“ Kamu datang untuk membantu….”Lagu itu berada pada nada tinggi yang sungguh menyayat telinga. Gadis cantik pemain Piano perlahan mendekat, melayang menghampiri seorang gadis dihadapannya yang bertekuk lutut. Dia menyeringai penuh kemenangan ketika jarinya yang lentik menyentuh dada gadis di hadapannya.Seakan-akan dia menyentuh jantung gadis itu lalu menghancurkannya.“ Kamu sungguh akan membantu…”“ Aaarrggghhh…!”Aulia zia terbangun mendadak saat mendengar teriakan nyaring dalam mimpinya. Harus diakui, semenjak kejadian yang menimpanya tadi sore, dia sedikit berubah menjadi aneh. Entah mengapa, Aulia zia menjadi lebih penakut & merasa tidak aman ketika berada di ruangan sepi.Sambil menyeka keringat dingin di pelipisnya,Aulia zia memaksakan diri duduk bersila di atas tempat tidur. Sekali, dia mengambil nafas untuk menenangkan fikirannya yang kacau balau. Ketika Aulia zia menenangkan diri, mendadak saja pintu kamar asrama terbuka keras hingga membuatnya terlonjak kaget.“ Kamu men
Alma zia merutuki dirinya yang tidak sengaja menabrak kakak kelas yang ternyata orang yang pernah bermasalah dengan adiknya, Aulia zia. Andai saja, dirinya sedang tidak melamun ketika berjalan, mungkin dia tidak akan menabrak kakak berwajah dingin itu. “ Kudengar adikmu absen hari ini.”Alis Alma zia sempurna bertaut ketika mendengar pertanyaan dari kakak kelas ber name tag Ronald itu. Dari mana Ronald Ronald tahu, Aulia zia absen sekolah hari ini.“ Dia demam,” jawab Alma zia singkat.Ronald terlihat menaikkan kedua bahunya sekilas & menatap Alma zia dengan serius.“ Namaku Ronald. Aku yang kemarin menolong adikmu di ruang musik lama, saat dia nyaris kehilangan nyawanya. Kurasa, adikmu tidak sekedar demam. Kurasa….berhubungan dengan ruangan itu.”Alis Alma zia semakin mengerut. Menyelamatkan Aulia zia di ruang musik lama…? Bagaimana ceritanya, bisa seperti itu? Lebih masuk akal kalau Ronald balas meninju Aulia zia saat keduanya bertemu.Belum juga
Aulia zia menjambak rambutnya sebal, saat tidak menemukan ponsel miliknya di mana pun. Dia telah mencarinya sejak satu jam yang lalu. Semua tempat sudah diperiksanya. Namun benda pipih putih itu tidak di temukan di mana pun. Padahal, Aulia zia sangat membutuhkannya sekarang. Merasa putus asa karena tidak berhasil menemukan ponselnya, Aulia zia duduk di pinggiran tempat tidurnya sambil menggerutu kesal.“ Aku pulang!”Aulia zia menoleh ke arah pintu yang terbuka & menemukan Ratna masuk ke dalam kamar sambil melepaskan sepatunya. Aulia zia tidak berharap banyak untuk meminjam ponsel Ratna.“ Ponselmu! Tadi senior anggarmu yang memberikannya.”Aulia zia mendongakkan kepala saat Ratna berbicara singkat kepadanya, sambil menyodorkan benda yang sedari tadi dicari-carinya.“ Kamu….”“ Kamu meninggalkannya di lapangan depan kemarin. Sebenarnya, aku ingin memberikan ini kepada kakakmu. Tapi, tadi dia tidak ada,” potong Ratna cepat.Aulia zia mengambil ponsel dari tangan Ratna. Kemudian segera
“ Berhenti menggerutu, Aulia. Kamu harus belajar sebelum praktek agar nilaimu tidak lagi berada di bawah.”Alma zia berkata, sambil menarik tangan adiknya. Mereka mengikuti murid yang lain untuk masuk ke dalam ruang musik.Mulut Aulia zia memang berhenti menggerutu. Tapi, hatinya tetap kesal karena melihat Ronald memasuki ruang yang sama dengan yang akan di masukinya. Bagi Aulia zia, bertemu dengan Ronald berarti sebuah perdebatan.“ Hari ini, kita akan kembali melakukan praktek Piano dengan lagu berbeda. Praktek ini juga berguna untuk menambah nilai kalian yang jelek. Tapi sebelum itu, kita akan mendengarkan salah satu senior kalian bermain Piano karena dia tidak mengikuti praktek di kelasnya minggu lalu.”Seperti dugaan awal, senior yang dimaksudkan oleh Ibu Guru adalah Ronald. Dia sedang duduk di belakang Piano sambil tersenyum sekilas kepada adik-adiknya. Aulia zia tersenyum mengejek ke arah Ronald, sedangkan Alma zia menatap Ronald datar Ronald seolah ingin mengatakan “ tunjukk
Insiden lepasnya penyangga tutup grand piano, yang berakhir dengan menimpa tangan Ronald, menyebar dengan cepat. Bahkan, lebih cepat dari wabah penyakit apa pun. Dari beberapa gosip yang beredar, Ronald mengalami retak tulang pada beberapa jarinya, juga ada sebagian kecil tulang bergeser dari sendinya. Untuk beberapa saat, Ronald dipulangkan ke rumahnya yang berada di Bandung. Sementara, pelaku yang melepaskan penyangga tutup Piano, Sinta, tampak beberapa kali dipanggil ke ruang ketertiban untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.Ada beberapa hal yang membuat Aulia zia, Alma zia, & Ratna terkejut saat ini. Bayangkan saja, teman sekamar mereka, baru saja mencederai kakak kelas. Namun, tidak ada ekspresi ataupun kalimat menyesal yang keluar dari bibir Sinta sama sekali.Bahkan, menurut Ratna, Sinta seperti tidak merasa bersalah.Malam ini, Aulia zia sedang berkumpul dengan Alma zia & Ratna di kamar mereka, sedangkan Sinta menghilang entah ke mana sejak tadi sore.
