Share

LUBANG

William melemparkan botol plastik air mineral yang tadi dia remas hancur, lalu berjalan kearah Mayleen dan Hansen, "masih belum selesai?" tanya William. 

Mayleen dan Hansen memakan gigitan terakhir dari roti sandwich mereka, lalu menyesap air mineral mereka, dan segera berdiri. 

"Kami sudah selesai," jawab mereka serentak. 

"Jika begitu lekas," ujar William. 

Sebenarnya tanpa mensurvey, Gu Corporation bisa saja langsung membayar pembeliam tanah ini, namun Mayleen merasa curiga, karena keluarga pemilik tanah ini  sama sekali tidak melakukan penawaran banding ketika Gu Corporation membuka dengan harga terendah standar Gu Corporation. 

Bagi perusahaan lain angka yang Gu Corporation tawarkan mungkin dipandang tinggi, namun bagi Mayleen itu adalah harga terendah standar Gu Corporation, karena itu ketika William menugaskan untuk mensurvei ini, Mayleen sangat bersemangat. Karena ingin menyelidik melihat sendiri. 

Mayleen berjalan mensisiri area tanah yang akan dibeli itu, melihat pemandangan yang begitu indah, dan akses yang mudah di jangkau, lalu mengapa mereka menerima tawaran tanpa menawar. 

"Pikaaa bu!" canda Gu Hansen seraya menganggetkan lamunan mayleen. 

"Hisssh," ujar Mayleen seraya memukul bahu Hansen. 

Lagi-lagi hati William seperti tergelitiki oleh pisau ketika melihatnya, "kita berpencar untuk mengecek lokasi!" perintah William. 

Lalu William membagi-bagi area pengecekan, William menempatkan Mayleen untuk mengecek area hutan, jelas hal ini ditolak keras oleh Gu Hansen. 

"Biarkan aku yang mensurvey hutan," ujarnya. 

"Tidak, karena Mayleen yang bertanggung jawab atas project ini, maka harus dia yang pergi," tukas William.

Mayleen menarik lengan Hansen, "Sudahlah, ini memang menjadi tanggung jawab aku," ujar Mayleen.

"Mereka pun mulai berpencar, tiga jam lagi kita bertemu di tempat ini," tukas William. 

Mayleen pun mulai berjalan masuk ke dalam hutan, "hish dia itu memang benar-benar menyebalkan," gerutu Mayleen dalam hati.

Mayleen menemukan sebuah sungai, di sini sungguh sangat sejuk, Terpikir oleh Mayleen untuk nantinya membuat area makan dengan konsep alam terbuka, dan juga yang berfungsi untuk tempat pernikahan dengan konsep pesta kebun. 

"Ini pasti akan sangat menguntungkan," ujar Mayleen sambil tertawa  dan bertepuk tangan.

Gerimis kecil telah turun, karena menikmati kedamaian seperti ini yang jarang dia temui, maka Mayleen sedikit terbuai dan lupa waktu. Gerimis menyadarkan Mayleen jika dia harus kembali ke tempat yang telah ditentukan. Berlari kecil dengan terburu-buru, namun Maylen malah tersandung, Mayleen mencoba berdiri namun kakinya terkilir, ketika sedang berusaha berjalan tiba-tiba seekor ular menggigit kaki Mayleen. 

Setelah ular itu melepaskan gigitannya, Kaki Mayleen bertambah sakit, namun tetap berusaha berjalan. Pandangan Mayleen lama-lama memudar dan mayleen kehilangan keseimbangan, lalu malah terjatuh beguling-guling.

Tiga jam lebih sudah berlalu, namun hanya tinggal Mayleen yang belum datang ke tempat semula. Tiba-tiba saja hujan besar turun dari langit. Tapi, tanda-tanda Mayleen keluar dari hutan belum juga terlihat. Gu Hansen benar-benar tidak bisa menahan dirinya, lalu berlari menuju ke arah hutan. 

William tertegun sesaat, namun tidak pergi menyusul Gu Hansen. Reina yang melihatnya tentu merasa senang karena William mengabaikan Mayleen, ini berarti kesempatan baginya. Reina merasa sangat senang, merasa seakaan alam tengah merestui dirinya dengan William, dan alam tengah berbaik hati karena telah mau menelan Mayleen sampai menghilang.

William malah masuk kedalam mobilnya, dan melaju pulang ke rumah utama. Tadi tepat ketika mereka baru saja tiba, supir William dan mobilnya juga tiba. 

