Warning!! 18+, gay couple yang melindungi protagonis kita, violence, bad word. Arimbi Bagas Wijaya, gadis kecil berusia 3 tahun yang harus hidup dalam kebohongan orang-orang yang ada di sekitarnya baik mereka memiliki maksud yang baik atau harus menyalahkan gadis kecil itu untuk hal yang tidak ia mengerti setelah sang mama koma. Kembali dengan ingatan yang dihapuskan agar ia bisa hidup normal, gadis kecil itu harus tumbuh bersama keluarga yang begitu pandai memerankan lakon-lakon tanpa naskah meski Arimbi hanya anak berusia 3 tahun yang bahkan tak mengerti kenapa sang mama tiduran di depan tangga dengan tubuh mendeingin. Gadis kecil yang akan dan harus merasa bersalah atas apa yang terjadi pada sang mama dan dunia harus mengetahui karena itu yang diinginkan keluarganya sendiri! Penghianatan, cinta yang buta, memaksakan kehendak, pertalian darah, keserakahan, kerinduan dan pengharapan kosong, kasih yang tulus. Bisakah Gadis kecil itu tumbuh dengan Normal? mampukah ia tersenyum sepenuh hati setelah tahu apa yang sesungguhnya terjadi? Ataukah ia akan menjadi wanita paling menakutkan yang akan membawa kehancuran pada keluarga yang merenggut sang mama darinya lalu hancur bersamanya?Udah penasaran? baca dong minimal 5 bab ye! Maturnuwon.
View MoreAmara POV
“Wh-what do you mean?” I asked my Father. My heart was thumping erratically in my chest as my fear perfumed the air. Am I going crazy, or did he just say what I think he did? He’d pulled me aside to tell me something urgent. Something he says may change my life forever.. and the words he’s saying only makes me believe that it’s true. “You’ve been chosen as one of the two girls from our pack to attend the Dark Kings Royal ball.” He said. He clasped his hands together and sat back in his chair as he watched me. “But.. why?” I asked with wide eyes. “He’s choosing a wife. He went through every packs list of unmated females over 18, and he selected you and Lola from our pack.” He said. A wife? Another.. wife? I couldn’t believe my ears. Surely, I must be hearing my Father wrong.. am I hallucinating? Am I dreaming or something? I pinched myself.. but nothing happened. Then I dug my fingernails into my palms, cutting through the skin and letting blood seep out. Nothing happened. This is real life.. “Me?” I asked as I wiped my bloodied palms nervously on my training pants. My Father nodded his head and sighed, clearly getting irritated with the fact that I’m still not grasping it completely. “Yes, Amara. You. There are 40 girls in total, and you are one of them. If this turns out in our favor.. you could be the Queen. We will be wealthy, and because of that, the pack will flourish.” He said, pointing out that I’m only doing this for the well-being of the pack. How could he? How could he allow this? I’m supposed to be waiting for my mate! I may be 24.. but I still have time to find my mate. Yes, it’s very rare to not have found your mate by now, but here I am. If I were to be picked.. I wouldn’t be able to be with my mate. The King would force his mark on me, and my mate would never be found. The idea made my heart sink to the pits of my stomach. “H-how will he choose?” I asked nervously. I fiddled with my fingers in my lap as I stared at him, waiting for his response. “He will observe each of you during the ball. I’m sure if he takes interest in you, you will know. He will likely spend most of his time with the girl he plans to pick.” He said. I let out a breath as I took in all of the information. The Dark King is choosing a wife. He only just lost his chosen mate a few years ago.. no one knows exactly what happened, but there are rumors that he went mad and killed her, himself. The man is a beast.. all he knows is death and destruction. He’s killed so many men.. including his parents and his siblings. That is why they call him the Dark King. The Dark Lycan King. “Father.. I don’t think-“ he cut me off with a glare, forcing the words right back down my throat. “You have no choice. He picked you. The ball is this weekend, so I will have a gown made for you.” He said. I tucked my hair behind my ear nervously, trying hard to fight back the tears that threaten to fall. I am the only daughter of the Alpha of Black Forrest pack. Not his only child, but his only daughter. His youngest child.. the child that is the cause of his mates death. During childbirth my