THING![NEW QUEST][Gagalkan pengiriman senjata dan emas dari Distrik Sentiong, menuju Pelabuhan Karang Cetak.][Hadiah Penyelesaian Misi : 15 Juta Dollar dan Tanah 500 meter persegi.][Tingkat Kesulitan Misi : 2. ][Bonus Tambahan : 30 poin Aksi dan 15 Poin Kemenangan.]Arsenio yang sebelumnya terlelap dalam mimpi indah, kini terbangun dengan penuh semangat guna menyongsong hari yang penuh misteri ini. Notifikasi itu, menghilang dalam hitungan detik bagai debu tersapu angin. Di waktu hampir berdekatan, suara pintu diketuk terdengar pelan. Tak berselang lama, sosok laki-laki tinggi jangkung, gagah dan tidak ada sedikitpun senyuman di wajahnya, menampakkan diri di hadapan Arsenio.Laki-laki itu berdiri gagah. Namun, kedua bahunya sengaja direndahkan, sebagai bentuk hormatnya kepada Arsenio selaku atasan."Bagus, kau datang." Arsenio buru-buru turun dari tempat tidur. "Bisakah kau melakukan sesuatu untukku sekarang?"Arsenio berkacak pinggang sambil menghela napas panjang, seolah seda
Gedung All Star Grup. Di salah satu ruangan full AC, yang ditempati sekitar 10 orang lebih. Memegang bidangnya masing-masing."Hei, kamu, Anak Baru! Cepat, selesaikan laporan ini sekarang juga! Ini perintah langsung dari atasan!" Seorang wanita cantik, memakai dress berwarna biru itu, meletakkan tumpukan lembaran kertas di atas meja salah satu karyawan di sana, secara kasar. Gadis cantik dengan rambut kuncir kuda itu, menoleh. Setengah mulutnya sudah terbuka. Namun, kata-katanya tercekat di ujung tenggorokan."Selesaikan laporan ini sekarang juga! Jika, laporannya tidak selesai, maka kalian tidak boleh pulang!" ancam wanita yang mengenakan dress biru itu, sambil menjatuhkan tatapan jalang kepada bawahannya.Wanita itu, manager di bagian desain grafis. Menduduki jabatan yang cukup tinggi, membuat ia congkak dan sombong. Berkuasa penuh, seakan ia yang memegang seluruh kendali perusahaan. Memerintah seenak jidat bawahannya dan disertai ancaman."Kalian, dengar tidak!" bentaknya sambil
Setelah menempuh perjalanan kira-kira empat puluh menit dari kantor. Arsenio akhirnya sampai di mansion mewah milik keluarga Elisha.Arsenio memarkirkan mobil mewah limited edition itu, tepat di pintu masuk. Tak berselang lama Arsenio keluar dari mobil sembari tersenyum sumringah dan membawa satu buket bunga mawar putih. Dilihatnya, Elisha sedang berdiri di depan pintu masuk dan ditemani dua pria bertubuh kekar di belakang. Arsenio sedikitnya menebak bahwa keduanya adalah Bodyguard yang diperuntukkan untuk menjaga Elisha. THING!Layar notifikasi pun tiba-tiba muncul. Arsenio menghentikan langkahnya untuk sejenak.[DATA][Nama: Casper][Skill: 40/100%[Stamina: 60/100%[Poin Aksi: 20[Poin Kemenangan: 10][Tingkatan Mafia: Mafia Kelas 3][DATA][Nama: Ezra][Skill: 30/100%[Stamina: 50/100%[Poin Aksi: 30][Poin Kemenangan: 25][Tingkatan Mafia: Mafia Kelas 3]Layar notifikasi pun menghilang tak berbekas. Arsenio segera menghampiri Elisha. "Tadi aku mampir ke toko bunga. Ini untuk
"Siapa yang membuat keributan di sini?" teriak pria setengah baya sambil berkacak pinggang dan ditemani dua pria bertubuh gagah di kiri dan kanan."Daddy!" Elisha berlari ke arah pria setengah baya itu dan langsung memeluknya erat. Seolah sedang melepaskan rindu yang begitu membumbung dalam raga. "Kamu ada di sini, Elisha Sayang?" Pria itu melepaskan pelukan hangat sang putri tercinta."Iya, Daddy. Aku datang bersama Arsenio." Elisha menunjuk ke arah kekasihnya yang tampan mempesona itu.Arsenio tersenyum tipis. Walau sebenarnya itu adalah keterpaksaan, yang harus dibuat demi mencapai sebuah tujuan.THING!Layar notifikasi baru pun muncul secara tiba-tiba. Tidak ada yang mampu melihatnya, selain Arsenio.[NEW DATA][Nama: Elvano Keen][Umur: 55 tahun][Skill: 45/100%][Stamina: 44/100%][Poin Kemenangan: 50][Poin Aksi: 150][Posisi: Pemilik Perusahaan Legacy Group]Notifikasinya menghilang setelah Arsenio selesai membacanya. Dia menaikkan sebelah alisnya, merasa heran bagaimana bisa
