(Aku tak mengira hari itu aku bertemu dengan berbagai keberuntungan yang tidak kuduga.) Lucius tiba di kediamannya dengan wajah yang penuh sumringah. Diletakkannya tas dan jas kerjanya. Dan dibukanya dasi yang selama ini membuatnya merasa sulit bernafas lega. Dia menghempaskan badannya ke sofa dan mengambil ponselnya. Mengetikkan pesan pada sebuah nama yang tadi siang ia temui. [+1 7935xxx:] “Tuan Damien, ada laporan dari pihak museum bahwa ada artefak yang hilang.” Lucius Damien mendapatkan laporan dari pihak museum cagar budaya bahwa telah hilang sebuah artefak lagi di museum itu. Lagi-lagi moodnya kembali kusut saat ia melihat pesan singkat dari sang anak buah tentang artefak yang hilang. Tiba-tiba ponsel Lucius kembali menerima notifikasi pesan. Kali ini dari nama yang ia temui tadi siang. (A..lena Ramphet?) Dibukanya isi pesan itu dan dilihatnya bahwa Alena memang mengirimkan pesan hangat padanya. [Alena:] “Ini aku. Sudah pesankan makanan lewat daring. Rumahmu masih yang
Sebuah portal ingatan Lucius tiba-tiba terbuka dan sesosok wajah wanita cantik muncul sekilas"Lucius Damien..."Lucius merasa mulai memasuki alam lain ketika sebuah suara memanggilnya.Lorong ingatannya berhenti pada satu sosok.(Seorang pria?)Lucius semakin panik karena mimpi itu. Dengan sekuat tenaga dia berusaha membuka kedua matanya dan tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi."Ugh...hhhh...rupanya ini sebuah mimpi." gumamnya. Disugarkannya wajahnya untuk menghapus rasa kantuk semalam.Alarm dari ponselnya membangunkan Lucius tepat waktu. Diambilnya ponsel itu dan dia melihat ada banyak pesan. [Alena Ramphet:]"Bagaimana tidurmu?"[Anak buah Damien:]"Tuan Damien, ada laporan kehilangan artefak di museum."[Tuan Bell:]"Damien, ke mana saja kau?"Lucius tidak terkejut melihat perangai atasannya yang cenderung selalu menyalahkan kinerjanya."Hhh, dari semua pesan ini hanya nama Alena yang menarik minatku."Saat ia sedang membuat sarapan roti bakar dan segelas kopinya, s
Lucius dan Dr. Jones sepakat untuk memulai penyelidikan mereka dengan mengunjungi lokasi temuan peti mati. Mereka pergi ke situs arkeologi di mana peti mati itu ditemukan dan bekerja sama dengan tim peneliti untuk mendapatkan informasi lebih lanjut.Di situs arkeologi, mereka menemui Dr. Emily Collins, seorang ahli arkeologi yang telah melakukan ekskavasi dan penelitian awal terhadap peti mati tersebut. Lucius dan Dr. Jones berbagi dengan Dr. Collins teori-teori mereka mengenai keterkaitan peti mati yang rusak dengan kasus pencurian artefak di museum.Dr. Collins mempertimbangkan informasi tersebut dan menambahkan pemahaman mereka dengan pengetahuan dan wawasannya sebagai ahli arkeologi. Dia menyampaikan bahwa peti mati itu memiliki signifikansi sejarah yang besar, dan ada keyakinan bahwa di dalamnya terdapat artefak yang memiliki kekuatan magis."Masyarakat kuno yang terkait dengan peti mati ini percaya bahwa artefak-artefak di dalamnya dapat memberikan kekuatan dan pengaruh yang lua
Atmosfir di sekitar Lady Celeste ketika ia berhasil menghisap darah pertama korban barunya, David, sangatlah mencekam dan menakutkan. Suara gemeretak gigi Lady Celeste terdengar sangat jelas, mencerminkan kepuasannya saat ia menikmati rasa darah segar yang mengalir ke mulutnya. Udara terasa sangat dingin dan suram, menciptakan kesan bahwa kehadiran Lady Celeste merusak segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Mungkin ada bau darah yang kental dan menusuk hidung, menciptakan perasaan mual dan tidak nyaman pada Oliver yang menyaksikannya. Akhirnya, Oliver berhasil melarikan diri dari Sang Lady Vampir dan berlari secepat mungkin dari tempat itu. Dia berjanji untuk tidak kembali lagi ke Diagon Alley Cemetery atau berurusan dengan Sang Lady Vampir.***Setelah mendapatkan asupan darah yang cukup, vampir wanita merasa perlu untuk memperhatikan keamanan dirinya agar tidak terdeteksi oleh pemburu vampir atau manusia. Ia memutuskan untuk mengubah penampilannya dengan menyamar sebagai seorang wan
