Rusli terkesiap mendengar segala umpatan Rasti untuk putri mereka. Putri yang tak diharapkan kehadirannya pada Rasti. Terlihat dari cara ia menatap Zahra dan membicarakannya.Matanya penuh kilat kemarahan dan kebencian yang mendalam. Rusli menarik napas panjang dan mengembuskannya kasar."Jangan pernah menampakkan kehadiranmu lagi di sini. Sampai aku melihatmu lagi, akan kubuat anak itu lebih tersiksa lagi hidupnya!" ancam Rasti lalu pergi meninggalkan Rusli dengan kemarahan.Kenangan singkat itu buyar saat dirinya tersadar harus mengejar Zahra dan menjelaskannya. Ia memang bersalah, tapi tak seburuk itu. Kehadirannya sangat jelas ditunggu-tunggu oleh dirinya.Saat Zahra dan Dayyan ingin pergi meninggalkan vila itu, Rusli berhasil mengejarnya dan menggenggam telapak tangan Zahra."Tunggu, Nak. Papa memang bersalah, tapi kehadiranmu sangat amat papa tunggu selama ini. Papa selalu memantaumu, tapi sejak saat Rasti mengancam akan menyakitimu lebih dalam lagi. Sejak saat itu papa tak mena
Dayyan masih menutupi siapa dirinya pada Zahra dan juga teman-teman Zahra. Yang mereka tahu adalah profesinya pentol intel, tukang cilung dan cilok.Padahal Dayyan adalah seorang pembisnis dan CEO di perusahaan yang dibangun oleh ayahnya dan dikembangkan oleh dirinya. Sebagai CEO perusahaan multinasional di bidang FMCG, ia telah membawa perusahaannya yang bernama PT Star's Sky Grup ke level global. Vila mereka juga dinamakan Vila Star's Sky.Saat pertama kali bertemu Zahra ia memang sedang menyamar sebagai tukang pentol untuk membantu Dani dan Rocky---sahabatnya yang seorang tentara dan juga polisi, yang ditugaskan untuk mematai-matai bandar narkoba dan para remaja yang melakukan pesta miras.✨️✨️Dirasa sudah cukup istirahat Zahra pun meminta Dayyan untuk segera mempertemukan dirinya dengan Rusli, ia tak mau membuang waktu dan kesempatan yang selama ini sudah ditunggu-tunggu.Zahra menunggu Dayyan di lobi hotel sambil menyesap minuman matchanya. Ia menengok jam di pergelangan tangann
"Tolong bantu gue buat cari orang di masa lalu wanita ini, namanya Rusli. Cari tau sampai ke akarnya tentang lelaki yang bernama Rusli ini." Dayyan memberi perintah pada sahabatnya yang seorang tentara sambil menunjukkan foto Rasti."Siap, gue bantu sebisa gue. Dan bakalan nemuin orang yang lu cari. Btw, emang siapa dia? Ada masalah kah sama lu, sampai lu nyari-nyari orang itu. Dan ... wanita itu siapa?" tanya Dani penasaran.Dayyan mulai menceritakan semuanya pada Dani. Dani mendengarkan dengan serius tiap kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya, menyikmanya sampai sudut bibirnya tertarik dan satu alisnya terangkat."Jadi intinya lu mau bantuin cewek yang lu suka?" Ledeknya dengan menepuk bahu Dayyan.Dayyan mengangguk dan balas tersenyum. Ia salah tingkah, namun tak menampik kalau ia memang jatuh hati pada Zahra."Ya begitulah. Sekali lagi gue minta bantuan lu," pintanya dengan tulus.Dani mengacungkan jempol dan mengangguk, ia juga tidak mempermasalahkan status Zahra yang sering
"Jangan lupa diminum sampai habis obatnya, jangan telat makan dan jangan terlalu banyak pikiran. Kamu nggak sendirian, aku akan membantu." Dayyan berucap setelah Zahra turun dari mobilnya.Zahra mengangguk dan menerima obat serta makanan yang dibawakan oleh Via untuknya."Kamu masih ngekos di samping apa balik ke rumah orang tuamu?" tanya Zahra penasaran."Masih, jadi kalau kamu kangen aku bisa langsung datang jengukin kamu.""Idih." Zahra membuang muka, mengalihkan pandangannya ke arah lain."Sekali lagi makasih banyak Dayyan. Eh, Mas Dayyan." Ralatnya dengan salah tingkah."Makasih aja nggak cukup. Next, kamu temanin aku buat dinner. Jangan menolak." tegasnya dengan alis naik sebelah dan sudut bibir yang terangkat."Baiklah." Zahra pasrah.Kedatangan Risma, Nina dan Arif membuat heboh kosan. Dua sahabat Zahra itu tak menyangka jika ia diantar oleh intel pentol yang ketampanannya bikin hati bergetar.Arif masih duduk di atas motor menatap keakraban yang diciptakan Zahra dan Dayyan. A
Sadar dengan hilangnya keberadaan Zahra membuat hati Firman berdenyut perih. Di satu sisi ia juga perlu merangkul istri tercintanya, ia harus bisa mendamaikan antara ibu dan anak yang kelahirannya banyak dicaci maki."Loh, kenapa pada nangis?" Laras datang dengan dahi mengernyit dan wajah kebingungan."Zahra tadi datang ke sini," sahut Rasti dengan nada dingin. Pelukkan Firman nyatanya belum bisa menghangatkan hati Rasti.Laras mendengus kesal ketika nama Zahra dilafalkan, sorot matanya tajam. Tak menduga jika adik yang tak diinginkannya itu masih berani datang ke rumah.Ia memandang ayahnya dengan hati yang geram. Buat apa lagi Zahra datang lagi ke rumah kalau bukan untuk menemui ayahnya."Rupanya anak haram itu masih berani menginjakkan kaki di rumah ini!" ucapnya dengan lantang dan geram.Firman menarik napas panjang, kepalanya berdenyut. Percuma jika ia menanggapi ucapan anaknya saat ini, yang ada hanya perdebatan lagi. Firman memilih masuk ke kamar dan membaringkan diri dengan pe
"Rasti, berhenti menyakiti putrimu sendiri! Sudah cukup selama ini Zahra menderita karena perlakuanmu padanya. Kau sudah menyakiti hatinya, tak perlu juga menyakiti fisiknya dengan tamparanmu!" teriak Firman dengan angkara murka."Kau selalu membelanya, Mas. Apakah Mas nggak mencintai dan menyayangi aku dan Laras lagi? Padahal dia sumber masalah selama ini!" teriak Rasti dengan napas memburu dan air mata masih berderai."Karena aku sangat mencintai dan menyayangimu, maka aku terima Zahra seperti anakku sendiri. Apa kau lupa, di sini kita semua terluka. Tapi aku coba terima kenyataan, meski di awal sangat berat. Tapi Zahra nggak tau apa-apa, dia pun nggak ingin lahir dengan keadaan seperti ini. Jadi berhenti melakukan hal-hal gila lainnya." Suaranya sedikit melunak menatap Rasti dengan penuh sayang.Keadaan tak lagi kondusif, saat Firman bergerak mendekati Rasti dan memeluknya dengan penuh sayang. Perlahan Zahra melangkah keluar, ia pergi dengan membawa segala rasa sakit yang menggero