“Ahhh, Bu. Enak banget mulutnya.”Aku terus menggenjot mulut ibu hingga kurasakan aku hendak keluar dan kucabut batangku dari mulut ibu lalu kusemprotkan cairanku menghiasi wajah ibu.“Ahh, Mas banyak banget keluarnya.” Agni berseru keenakan.Setelah itu, kutinggalkan ibu yang sedang tiduran lemas dengan wajah yang belepotan cairanku. Kemudian aku pun langsung masuk kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat ke hotel.Saat mandi aku terus berpikir betapa beruntungnya aku memiliki janda menggiurkan dan ibu mertua seperti Agni yang di usia nya yang sudah tiga puluh delapan tahun. Namun masih tampak muda dan seksi bahkan kini ia mulai luluh denganku yang dimana aku bebas menikmati tubuh telanjangnya dan malam ini aku bertekad untuk dapat menghujamnya dengannya mau bagaimanapun caranya karena esok hari istriku sudah pulang ke rumah.Setelah mandi aku pun langsung berpakaian untuk siap-siap ke hotel, Tak berselang lama ibu sudah keluar kamar dengan mengenakan dasternya.“Mas mau sarapan apa
Aku melanjutkan pekerjaanku. Singkat cerita akhirnya aku sudah pulang bekerja dan aku membeli martabak di perjalanan pulang.Setibanya di rumah, kulihat pagar rumahku masih terkunci rapat rupanya. Ibu benar-benar tidak keluar rumah, wajar saja karena did alam rumah ia pasti sedang telanjang mengikuti apa yang kuperintahkan.Aku lalu masuk ke dalam rumah dan seketika aku terkejut mendapati ibu yang tergeletak lemas di atas sofa dengan keadaan telanjang bulat dan terlihat cairan yang bercecer di sofa dan lantai yang kupastikan kalau itu adalah cairan orgasme ibu sehingga tiba-tiba aku tersadar jangan-jangan saat setelah makan siang dan makan malam pun ibu juga meminum teh yang berada di dalam teko yang sudah kucampurkan obat perangsang sehingga seharian ini ibu terus terangsang sedari sarapan di pagi hari hingga malam ini.Kubangunkan ibu yang tergeletak lemas ini.“Mas kapan pulang ?” ujar ibu lemas.“Barusan Bu, sana Bu, Mandi.” Aku memerintah.Ibu pun mengangguk lemas kemudian beliau
Agni terlihat bimbang dan bingung. Aku tahu sebenarnya ibu juga sudah sangat pengen terlebih seharian ini ibu sudah menonton film yang menampilkan seorang menantu yang menghujam mertuanya sendiri dan pasti di alam bawah sadar ibu juga ada keingingan melakukan hal serupa.Tanpa menunggu persetujuan ibu pun aku langsung memasukan kepala batangku secara perlahan menembus bibir liang ibu.“Ahhh, Mas cukup kepala batangnya aja yah Mas, Jangan lebih dari ini Mas ibu mohon.” Ibu memelas.Aku pun tak membalas perkataan ibu sehingga mula-mula aku masih memaju mundurkan kepala batangku di liang ibu namun tanpa sepengetahuan ibu aku pun memajukan sedikit hingga setengah batangku sudah memasuki liang ibu dan kurasakan liang ibu begitu nikmat.“Ahhh liang Ibu enak banget, Bu.”“Cukup Mas, keluarin lagi Mas batangnya, jangan masukin lebih dalam lagi Mas cukup mas ibu takut kita kebablasan.”Rupanya kesadaran ibu mulai kembali normal sehingga aku pun tersenyum licik dan sebagian batangku yang sudah
“Tapi, Mas. Ibu masih lemas.”“Tanggung Bu lagipula makin lemas makin enak.”Aku sengaja memaksa ibu untuk langsung melayaniku sebelum kesadarannya kembali normal karena saat ini pikiran ibu sudah berada dibawah kendaliku yang dimana ibu sudah menikmati dirinya yang kuhujam.“Ayo, Sayang naikin batangku.”Ibu pun mulai mendudukiku dan ia mulai mengarahkan batangku ke dalam liangnya hingga akhirnya batangku secara perlahan menembus memasuki liangnya.Mata ibu melotot dan sebuah erangan keluar dari dalam mulut ibu dan wajah menunjukan sebuah keterkejutan karena saat ini di dalam dirinya sedang ada sebuah benda tumpul yang mencapai bagian terdalam dirinya karena dengan posisi wanita di atas. ini batangku terasa mencapai mulut rahim ibu dan disaat batangku tenggelam di liangnya ibu langsung menjerit.“Ouhhh, Mas dalem bangett.”“Ayo sayang gerakin, kamu bisa kan?” ujarku.Agni pun mengangguk dan ia mulai naik turun bergoyang di atas batangku.“Mas batang kamu kok dalem banget sih di lia
Aku tidak memperdulikan penyesalan Agni. Yang terpenting aku berhasil menaklukan Aku. Hal yang membuatku penasaran dariku berhasil aku dapat.Namun, terkuta setiap perbuatan akan mendapat karmaku. Ketika aku berhasil memperdayai Agni. Aku langsung mendapatkan karma itu.Ketika aku berangkat kerja, tepat di tengah jalan yang sepi, di daerah yang dipenuhi dengan sawah terasering, mendadak dua mobil jeep menghadangku dari atas tanjakanHal yang tidak terduga adalah ketika mobil itu membelok ke arahku dan menubruk mobiku dengan keras. Aku yang sudah berancang-ancang pun membuka pintu mobil dan melompat.Aku jatuh terguling-guling sampai di dasar jurang. Namun, pada saat itu aku masih sadar. Lantas, aku segera bersembunyi di balik semak-semak.“Sialan! Kenapa Aku pakai lompat segala!”Mataku membulat. Suaraku tidak asing. Mulyawan! Iya, itu pasti Aku. Terkuta Aku menyiapkan komplotan untuk bisa mencelakaiku.“Cari Aku! Jangan sampai Aku lolos! Pokokku Aku harus mati.”Aku panik. Terkuta, M
Aku terduduk di pinggir sungai. Aku kelelahan karena harus bertarung dengan seekor pyton seorang diri. Bekas taring di betisnya terasa perih karena terkena air. Sementara Aku tidak punya sesuatu untuk menutupi lukanya itu.Tanpa pikir panjang, Aku melepas jas favoritku. Jas untuk bekerja di hotel masih tertempel di badanku dan melilitkannya ke betis. Namun, karena teksur jas itu sangat lentur sehingga mudah untuk melilitkannya, yang akhirnya jas itu hanya dipenuhi oleh darahku sendiri.Ah,Aku membuang jaket itu serampangan. Tidak ada cara lain, selain terus berjalan mencari pertolongan daripada terus berdiam diri membiarkan diriku lemas karena kehilangan banyak darah.“Agni, Maafkan aku.”Tiba-tiba yang terbersit di benakku adalah Agni. Janda yang menjadi mertuaku yang seksi dan sangat menggairahkan itu menjadi korban atas kenakalanku. Kenakalan berdasarkan hawa nafsu yang membabi buta. Dan aku dibutakan untuk sesaat karenanya.Kini, aku menyesal. Mungkin ini karma atas perbuatanku.
"Siapa kamu? Ngapain kamu tidur disini?"Aku terbangun tatkala mendengar suara cempreng laki-laki. Aku mengerjapkan-erjapkan mata sambil menggeleng dengan cepat. Cahaya yang menyilaukan, membuatku refleks menghalanginya dengan lenggan."Kok diam? Ayo jawab?"Aku berdecak kesal. Kesadarannya belum pulih betul, tetapi sudah dicecari dengan berbagai pertanyaan dari orang yang tidak Aku kenal.Terlebih, orang itu menyorotinya dengan senter tepat di wajahku. Bagaimana Aku bisa bicara dengan keadaan seperti itu."Ada apa ini?" tanya seorang pria bertubuh sedang. Dia tampak menggunakan topi safari motif tentara dengan handuk kecil yang mengalungi lehernya."Ini Mas, ada orang asing menyelinap di truk kita!" sergah temannya yang bertubuh kurus kering itu.Sejenak Pria bertopi safari terdiam. Dia memandang perawakan kekarku yang kebetulan tidak memakai baju itu."Jangan kebawa emosi, suruh dia turun dulu," titah Pria itu dengan bijak. Lelaki bertubuh kurus yang terlihat masih remaja itu menyur
"Udah, jangan lama-lama. Nanti ketahuan sama bapak-bapak di depan," Aku berusaha mendorong kepala perempuan itu."Mas, udah besar, tahan lama lagi. pengen ngerasain sampai keluar," sahut penjaga warung itu yang membenamkan mulutnya lagi."Tidak bisa ya, kondisinya tidak memungkinkan. Lagian, kamu harusnya jaga di depan 'kan?"Perempuan itu tidak segera manjawab. Aku bangkit dengan ekspresi wajah yang seperti kepedesan sambil menarik tanganku."Ke kamar mandi saja Mas,"Aku terpaksa menuruti permintaannya. Sesuai dugaannya, Wanita itu adalah maniak. Bahkan waktu tiga puluh menit saja masih kurang menurutnya.Perempuan itu buru-buru menutup kamar mandi setelah membawaku ke dalam. Tanpa komando, Aku ingin melucuti pakaiannya. Namun Aku mencegahnya."Jangan sekarang, Lain kali saja, aku janji akan muasin kamu."Perempuan itu mengulum telunjuknya sendiri dengan tatapan memelas. Aku menaikan alis sebelahnya. Aku mengetahui kalau yang ada di hadapannya ini saumpama macam betina di musim kaw