Para pengikut Lady Elizabeth mengangguk dan bersiap untuk mencari liontin vampir yang dicuri. Mereka mengumpulkan informasi dan melacak jejak para tersangka yang mungkin terlibat dalam pencurian tersebut. Sementara itu, Lady Elizabeth melanjutkan minum dan bersenang-senang di bar bersama pengikutnya. Meskipun ada ancaman yang mengintai, dia merasa yakin bahwa pengikut setianya akan membantunya mengembalikan liontin vampir itu dan menjaga keamanan mereka. Malam berlanjut dengan suasana yang semakin hidup dan riuh. Para pengunjung di bar bergembira dan menikmati waktu mereka. Lady Elizabeth, meskipun sedang bersenang-senang, tetap waspada terhadap sekelilingnya, siap untuk menghadapi situasi apa pun yang mungkin timbul. Beberapa jam kemudian, salah satu pengikutnya memberikan laporan bahwa mereka telah menemukan jejak dan petunjuk yang mengarah pada pencuri liontin vampir. Lady Elizabeth menyambut berita itu dengan senang hati dan memutuskan untuk segera melacak dan menghadapi pencuri
Suara raungan kelelawar itu kemudian menghilang seketika saat Dr. Jones Savory berhasil mengamankan dirinta dan Rufus ke lantai bawah tanah museum, tempatnya bekerja selama ini. Kelompok vampir itu mengalami kekalahan telak dari Rufus yang sudah terlanjur menunjukkan jati dirinya di depan Dr. Jones. Sang Lady menyadari ada hal yang tidak beres dengan rencana penyerangannya kala itu. Dia melihar jiwa Flanders di dalam seorang pemuda berambut pirang dan berjubah panjang itu. "Flanders, kau pikir kau akan mampu mengalahkan aku? Setelah sekian lama aku 'tertidur' di dalam peti mati itu, kini waktunya aku menagih janji dari kalian." Mata sang Lady dipenuhi amarah yang luar biasa. Merah. Menyala seperti darah yang berkobar-kobar. ***Rufus, yang telah pulih sepenuhnya, melihat pertukaran kata antara Sang Lady dan Dr. Jones dengan rasa heran. Dia mencoba memahami situasi yang rumit ini, namun sebelum dia bisa bertanya, pertempuran berlanjut. Lady Elizabeth, yang masih memegang Sang Ketua
Setelah menemukan laporan petugas keamanan yang menyatakan bahwa Liontin Vampir hilang, Lucius memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang tudung hitam yang digunakan oleh orang yang dicurigai mencuri liontin. Dia kembali melakukan wawancara dengan beberapa orang yang pernah berkunjung ke kastil dan berhasil menemukan beberapa saksi yang melihat seseorang yang mencurigakan keluar dari kastil pada malam hilangnya liontin. Beberapa saksi tersebut juga melihat seseorang yang menggunakan tudung hitam yang sama dengan yang dilaporkan oleh petugas keamanan. Lucius kemudian meminta bantuan ahli forensik untuk menganalisis tudung hitam yang ditemukan di dalam ruangan istimewa. Dari hasil analisis tersebut, ahli forensik berhasil menemukan beberapa serat rambut dan serpihan kain yang menempel pada tudung hitam. Dari serat rambut tersebut, ahli forensik dapat mengetahui bahwa orang yang menggunakan tudung hitam adalah seorang wanita. Sedangkan dari serpihan kain, ahli forensik dapat me
Dr. Jones mengambil napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Saya percaya bahwa peti mati ini merupakan bagian dari warisan Ksatria Templar. Mereka dikenal sebagai salah satu ordo rahasia yang berperan penting dalam sejarah Eropa pada abad 14. Simbol-simbol dan inskripsi yang ada pada peti mati ini menunjukkan adanya hubungan yang erat dengan ritual dan praktik-praktik mereka."Lucius, yang juga seorang detektif muda yang ahli dalam sejarah abad pertengahan, menyadari arti penting pernyataan tersebut. Ia menatap peti mati dengan rasa kagum dan ketertarikan. "Jadi, apakah Anda berpendapat bahwa peristiwa yang terjadi pada abad 14 dapat berulang atau mempengaruhi masa kini?" tanya Lucius dengan wajah penuh keingintahuan.Dr. Jones mengangguk serius. "Benar, Lucius. Saya meyakini bahwa sejarah tidak hanya sebuah catatan masa lalu, tetapi juga memberikan petunjuk dan pelajaran untuk saat ini. Peti mati ini mungkin memiliki kaitan dengan suatu peristiwa bersejarah yang terulang atau memiliki