mother passed. He has always been.. indifferent towards me. Deep down I know he despises me with every fiber of his being. He’s never been kind to me, always treating me as if I’m some disobedient child. He has always been cruel man. It doesn’t help that my two older siblings don’t like me much either. They blame me for the death of my mother, as if I had any say in that. They act as if I’d taken a silver blade and rammed it straight into her heart.. but all I ever did was be born. “You will be on your best behavior. Do you hear me? If you mess this up for us, Amara.. I swear to the Moon Goddess you will pay.” He growled those last words in such hatred, I swear I felt it pulsating off of him. “Yes, Father. I will, I promise.” I swore to him. Despite the urge to to scream and curse at him, I will be quiet and do as he asks. Not only because I’m afraid of what he’d do, but I’m afraid that if I make the wrong move that the King would take my head. I prefer it where it is.. so I will try to be on my best behavior. “Have you finished your training for today?” He changed the subject. I nodded my head once as I looked away. “Yes, Father. Beta Jamie has posted this weeks scores.. if you’re interested in seeing them.” I said. He nodded and handed him the sheet of paper that was laying in my lap. He snatched it from me and examined it closely. “You’re the top, again.” He said, still unimpressed. Beta Jamie trains all of the warriors. We each train in different combat skills, a new one each week. At the end of the week, we hold one on one competitions where we fight each other. Beta Jamie then scores us from best to worst. I, always end up at first place.. but it never seems to impress my father. “Yes, Father.. I’ve been training extra hard lately.” I said. I was aiming to become one of the head warriors, but every time I ask Father, he turns me down. The only time I’m ever allowed out of the pack-house is to train.. so I don’t see him allowing it ever, but I still try every time. “That won’t be necessary now. Especially if the King chooses you.” He said plainly. He tossed the sheet on his desk and folded his hands together. There was several moments of silence.. each second feeling like a knife to the skin. He leaned over and picked up the glass that smelled heavily of whiskey. “Good, that is all I needed from you. You may go now, Amara.” He said. I closed my mouth and lowered my eyes as I stood. Once I was away from his office, I let out a breath. Goddess, what am I supposed to do? Theres a possibility of me being picked. I’m glad that there are at least 39 other women, but somehow that still doesn’t ease my nerves. I made my way to my room, listening closely to my surroundings. The last thing I need is to run into one of my siblings. If they have heard about this, I’m sure they’d rub it in my face without hesitation. I rushed up the stairs and sighed once I’d made it to my room, walking in and closing the door behind me. I’ve never felt so afraid in my life. I’m going to a Royal ball to be offered to the king.Pria yang wajahnya bisa menipu banyak orang itu berdiri di depan ratusan mahasiswa. wajahnya yang bisa tersenyum dalam keadaan apapun, begitu pula tatapan ramah ia tunjukan pada bakal-bakal manusia yang sudah menentukan pilihan hidup yang ingin mereka jalani. Telinga para mahasiswa itu mendengarkan dengan seksama apa yang Sabio sampaikan dalam kelas yang mereka ikut, sesekali bertanya, tidak menyela saat pria yang mata sebelah kirinya selalu menjadi perhatian karena ada tanda lahir di sana bicara, menerangkan apapun yang ingin mereka ketahui. "But, is it possible to erese their memory permanenly, Sir? Mendengar itu Sabio menatap pria keturunan yang gigi putihnya begitu kontras dengan warna kulitnya yang hitam. Pertanyaan yang rasanya selalu Sabio dengar kapanpun itu apalagi saat ia harus menjadi pembicara entah di depan kelas ataupun konferensi bahkan individu. Apa lelaki yang wajahnya bisa ia mainkan sesuka hati itu pernah b
