/ Thriller / MISTERI LIONTIN VAMPIR / BAB 4 - INTEROGASI (1/1)

공유

BAB 4 - INTEROGASI (1/1)

last update 최신 업데이트: 2023-04-17 20:02:16

Lucius memutuskan untuk melanjutkan pencariannya dan akhirnya menemukan informasi tentang kalung itu. Ia mengetahui bahwa kalung tersebut merupakan barang berharga yang berasal dari abad ke-14 dan kemudian hilang selama beberapa abad. Lucius menyadari bahwa kalung itu mungkin memiliki hubungan dengan kematian wanita misterius dan ia perlu mencari tahu lebih lanjut tentang bagaimana kalung itu bisa sampai di tangan tersangka.

Sambil mengumpulkan petunjuk-petunjuk yang terkait dengan kasus ini. Ia berbicara dengan saksi-saksi dan mengumpulkan bukti-bukti untuk membentuk gambaran yang lebih jelas tentang kejadian ini. Lambat laun, Lucius mulai mengungkap fakta-fakta baru tentang kasus ini dan menemukan hubungan antara kalung, kastil tua, dan kematian wanita misterius.

Saat interogasi berlangsung, Lucius merasa seperti ia sedang terjebak dalam misteri yang lebih besar. Ia merasa seperti ada sesuatu yang terkait dengan mimpi aneh yang ia alami semalam dan kejadian pencurian pendant di makam kuno ini. Lucius berusaha keras untuk menghubungkan semua petunjuk yang ia miliki dan mencari jawaban atas misteri yang sedang dihadapinya.

Lucius menghabiskan beberapa jam untuk menyusun rencana untuk menangkap pelaku. Ia meminta bantuan dari rekan-rekannya di kantor polisi dan berangkat ke lokasi kejadian untuk memulai penyelidikan lebih lanjut.

Setelah beberapa hari melakukan penyelidikan, Lucius dan timnya berhasil menangkap pelaku dan mengembalikan pendant yang dicuri ke pemiliknya. Dalam proses ini, Lucius juga berhasil menemukan beberapa petunjuk yang terkait dengan mimpi aneh yang ia alami semalam. Lucius merasa lega dan puas bahwa ia berhasil menyelesaikan kasus ini dengan sukses dan menemukan jawaban atas misteri yang sempat mengganggunya.

***

Ketika pintu terbuka, tersangka menghentakkan badannya, mengharapkan yang terburuk. Seorang petugas masuk ke dalam ruangan, memperkenalkan dirinya sebagai Lucien Damien. Wajah petugas itu tegang, dan suaranya memiliki keberanian di dalamnya. Damien duduk di seberang tersangka dan condong ke depan, menatap matanya, mencoba mengukur reaksinya.

Lucius mulai menanyai tersangka tentang keterlibatannya dalam mencuri barang dari kuburan. Dia mengancam tersangka, memperingatkannya akan konsekuensi jika tidak mengakui. Namun, bukannya semakin takut, ekspresi tersangka berubah, dan dia terlihat lega.

Terkejut dengan reaksi tersangka, Lucius menggali lebih dalam, menuntut untuk tahu mengapa tersangka ingin tetap di dalam penjara. Tersangka ragu-ragu, seakan berjuang mencari kata yang tepat. Akhirnya, dia berkata, "Semuanya dimulai ketika saya mencuri kalung dari kuburan."

Lucius Damien menyandar ke belakang, terkejut dengan pengakuan tersangka. Dia menanyai tersangka tentang bagaimana semuanya dimulai, dan tersangka mulai menceritakan kisahnya.

"Semuanya dimulai ketika aku, yang adalah seorang tuna wisma, tiba-tiba didatangi oleh seorang pria parlente yang turun dari sebuah mobil mewahnya."

"Siapa pria itu?" tanya Lucius yang mencatat point penting.

"Aku tidak tahu, Tuan. Awalnya dia hanya mengajakku untuk bertemu di kediamannya. Dia seorang pria kaya raya yang memiliki aset property di seluruh kota."

(Siapa pria parlente itu?)

Lucius merasa ada sebuah petunjuk lagi lalu ia bertanya,"Lalu apa yang terjadi pada temanmu?"