"Siapa dia?" tanya Malik, saat saling berhadapan dengan Arsenio.Tatapan Arsenio yang meneduhkan, tapi mengandung makna tersirat itu, membuat siapa pun yang menatap maniknya akan merasa seperti diperhatikan setiap detiknya. Seolah tidak ada satu pun hal, yang bisa lepas dari pandangannya. "Perkenalkan, namaku Arsenio."Pemuda tiga puluh tahun itu, tanpa ragu mengulurkan tangan kanan, menyebutkan nama, meskipun tidak lengkap. Sengaja. Demi keamanan. "Dia adalah kekasihku, Kak." Elisha menimpali sambil merangkul pinggang Arsenio mesra. "Bukankah, kekasihmu dulu adalah Felix?" tanya Malik sembari melipat kedua tangan di dada, sejurus dengan tatapan tajam mengarah pada Arsenio, dari ujung rambut hingga ujung kaki.Arsenio mengepalkan tangan kanannya ketika nama Felix disebut. "Tidak! Aku dan Felix hanya berteman saja. Lagi pula, sejak awal aku memang sudah berkencan dengan Arsenio. Hubungan kami sudah berjalan satu tahun lebih. Benarkan, Sayang?"Elisha melirik sepintas pemuda tampan
"Selamat pagi, Tuan." Seorang wanita empat puluhan tahun, menyapa seramah mungkin."Pagi. Buatkan aku, secangkir kopi. Antarkan ke ruanganku. Cepat!" titah Leonardo, yang baru saja keluar dari kamarnya. Kemeja hitam yang tidak dikancing dan sedikit digulung, celana panjang, arloji melingkar di lengan kiri. Rambut yang sudah tertata rapi dan aroma parfum khas laki-laki. Oh, sungguh penampilan luar biasa. Siapa pun yang melihatnya pasti terpana akan paras tampannya. "Baik, Tuan." Wanita itu mengangguk. Kemudian bergegas pergi ke dapur untuk membuatkan secangkir kopi favorit Leonardo.Sementara, Leonardo memasuki ruangan kerja pribadi, yang di mana seluruh barang-barang berharga, tersimpan di sana. Acap kali digunakan untuk pertemuan dan rapat.Leonardo duduk, kemudian membuka laptopnya. Dilihat itu, layar laptop. Kesepuluh jarinya bermain indah di atas keyboard. Raut wajahnya begitu serius sampai tidak berkedip, saat membaca beberapa laporan yang masuk.Beberapa menit telah berlalu. Pe
Arsenio pun duduk bersebelahan dengan ayah biologisnya untuk pertama kali semasa hidupnya. Sangat canggung. Arsenio kesulitan mencari topik pembicaraan, sehingga ia memilih untuk melihat keluar jendela saja. Namun, tidak dengan Alexander Guan."Kamu tahu bukan, bahwa perusahaan kita sedang mengembangkan game terbaru?" tanya Alexander Guan membuka pembicaraan, guna mencairkan suasana yang canggung itu."Iya, Ayah. Aku sudah mengetahuinya sejak awal aku masuk ke perusahaan. Bastian sudah menjelaskan semuanya dan aku hanya mempelajarinya saja," jawab Arsenio santai sambil melipat kedua tangan di dada.Bastian menjadi pengemudi, sedangkan Cale duduk di sebelahnya."Bagus, kalau kau cepat belajar. Ayah senang karena kembalinya dirimu ke Keluarga Guan, membawa dampak baik. Beberapa saham kita terus saja naik, itu berkat kerja kerasmu dalam beberapa waktu terakhir."Alexander Guan melontarkan kalimat pujian dan ditanggapi dengan sebuah senyuman manis dari Arsenio.Perlahan tapi pasti, suas
Arsenio membawa Elisha menuju restoran tempatnya bekerja dulu. Elisha sedikit berkeringat. Ia ingat betul, apa yang telah terjadi di restoran itu dulu. Hinaan terhadap Arsenio, tetapi dia malah mendapatkan rasa malu yang sulit dilupakan begitu saja.Bahkan Felix pun mendapatkan hinaan juga hari itu. Wajahnya babak belur akibat mendapatkan pukulan keras dari Arsenio."Ayo, Sayang! Kita sudah sampai." Arsenio mengulurkan tangannya, untuk mengandeng sang wanita cantik itu."Apa kamu yakin ingin makan di sini? Bisakah kita cari restoran lain saja?" Elisha ragu untuk meraih tangan Arsenio, mengingat ia, telah menorehkan memori buruk terhadap Arsenio. "Tentu saja aku yakin. Memangnya, kenapa kalau kita makan di sini? Aku ingin sekali bertemu mantan bosku di sini. Lagi pun, makanan di sini tidak terlalu buruk." Arsenio berkata dengan penuh rasa percaya diri.Dia tersenyum penuh kemenangan setelah melihat raut wajah Elisha yang berkeringat dan pucat. Seperti seseorang yang kehilangan banyak