"So, apa yang akan kalian lakukan saat Bagas datang?"Lency menelan ludahnya untuk pertanyaan Sani. Matanya menatapi bergantian dua pria yang entah akan menjawab apa. Ia yang sudah berpikir tidak akan bermimpi buruk malam ini karena memilih jujur untuk kedatangan Bagas, menghembuskan nafas dalam, berharap Marko ataupun Ali tak mendengar.'Sial! Gue akan makin mimpi buruk kalo gak dengar jawaban mereka sekarang!' batin Lency yang juga ingin tahu apa yang akan ayah ke-2 dan ke-3 Arimbi lakukan.Ia lalu menatap wajah Arimbi yang terlihat begitu damai dalam lelap, "apa mimpimu menyenangkan, Arimbi?" Ucap Lency yang tak sadar ucapannya membuat Ali menoleh."Apa? Jangan bilang gue ngomong kenceng barusan?" Ucap Lency tak urung membuat suasana tegang dalam ruangan, berubah.Apalagi sorot mata Ali jadi melembut ketika ia menatap Arimbi yang rambutnya ia belai, sementara Marko berdiri lalu duduk di atas lantai memegang jemari Arimbi yang jadi terlihat
"Arimbi akan pulang ke rumah ini, Bu, tapi aku tidak akan membiarkan ibu melakukan apa yang ibu mau."Mata Sukma membesar, tangannya terangkat tinggi namun hanya berhenti di udara."Arimbi akan pulang ke rumah ini dan aku tidak ingin mendengar ibu atau siapapun menyalahkannya untuk apa yang terjadi."Plakk!Kali ini tangan Sukma benar-benar menampar pipi Bagas yang tidak terkejut dengan reaksi Sukma. "Kau tahu kenapa kita harus melakukan itu!" Seru Sukma lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, memeriksa jika ada mata ataupun telinga yang mendengar lalu mengecilkan suaranya. Sadar, jika ada telinga yang mendengar maka apa yang sudah ia susun akan berakhir."Kau tahu betul kita harus melakukan itu!"Sukma memegang lengan Bagas, tatapannya memelas namun penuh tuntutan, "kau tahu kenapa ibu melakukan ini bukan? Semuanya untukmu, Bagas, agar kau bisa hidup tenang bersama Maya dan Carmen."Sukma lalu menyentuh pip
"Cari siapa, Mas?""Saya suami Arum.""!" Mata lency membesar untuk jawaban lelaki yang ketidak-hadirannya selalu ia tanyakan. Manik mata wanita berkulit hitam manis itu bergerak gelisah sementara punggungnya terasa panas mengingat di ruangan Arum ada Ali dan Marko yang mungkin tak akan senang mendengar siapa yang datang.Namun, ia yang tahu siapa dirinya tak mungkin berkata "jangan masuk!" pada lelaki tampan yang masih mengenakan pakaian kerja dengan jas yang melekat begitu pas di badannya.'Gue belum siap liat Ali sama Marko menghajar suami Arum!' seru Lency dalam hati, 'dan di dalam juga ada Arimbi-'Zreeeg!!Tangan Lency bergerak sendiri menutup pintu yang ia buka, begitu cepat sampai ia sendiri merasa kaget dan jadi kikuk saat menatap Bagas.Lency bisa merasakan punggungnya berkeringat sekalipun pendingin ruangan menyala. Mulutnya jadi terasa kelu meski tak ada satu kalimatku yang melintas dalam benak untuk ia sampaik
PING: Saya harap bapak tidak lupa dengan uang yang bapak janjikan untuk informasi ini.Entah apa yang kini sedang berkecamuk dalam benak Bagas saat melihat potret Arimbi, putrinya. Ia tampak tidak perduli dengan baris terahir dari pesan yang masuk bertubi-tubi dipenuhi oleh potret Arimbi.Tapi, ia yang sudah berdiri dan siap melangkah, punggungnya terlihat ragu apalagi saat matanya menatap dua pria yang terlihat bahagia di samping Arimbi yang lebar tersenyumMarko dan Ali. Dua lelaki yang wajah bahagianya pasti akan berubah jika ia datang atau bahkan menunjukkan diri.Sampai Bagas menarik nafasnya dalam, begitu dalam. Sementara matanya tak melepas senyum gadis kecil yang akhirnya masuk ke dalam ruang rawat inap yang pintunya dibuka Ali.PING: ini potret terakhir yang bisa saya kirimkan. Saya harap bapak tidak lagi menghubungi saya atau saya akan mendapat masalah karena sudah melanggar kode etik."Kode etik?" ucap Bagas menarik uj
"Karena lebih baik anak itu tidak kembali jika ingin hidupnya tenang "Sera menggigit bibir bawahnya, lalu menatap ke depan. Zizi seperti orang kesetanan yang bahkan menerobos lampu merah, untung saja motor yang pengemudinya berteriak karena kaget ada mobil sport yang melanggar rambu tidak jatuh dan terlindas mobil di belakangnya.Well, tak lagi bertanya tentang Arimbi pada Zizi 'saat ini' adalah hal yang benar untuk dilakukan, mengingat Sera masih menyayangi nyawanya. Lagipula, apa yang telah dan akan dilakukan Zizi pada Arimbi bukanlah urusannya. Ia hanya ingin lebih dekat dengan Sani. Pria yang begitu tak tergoyahkan bahkan mengabaikan dirinya yang sudah menjual murah harga dirinya di depan Sani.'Kalo gue gak berhasil dapetin Lo, jangan panggil gue Sera!'Hatchi!"Godbless you, Boss," ucap Joyce pada Sany yang bersin lalu menatap sang asisten yang kembali berucap, "palingan ada yang ngomongin Lo, maklum cowok mahal kayak Lo pasti ba
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments