Share

Video yang Tersebar

Sandy mengusap wajahnya dengan gusar, ia merasa jika istrinya sengaja menghindar. Padahal Sandy ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan istrinya. Jika boleh jujur, Sandy sama sekali tidak ingin menikah lagi. Tapi Ayuna memaksa, Renita pun demikian. Bahkan Renita sempat mengancam akan bunuh diri.

"Kenapa semuanya jadi kacau begini sih." Sandy mengacak-acak rambutnya. Ada perasaan menyesal karena sudah menghianati wanita sebaik Ayuna, menodai pernikahannya yang hampir delapan tahun itu.

Tiba-tiba saja gawai miliknya berdering, awalnya Sandy abaikan. Tapi benda pipih miliknya itu terus berdering, khawatir ada yang penting. Sandy mengambil gawai miliknya, lalu ia periksa. Sandy menghembuskan napasnya, setelah tahu jika ternyata Renita yang menelpon.

[Halo ada apa]

[ …. ]

[Kamu muntah-muntah, ya sudah aku ke sana sekarang]

[ … ]

[Iya. Ya sudah aku tutup dulu teleponnya]

Sandy menghembuskan napasnya setelah sambungan telepon terputus. Padahal malam ini Sandy berencana untuk tidur di rumah Ayuna. Tapi tiba-tiba Renita meminta untuk datang ke rumah, dengan alasan muntah-muntah. Memang kehamilan Renita yang sekarang cukup berbeda dengan yang dulu.

Setelah itu Sandy bersiap untuk pergi, ketika hendak keluar dari kamar. Ayuna tiba-tiba masuk seraya memegangi perutnya yang buncit. Melihat itu, Sandy melangkah menghampiri istrinya. Laki-laki itu merasa khawatir akan keadaan Ayuna, bagaimanapun juga, mereka masih suami istri.

"Kamu kenapa?" tanya Sandy.

"Nggak apa-apa, mas. Cuma kram saja." Ayuna menjatuhkan bobotnya di tepi ranjang. Kemudian ia melirik suaminya yang ternyata sudah berpakaian rapi.

"Kalau mau ke rumah Renita tinggal pergi saja, mas. Aku nggak apa-apa kok." Ayuna berujar seraya mengangkat kedua kakinya, lalu meluruskannya.

"Tapi beneran kamu nggak apa-apa." Sandy nampak khawatir. Biasanya hampir setiap malam Sandy selalu memijit kaki istrinya sebelum tidur. Tapi sepertinya malam ini tidak bisa, Renita memaksa untuk datang.

"Aku nggak apa-apa, mas. Kamu tidak perlu khawatir," kata Ayuna dengan begitu santai. Seolah hatinya baik-baik saja.

"Ya sudah, mas pergi sekarang. Besok pagi mas pulang." Sandy mencium kening istrinya. Ayuna hanya diam, setelah itu Sandy melangkah keluar dari kamarnya.

Setelah suaminya pergi, Ayuna memilih untuk berbaring dan tidur. Tidak ada kata menyesal baginya, laki-laki tidak setia seperti Sandy, tidak perlu ditangisi. Ayuna yakin, dia akan bahagia bersama putrinya dan calon anak keduanya. Karena laki-laki seperti Sandy tidak pantas untuk dipertahankan.

Sementara itu, Sandy kini sudah sampai di rumah Renita. Setibanya di sana, terlihat jika Renita baru saja keluar dari kamar mandi. Melihat suaminya datang, Renita langsung menghampirinya. Bahkan wanita berbadan dua itu langsung bergelayut manja di lengan suaminya.

"Mas, malam ini tidur di sini kan?" tanya Renita.

"Iya, tapi besok pagi aku harus pulang ke rumah Ayuna. Dia juga sedang hamil," kata Sandy. Renita nampak kecewa, bahkan wanita itu langsung menghembuskan napasnya dengan kasar. 

"Ya sudah, sekarang temani aku tidur," ujar Renita yang masih bergelayut manja.

"Killa sudah tidur?" tanya Sandy.

"Sudah, tadi nungguin kamu. Tapi nggak datang-datang," jawab Renita. Sementara Sandy hanya mengangguk. Setelah itu keduanya beranjak naik ke atas ranjang dan memutuskan untuk istirahat.