Mentari pagi bersinar tidak rerlalu cerah, mengingat semalam terjadi badai mengerikan. Bahkan, hingga pagi ini pun masih gerimis sesekali.Kesuraman mentari sama halnya dengan kesuraman wajah Aulia zia, Alma zia, & Ratna pagi ini. Ketiganya terlihat tidak bersemangat pergi ke sekolah. Bahkan, Alma zia memiliki kantong mata.Dini hari tadi, sekitar pukul 3, Sinta kembali ke asrama dengan wajah datar. Dia sama sekali tidak memedulikan wajah lelah Aulia zia & Alma zia yang semalaman menunggunya pulang & Ratna terbangun dari pingsannya.“ Kamu dari mana saja? Kenapa jam segini baru pulang? Kami menunggumu,” tegur Alma zia.“ Bukan urusanmu. Lebih baik, urusi aja firu sendiri.”Bahkan, jawaban yang diberikan Sinta begitu ketus & dingin, membuat Aulia zia yang tadinya ingin menginterogasi Sinta harus mengurungkan niatnya.Beberapa saat setelah Sinta kembali ke asrama, gadis itu lalu pergi lagi dalam setengah jam setelah membersihkan diri. Ketiga teman sekamarnya ha
Alma zia berjalan pelan menyusuri taman belakang asrama putri, sambil memikirkan beberapa hal yang dianggapnya janggal selama beberapa hari ini. Aulia zia sedang ada jadwal berlatih anggar sehingga tidak dapat menemaninya berjalan-jalan. Begitu pula Ratna yang sedang berlatih basket. Lalu, Sinta..? Gadis itu selalu menghilang seperti bayangan malam yang tak pernah bisa disentuh & digapai. Bahkan, terlalu misterius untuk diungkaplan siapa sosoknya. Ketika jari Alma zia tidak sengaja menyentuh kelopak bunga mawar merah yang indah, pikiran gadis itu langsung bermuara pada perkataan Ratna kemarin. Perkataan tentang Ratna seolah melihat Sinta berada di alam roh, padahal Sinta masih hidup.Alma zia memang pernah mendengar tentang astral projection. Tapi, dia tidak pernah berpikir, bahwa hal itu benar-benar ada. Seperti halnya kemampuan melihat kejadian di tempat yang lain milik adiknya, yang biasa orang sebut indigo, clairvoyance, ataupun telekinesis & sebagainya. Dan, itu termasuk kemampu
Zlaaaassshhh.Nafas Aulia zia sempurna tercekat, saat melihat seorang gadis berambut panjang hitam berdiri di depan gadis lain yang sedang menangis. Gadis berambut hitam itu menatap dingin lewat kelopak matanya yang berdarah.Satu hal lagi yang membuat Aulia zia benar-benar tidak bisa bernafas, dia memakai baju putih abu-abu berlumuran darah. Dan, melayang! “ Hiks…hiks…kumohon lepaskan aku… Aku tidak ingin berada di tempat ini… kamu tidak boleh mengambil tubuh & hidupku ! Kumohon…”Gadis berambut hitam itu menyeringai sejenak, menampilkan gigi-giginya yang berdarah & tatapan mata penuh kegelapan.“ Kamu harusnya mati agar aku bisa mendapatkan tubuhmu, anak manis. Kamulah yang membuka gerbang agar aku kembali & sekarang kamu harus memberikan tubuhmu agar aku benar-benar kembali. Kalau kamu tetap keras kepala….”Dia menghentikan kalimatnya untuk menunjukkan seringai gila ketika tangannya yang bebas mengeluarkan sebulah pisau.“ Kamu akan tahu rasanya mati dengan tikaman pusau yang dahu