Tersangka hanya menundukkan kepalanya lalu berkata,"Saat aku berhasil mengambil pendant itu, aku mendengar suara seorang wanita yang memanggil saya. Aku berbalik dan kulihat temanku sudah bersimbah darah. Berteriak keras meminta tolong. namun aku tidak mampu berbuat apa-apa. Tolong, jangan bebaskan aku, Tuan! Biarkan aku menebus semua kesalahanku sampai wanita itu tidak mengejarku lagi." pinta pria malang itu dengan wajah yang memelas.

Mata tersangka melebar ketakutan, ketika dia meneruskan ceritanya. Dia menjelaskan bagaimana dia telah dihantui oleh suara wanita itu dan tidak bisa tidur, tersiksa oleh rasa bersalah. Dia telah melakukan kejahatan itu untuk memenuhi tuntutan wanita itu, berharap bahwa dia akan meninggalkannya. Tapi sebaliknya, penghantuan semakin intensif, dan dia tidak punya pilihan selain mengaku melakukan kejahatan itu.

Dia mendengarkan dengan tidak percaya ketika tersangka selesai bercerita. Dia tidak bisa mempercayai bahwa seseorang akan dengan sukarela memilih untuk tetap di penjara daripada menghadapi setan ataupun arwah. Namun, ketika dia melihat ekspresi tersangka yang didera rasa takut yang menghantuinya, dia menyadari bahwa dia tidak bisa menghakiminya. Keberadaan hantu telah mempengaruhi kesehatan mental tersangka, dan dengan cara tertentu, penjara telah menjadi tempat perlindungan dan pelariannya dari wanita yang disebutnya sebagai 'vampir'.

"Jangan bebaskan aku,Tu-tuan ..." pinta seorang pria dengan baju oranye yang terlihat sangat tidak bahagia. Dua orang di ruangan yang sama terlihat bingung dengan pernyataannya.

"Katakan, apa yang kau lakukan di sana?" tanya Lucius.

Tersangka itu duduk membungkuk di ruang interogasi kecil, matanya menunduk dan tangannya gelisah gugup. Petugas yang bekerja di bawah naungan Lucius Damien telah memeriksa dia selama beberapa jam, tetapi tersangka enggan bicara. Akhirnya, setelah beberapa saat hening, dia menatap staf Damien dengan ekspresi yang penuh ketakutan.

"Tolong beri dia minum air agar bisa tenang," pinta Damien melalui mikrofon. Keduanya kemudian mengambil sebotol air mineral dari luar dan memberikan kesempatan bagi pria malang itu untuk meminumnya semua sebelum akhirnya berbicara.

"I-itu semuanya b-begitu karena sebuah mimpi," katanya dengan terbata-bata.

"Mimpi?" tanya Lucius penasaran.

Tersangka mengangguk pelan dan kemudian melanjutkan bicaranya, "A-aku bermimpi... tentang seorang wanita... berpakaian gaun indah, dengan mutiara dan permata menghiasi lehernya. Tapi wajahnya melengkung menjadi muka masam, dan dia menunjuk jari tulang padaku, menuduhku mencuri kalungnya."

Suara tersangka menjadi semakin panik ketika dia menceritakan kisahnya. "Setelah mimpi itu, aku tidak bisa tidur. Setiap malam, dia mengunjungi aku dalam mimpiku, wajahnya memutar dengan kemarahan, menuntut agar aku mengembalikan kalungnya. A-aku mencoba mengabaikannya, tapi dia hanya semakin gigih. Segera, aku mulai merasakan kehadirannya bahkan saat aku bangun. Rasanya seperti dia selalu ada di sana, memperhatikan aku, menunggumu untuk mengakui."

Lucius mencondongkan tubuhnya, minatnya terpicu oleh cerita tersangka,"Bagaimana wanita itu terlihat?"

Mata tersangka membesar ketakutan ketika dia menggambarkan penampilan wanita itu. "Dia tinggi, dengan kulit pucat dan rambut panjang yang mengalir. Matanya dingin dan tak berperasaan, dan dia mengenakan gaun megah yang menyapu tanah. Tapi kalungnya yang paling mencolok. Itu adalah sebuah kalung besar, indah, yang dihiasi dengan berlian dan ruby, dan bersinar seperti mercusuar di kegelapan."

Lucius mendengarkan dengan penuh perhatian ketika tersangka berbicara, pikirannya berlomba-lomba dengan pertanyaan-pertanyaan.

(Siapa wanita ini, dan mengapa dia menghantui tersangka? Apa yang dia inginkan dengan kalungnya?)

Tersangka mengangguk pelan dan kemudian melanjutkan bicaranya, "A-aku bermimpi... tentang seorang wanita... berpakaian gaun indah, dengan mutiara dan permata menghiasi lehernya. Tapi wajahnya melengkung menjadi muka masam, dan dia menunjuk jari tulang padaku, menuduhku mencuri kalungnya."

Suara tersangka menjadi semakin panik ketika dia menceritakan kisahnya. "Setelah mimpi itu, aku tidak bisa tidur. Setiap malam, dia mengunjungi aku dalam mimpiku, wajahnya memutar dengan kemarahan, menuntut agar aku mengembalikan kalungnya."

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 125- FRANK FLANDERS BUNUH DIRI

    Setelah pertemuan dengan Lucius, situasi di rumah sakit jiwa St. Dymphna semakin tegang. Frank Flanders, meskipun sempat merasa lega karena telah menceritakan tentang liontin kepada Lucius, tetap dihantui oleh mimpi-mimpi buruk yang mengerikan setiap malam. Suara-suara yang berbisik dalam mimpinya semakin kuat, memerintahkannya untuk melakukan hal-hal yang tak terbayangkan.Suatu malam, saat petugas rumah sakit berpatroli di lorong-lorong yang sunyi, Frank tampak lebih tenang dari biasanya. Para petugas mengira obat penenang yang diberikan akhirnya bekerja. Namun, di dalam kamar isolasinya, Frank memandang sekeliling dengan mata yang gelap dan penuh keputusasaan. Di sudut ruangan, sebuah kain putih, bekas tirai yang telah disobek, tergeletak tak terpakai. Frank menghela napas dalam-dalam, merasakan beban berat di dadanya. Ia merasa tidak ada lagi jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk ini. Dengan tangan gemetar, ia meraih kain tersebut dan mulai mengikatkan salah satu ujungn

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 124-FRANK FLANDERS MASUK RUMAH SAKIT JIWA

    Lucius merasa putus asa setelah pertemuannya dengan Adrian tidak membuahkan hasil. Liontin yang begitu penting baginya ternyata sudah dicuri oleh Frank Flanders, seorang pria yang kini dirundung mimpi buruk setiap malam. Mimpi-mimpi itu begitu mengerikan hingga membuat Frank kehilangan akal sehatnya dan akhirnya harus dirawat di rumah sakit jiwa. Di rumah sakit jiwa, Frank terus meracau tentang liontin yang memanggilnya dalam mimpi, meminta untuk dikembalikan kepada pemiliknya. Kondisinya semakin memburuk, dan meskipun para dokter berusaha memahami keadaannya, mereka tidak dapat menghilangkan mimpi-mimpi buruk yang menghantuinya. Lucius, yang merasa bahwa liontin itu bukan hanya barang berharga tapi juga memiliki kekuatan mistis, sadar bahwa dia harus menemukan cara untuk mendapatkan kembali liontin itu. Dia tahu bahwa hanya dengan mengembalikan liontin kepada pemilik yang sah, kutukan ini dapat diakhiri. Namun, pertanyaannya adalah, bagaimana cara masuk ke rumah sakit

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 123-PERPUSTAKAAN TUA

    Lucius meninggalkan rumah Elara dengan berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Perpustakaan tua itu menjadi tujuan berikutnya. Mengemudi melalui jalan-jalan kota yang mulai sepi, ia berusaha mengingat setiap detail yang telah didapatkan sejauh ini. Perpustakaan tua itu terletak di ujung jalan yang jarang dilalui orang. Bangunan batu dengan jendela-jendela tinggi dan pintu kayu besar tampak berdiri megah di bawah cahaya bulan. Lucius memasuki perpustakaan, di dalamnya suasana tenang dan berdebu terasa menyelimutinya. Rak-rak buku yang tinggi dan lampu redup menciptakan suasana yang hampir magis.Di belakang meja kayu besar di tengah ruangan, seorang pria tua dengan rambut abu-abu pendek dan kacamata bundar sedang membaca sebuah buku tebal. Lucius mendekatinya dengan hati-hati. "Victor?" tanya Lucius dengan suara rendah agar tidak mengganggu keheningan perpustakaan. Pria tua itu mengangkat pandangannya dan tersenyum tipis. "Ya, saya Victor. Ada yang bisa saya bantu?" Lucius