William meninggalkan Hansen dan Mayleen begitu saja. Namun, ketika sampai di rumah  utama. William malah tidak tenang sendiri. William memasuki kamar Mayleen, kamar ini berwarna hitam dan putih. Terdapat beberapa foto-foto Mayleen dari remaja hingga sekarang. William membuka laci meja rias Mayleen, lalu menemukan satu foto figura kecil yang berisi foto Mayleen dengan Li Jancent. 

Hati William seketika saja bergemuruh kembali, lalu melemparkan figura foto tersebut hingga pecah, lalu pergi melangkah pergi dari kamar Mayleen.Sementara itu,  di hutan Gu Hansen masih terus mencari Mayleen, namun tidak menemukan tanda-tanda Mayleen.

Pada akhirnya Gu Hansen menghubungi polisi setempat untuk  membantu mencari Mayleen. Hujan deras dan hari sudah mau mulai gelap sungguh itu menjadi menambah kesulitan Hansen untuk mencari Mayleen. Jelang jam makan malam, Reina dan William duduk di ruang makan menunggu pelayan menyajikan makan malam mereka.

William mengirimkan pesan kepada Asisten He, "Bagaiamana?" tanyanya. 

"Polisi telah diturunkan untuk mencari Nyonya," jawab  isi pesan asisten He.

William meletakan ponselnya, dan melihat sup hangat yang tersaji di mangkuknya, lalu melihat hujan deras dari balik jendela ruang makannya itu.  Baru saja satu suap Reina menyesap sesendok sup ke dalam mulutnya, William tiba-tiba saja berdiri dan mengambil kunci mobilnya lalu melajukan kembali ke arah tempat Mayleen dan Hansen.

Di hutan team pencari dan Hansen tidak kehilangan semangat untuk mencari Mayleen, hati Hansen benar-benar cemas malam hari, hujan begitu deras. Ditambah melihat riwayat kesehatan Mayleen yang tidak begitu baik, jantung Gu Hansen berdetak dengan dua kali lipat lebih cepat. 

"Hiks..." gumam Mayleen yang sedikit tersadar.

Daya juang hidup Mayleen sedari kecil sudah sangat besar, karena itu meskipun sudah terluka parah. Mayleen berusaha untuk tetap bertahan. 

William pun tiba di lokasi, "Tuan," sapa salah satu polisi yang mencoba menghalangi William. 

Polisi tersebut melihat William yang terburu-buru ingin pergi masuk kedalam hutan dan malah menghalanginya karena tak ingin ada korban baru lagi yang menghilang, itu malah nanti akan menambah pekerjaan mereka. Namun William malah memukul petugas tersebut sampai tersungkur jatuh dan denham cepat menerobos masuk ke hutan. 

William mengeluarkan senter dari sakunya, dan mulai mensusuri jalan setapak hutan itu. William sempat terpeleset beberapa kali, tanah menjadi licin karena derasnya hujan. Dia bertemu dengan Gu Hansen dan yang lainnya, meski sedikit terkejut namun Hansen langsung saja mengabaikan keberadaan William.

Mereka berdua pun mengikuti langkah ketua team pencari, meski hujan namun aura panas dari William dan Hansen sangat kentara dilihat. Hujan sedikit mereda, mereka semua beristirahat sebentar. William memilih duduk menyendiri dari yang lainnya, sementara yang lainnya sibuk berdiskusi tentang pencarian ini. 

Tiba-tiba William berdiri tegak, dan memasang telinganya dalam-dalam. William seperti mendengar lenguhan yang dikenalnya, mencoba menajamkan pendengarannya. Lalu kedua mata William terbelalak, "Itu suaranya," William segera turun kebawah, itu adalah sebuah lubang yang tidak cukup dalam, namun cukup untuk menyembunyikan tubuh Mayleen. 

Hansen dan yang lainnya terkejut melihat William tiba-tiba melompat kebawah, dan ketua team pencari dan pun malah ikut melompat kebawah sementara yang lainnya menunggu diatas. Dia menyenteri tubuh Mayleen yang terkulai, terlihat wajah istrinya itu sudah memutih seperti tidak ada darah yang mengalir, sementara bibirnya membiru karena kedinginan. William segera saja membuka jas hujannya, dan membuka sweater yang sedang dipakainya dan memakaikannya kepada Mayleen.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status