagu pertamanya, judulnya "Jatuh Cinta". Murni karya anak putih biru. Tiara berharap, suatu hari nanti bakalan ada produser atau artis band yang mau membeli lagu ciptaannya itu. Walau masih amatiran. hehe
Tapi Tiara selalu ingin bisa mendapatkan uang dari karyanya itu. Impian dan cita-citanya dari kecil ingin jadi artis, jadi orang terkenal, bisa di kenal oleh banyak orang dan punya banyak uang. Biar bisa bahagiain orang-orang yang dia sayang.
***
Lagu karya Tiara untuk Candra dengan judul "Jatuh Cinta".
"Semua sesal dalam hatiku,
Kini menghilang karena kehadiranmu,Entah mengapa terjadi padaku,Mungkin ku jatuh cinta padamu,Sa'atku berada didekatmu,
Berdebar-debar rasa jantungku,Betapa bahagianya hatiku,Disa'at berdua bersama kamu...Reff:
ku akui, ku jatuh cinta padamuKu sadari, cintaku hanyalah untukmuAku ingin menjadi kekasih dirimuAku sangat mencintai dirimuKekasih kuHo... ho... ho...Kalau orangtuanya tau tentang lirik lagu ini dan tentang perasaan anaknya ini. Pasti bakalan geram dan kecewa.
Bagaimana tidak? Anak ingusan seperti Tiara sudah berani-beraninya jatuh cinta. Harusnya fokus belajar dan berbakti pada orang tua. Kalau inget ini, Tiara suka berdoa semoga anaknya kelak tidak seperti dirinya yang mengalami jatuh cinta prematur.
Anak ingusan seperti Tiara hanya menulis apa adanya sesuai perasaannya. Jadi waktu itu, memang Tomi membuat dirinya berdebar, semua kesal sesal yang Tiara alamin hilang begitu saja setelah kenal Tomi.
Tiara ngerasa nyaman dan selalu berbuga-bunga tiap dekat Tomi. Lihat dari kejauhan saja jantungnya berdebar-debar, apalagi kalau deket-deketan.
Tiara suka lebay bilang ke Putri, "ya ampun ... Putri coba deh pegang dadaku. Ini jantung ku berdebar karena lihat Tomi senyum dari kejauhan."
Putri langsung bilang, "kalau ngga berdebar kamu ngga hiduplah Tiara," ucapan Putri ada benarnya juga, karena setiap manusia yang hidup pasti jantungnya berdebar.
***
Rangga ingin sekali mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari Rara, karena Rangga tahu kalau Rara adalah gadis yang baik. Baginya, Rara adalah gadis spesial beda dari gadis-gadis lainnya. Rara gadis yang sopan terutama dalam perpakaian, sangat sederhana. Tidak seperti Lita, mantan kekasihnya dulu, selalu saja tampil seksi di depan umum. Di kampus, Rangga menjadi cowok populer karena ketampanannya dan ketahirannya. Banyak mahasiswi jatuh hati pada dirinya, tapi tidak dengan Rara. Rara sepertinya tidak jatuh hati pada Rangga. Sekata pun bahkan Rangga tidak pernah mendengar Rara memuji kepopulerannya. Bagi Rara, Rangga biasa saja. Ini yang membuat Rangga jatuh cinta padanya, Rara begitu cuek bahkan tidak peduli kalau Rangga menjadi orang nomor satu di kampus. Setelah pertengkaran itu, Rara pergi meninggalkan Rangga sendiri di depan gedung administrasi. Rasa benci Rara semakin menjadi-jadi karena tahu kalau Rangga benar-benar tidak punya hati, seenaknya saja menuduh Rara s
Dini pergi meninggalkan Rara dan Rara mulai berjalan kaki menuju cafe di sebrang jalan yang sedang membutuhkan pelayan. Rara berharap akan mendapatkan hasil yang baik kali ini.Setelah sampai di depan cafe, Rara membaca papan pengumuman di depan pintu cafe yang bertuliskan "Dibutuhkan!!! pelayan wanita". Pikirnya ternyata Dini benar memang ada lowongan kerja di cafe ini. Melihat gerak gerik Rara yang mencurigakan akhirnya pemilik cafe keluar dan menegur Rara."Permisi, ada yang bisa saya bantu?" tanya Ibu paruh baya dengan setelah baju tuniknya."Maaf mengganggu bu, sebetulnya saya sedang butuh pekerjaan," jawab Rara sopan."Kebetulan sekali, saya sedang mencari pelayan wanita kalau kamu mau, kamu bisa kerja membantu saya di cafe ini.""Tentu saja bu, saya mau," jawab Rara penuh semangat dan senyum bahagia."Perkenalkan Saya Anisa, Saya pemilik cafe ini. Mulai besok kamu boleh bekerja," kata Ibu Anisa sambil menjabat tangan Rara."Say
"Stop Pak!" kata Rara menyuruh supir angkutan umum untuk menurunkannya di depan kampus negeri. Rara turun dari angkutan umum dan memberikan ongkos kepada supir. Kemudian Rara berlari menuju ruang ujian seleksi penerima beasiswa di kampus negeri. Macetnya jalanan membuat dirinya terlambat datang, sehingga dia harus berlari dan terburu-buru menuju ruang ujian. Saat sampai parkiran kampus, Rara tidak sengaja menabrak cowok sombong dan emosional sehingga terjadi keributan. BRAK!!! "Kamu buta yah?! kalau jalan lihat-lihat dong!" teriak cowok emosional itu. "Maaf kak, saya sedang terburu-buru karena ingin ikut ujian," jawab Rara. "Oh ujian beasiswa bidik misi khusus untuk orang miskin itu? haha dasar gembel yah kamu! Pantas sih kelihatan dari pakaian yang kamu kenakan, kumuh!" ucapnya sambil tertawa terbahak meledek penampilan Rara. Rara kesal sekali dengan perlakuan cowok tengil itu. Rara berjanji di dalam hati untuk tidak akan memaafkannya
Sekuat apapun Dini menyembunyikan. Akhirnya orantuanya tahu juga kalau tentang keberadaan Candra. Sejak Candra kerja di sini, Dini merasa hidupnya jadi penuh mata-mata. Karena setiap Dini jalan dengan Candra pasti saja orangtua nya tahu.Waktu itu misalnya. Orangtua Dini tidak sengaja mampir ke tempat les dan ternyata motor Dini tidak ada. Sejak saat itu orangtuanya selalu curiga dan menyuruh orang-orang kepercayaannya unutk memata-matai anak gadisnya itu.Dini benar-benar merasa risih. Bahkan orangtuanya lupa kalau umur anaknya sudah 26 tahun. Masih saja seperti anak kecil selalu dikekang.Akhirnya saat liburan sekolah tiba. Dini memutuskan untuk pergi dari rumah mencari kebebasan. Dia menuliskan surat di secarik kertas yang bertuliskan,"Maaf yah Mamih Papih. Aku benar-benar sudah tidak sanggup dikekang seperti ini. Tidak apa kalau kalian tidak akan menganggapku anak lagi. Aku akan pergi. Dan jangan pernah salahkan Candra karena dia pun tidak akan tahu
Beda sekolah beda cerita. Di sekolah SMK swasta Dini terkenal paling sukses karirnya. Karena hanya dia yang nyabang di tiga sekolah dan beberapa bulan lalu, dia mendapat tawaran mengajar les bahasa inggris di suatu lembaga. Tentu saja Dini terima.Semua guru melihat Dini selalu banyak penghasilannya. Apalagi ngajar di tempat les honor selalu cair tiap bulan, tidak seperti di sekolah yang cairnya tiga bulan sekali. Mengandalkan dana bos.Waktu awal gajihan pun Dini sempat nangis, karena Di MA hanya dapat upah enam puluh ribu rupiah sebulan dan itu cairnya lama sekali."Mih sedih banget, Dini kuliah mahal-mahal masa honornya segini. Untuk bensin saja mana cukup belum lagi untuk jajan dan beli make up," keluh Dini sambil memamerkan tiga amplop honor dari berbagai sekolah."Dari MA dapet enam puluh ribu, dari SMP dapet seratus lima puluh ribu, dan dari SMK seratus dua puluh ribu," ucap Mamih sambil menghitung hasil kerja keras anaknya.Jelas saja Dini
Entahlah. Orangtuanya sangat tidak mendukung bakat menulis Dini. Katanya, untuk apa menulis seperti orang yang tidak punya masadepan. Dan selalu marah kalau Dini membaca novel. Katanya tidak penting, tidak berkualitas. Lebih baik baca berita.Orangtuanya hanya ingin Dini selalu patuh terhadap semua keputusan mereka. Sedikitpun Dini tidak pernah dikasih kebebasan untuk memilih apa yang dia suka.Hidupnya benar-benar terkekang. Hal apapun yang disukai Dini selalu salah dan tidak pernah didukung. Hati kecilnya selalu berteriak. Ingin menjadi penulis hebat dan karyanya akan ada ditoko buku ini, bahkan di toko buku sedunia.Selama satu jam setengah Dini mematikan ponselnya agar tidak dihubungi Aldi dan dia fokus membaca novel-novel kesukaannya."Rasanya aku ingin mengoleksi semua novel-novel yang aku suka dan aku akan membuat perpustakaan mini dirumah pribadiku nanti. Semoga Candra bisa membantuku untuk mewujudkan semua impianku kelak," rintih Dini pada diriny