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 122-SAKSI MATA KEDUA

    Setelah mengucapkan terima kasih kepada pria tua itu, Lucius bergerak dengan tujuan yang lebih jelas. Dia memindai kerumunan di bar sekali lagi, mencoba menemukan wanita bernama Alicia. Ia memutuskan untuk bertanya pada bartender, yang mungkin lebih mengenal para pelanggan tetap di sana.Lucius mendekati bar dan memanggil perhatian bartender, seorang pria dengan kumis tebal dan tatapan tajam. "Permisi, apakah Anda tahu di mana aku bisa menemukan seorang wanita bernama Alicia? Aku diberitahu bahwa dia sering berada di sini." Bartender itu menatap Lucius sejenak sebelum menjawab, "Alicia, ya? Dia ada di sini tadi. Sepertinya dia sedang duduk di pojok sana, di dekat jendela." Lucius mengikuti arah pandangan bartender dan melihat seorang wanita muda dengan rambut hitam panjang dan mata tajam yang duduk sendirian. Dia sedang menatap keluar jendela, tampaknya tenggelam dalam pikirannya sendiri.Dengan langkah mantap, Lucius mendekati meja Alicia dan memberanikan diri untuk berbicara.

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 121-KABAR PENYELIDIKAN LUCIUS

    Lucius menatap layar ponselnya sejenak setelah mengirim pesan balasan kepada Alena. Keheningan jalanan malam yang terhampar di sekitar Knockturn Alley menambah suasana misterius di sekitarnya. Cahaya lampu jalan yang redup menyala samar-samar di antara bangunan-bangunan kuno yang menjulang tinggi, memberi sentuhan dramatis pada suasana malam itu.Ia menarik napas dalam-dalam saat melangkah keluar dari gedung penyelidikan. Udara dingin malam London menusuk tulang, membuatnya lebih berhati-hati saat berjalan di sepanjang trotoar yang gelap. Langkahnya mantap meskipun hatinya dipenuhi dengan rasa was-was dan antisipasi akan apa yang akan dihadapinya dalam perjalanan ini.Dengan kunci mobilnya yang digenggam erat, Lucius melangkah menuju kendaraannya. Cahaya lampu mobil menyinari jalanan yang sepi saat ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam. Sejenak, ia duduk di dalam mobilnya, membiarkan dirinya meresapi ketenangan sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Setelah memastikan bahw

  • MISTERI LIONTIN VAMPIR   BAB 120-OBROLAN PAGI ITU

    [Marcus:]"Hai Lucius, ada waktu untuk ngobrol sebentar?"[Lucius:]"Halo Marcus, tentu. Ada apa?"[Marcus:]"Aku turut berduka cita atas kematian atasan kita,Tuan Grissham Bell. Bisa ketemu sebentar di tempat biasa?"[Lucius:]"Bisa. Ada masalah apa?"[Marcus:]"Aku ingin mendiskusikan proyek baru. Ada beberapa hal yang perlu dipecahkan."[Lucius:]"Baiklah, aku akan ke sana dalam 15 menit."[Marcus:]"Terima kasih, Lucius. Sampai nanti."[Lucius:]"Sampai nanti, Marcus."Lucius kemudian bangkit dari peraduannya lalu pergi membersihkan dirinya. Dia sadar bobot tubuhnya sudah menurun sedikit namun perut abs-nya tetap terbentuk sempurna. Setelah berpakaian rapi, Lucius keluar dari rumahnya dan menuju tempat pertemuan yang biasa mereka gunakan, sebuah kafe kecil di sudut kota yang tenang.[Kafe Kecil di Sudut Kota]Marcus sudah duduk di meja sudut, menatap ke luar jendela dengan secangkir kopi di tangannya. Ketika melihat Lucius masuk, dia melambaikan tangan dan tersenyum tipis."Lucius,

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status