***

Hari telah berganti, pagi ini Ayuna tengah sibuk menyiapkan sarapan. Meskipun ada pembantu, tapi untuk urusan makanan, Ayuna memasaknya sendiri. Semalam Sandy benar-benar tidak pulang, dan sudah pagi seperti ini belum ada kabarnya. Ayuna tidak sedang berharap, hanya saja ia khawatir kalau nantinya Sabrina menanyakan ayahnya.

Selang beberapa menit Sabrina turun, bocah perempuan itu sudah berpenampilan rapi. Melihat putrinya yang sudah duduk di kursi, Ayuna lantas menghampiri. Tak lupa Ayuna menaruh segelas susu yang baru saja ia buat. Ayuna juga menyiapkan bekal untuk putrinya itu.

"Kamu mau sarapan pakai apa?" tanya Ayuna.

"Roti saja, bun." Sabrina menunjuk piring yang berisi roti panggang kesukaannya.

"Ok." Ayuna mengambil satu potong roti panggang tersebut, lalu ia taruh di atas piring yang ada di hadapan putrinya.

"Bun, hari sabtu besok ada acara pembagian raport di sekolah Sabrina," kata Sabrina sembari menikmati roti panggang tersebut.

"Ya sudah, nanti bunda usahakan untuk datang," sahut Ayuna seraya mengambil sepotong roti tawar, lalu ia olesi dengan selai. Ya, Ayuna lebih suka roti dengan selai.

"Kalau bisa papa juga datang ya, bun. Soalnya sekalian pengumuman lomba yang minggu kemarin," pinta Sabrina. Bocah perempuan itu sangat berharap ayahnya juga ikut datang.

"Iya, nanti bunda sampaikan sama papa. Sekarang habiskan dulu sarapannya, setelah ini bunda antar ke sekolah," ujar Ayuna. Sabrina hanya mengangguk, lalu segera menghabiskan sarapannya.

Selesai sarapan, Sabrina segera bersiap untuk berangkat ke sekolah. Begitu juga dengan Ayuna, wanita itu juga bersiap untuk mengantarkan putrinya. Mulai sekarang Ayuna benar-benar harus belajar mandiri. Ayuna yakin, jika dirinya mampu untuk melewati semuanya, juga mampu untuk membesarkan anak-anaknya kelak.

Sementara itu, saat ini Sandy juga sudah dalam perjalanan menuju ke sekolah Killa, setelah itu baru akan ke kantor. Awalnya Sandy akan pulang, tapi Killa melarang, tidak ingin membuat putrinya kecewa. Sandy memutuskan untuk pulang ke rumah Ayuna setelah dari kantor nanti. Sandy yakin, kalau Ayuna pasti bisa mengerti dan memakluminya.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, mereka sampai di tempat tujuan. Sandy menghentikan mobilnya di depan gerbang sekolah milik Killa. Andai saja kedua putrinya sekolah di satu sekolah yang sama. Mungkin Sandy bisa mengantarkan mereka bersama.

"Sekolah yang rajin ya." Sandy mengusap kepala putrinya.

"Iya, pa. Jangan lupa, sabtu besok datang ke sekolah Killa, pa." Killa kembali mengingatkan. Saat sarapan tadi, Killa memberitahu jika sabtu besok adalah pembagian raport di sekolahnya. Killa meminta agar ayahnya juga datang.

"Iya, sayang. Nanti papa datang kok," ujar Sandy. Setelah putrinya bergabung dengan teman-temannya. Ia segera melajukan mobilnya, kini tujuannya adalah kantor.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, Sandy tiba di tempat tujuan. Usai memarkirkan mobilnya, Sandy segera turun, lalu melangkah masuk ke dalam gedung. Saat Sandy melangkah menuju lift, ia melihat beberapa karyawannya yang tengah sibuk dengan handphone masing-masing. Entah apa yang sedang mereka lihat.

Ketika hendak masuk ke dalam lift, tiba-tiba Dimas menghampirinya. Dimas merupakan sepupu Sandy yang bekerja di perusahaan tersebut. Sandy mengerutkan keningnya ketika melihat wajah Dimas yang nampak tegang itu. 

"Ada apa?" tanya Sandy, laki-laki itu cukup penasaran dengan apa yang ingin Dimas sampaikan padanya.

"Coba lihat ini." Dimas menyodorkan handphone miliknya dan memperlihatkan sebuah video.

Sedetik kemudian mata Sandy melotot setelah melihat video tersebut. Video yang kini viral di media sosial, video dirinya ketika ijab kabul kemarin. Dan ternyata bukan hanya video itu, tapi ada yang lain, yaitu ketika Sandy berada di villa liburan kemarin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status