Laras dicerai oleh suaminya, karena sang suami tidak bisa mencintainya sama sekali. Laki-laki itu lebih memilih kembali pada sang kekasih, yang sudah pernah meninggalkannya begitu lama. Namun siapa sangka. setelah perceraian itu, mantan suami Laras yang bernama Sofian, tidak bisa melupakan kelembutan dan perhatian Laras selama wanita itu menjadi istrinya. Bagaimanakah kisah Laras selanjutnya...?
Lihat lebih banyak"Laras. Tunggu Laras! Mas ingin berbicara denganmu sebentar saja!" pinta Sofian.
Laki-laki itu mengejar Laras yang berusaha menghindar darinya. Laras sama sekali tidak menggubris perkataan Sofian, ia terus berlari meninggalkan laki-laki itu. Tapi Sofian tidak tinggal diam. Ia justru berlari kencang, dan berusaha mengejar Laras yang terus berusaha menjauh darinya. Begitu jarak di antara mereka semakin dekat, tangan Sofian berhasil meraih pergelangan tangan Laras. Dan dengan nafas terengah, ia menggenggam tangan wanita itu agar tidak pergi, lalu tanpa sengaja menariknya hingga Laras kehilangan keseimbangan dan jatuh kedalam pelukannya. "Laras, tolong… dengarkan aku dulu," ucap Sofian, suaranya bergetar menahan emosi. Namun Laras tetap berusaha melepaskan diri. Wajahnya tegang, dan matanya memantulkan amarah serta kekecewaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ia tidak ingin ikut bersama Sofian, meski pria itu terus berusaha membujuknya dengan nada memohon. "Mas, lepaskan aku. Aku tidak mau ikut!" Laras menatapnya tajam, seraya mencoba menarik tangannya. "Aku cuma ingin bicara baik-baik, Laras. Hanya itu. Tolong jangan salah faham," ujar Sofian lirih, dan tetap menggenggam tangan Laras seolah takut wanita itu akan pergi dan tidak kembali lagi. Akhirnya, Laras pun tidak berdaya menolak lebih lama. Ia hanya bisa diam saat Sofian menuntunnya masuk ke dalam mobil yang terparkir di pinggir jalan. Udara di dalam mobil terasa berat oleh keheningan yang panjang. Sofian melajukan mobilnya dengan cepat, membawa Laras menuju tempat yang dulu pernah menjadi kenangan di antara mereka. Ia berharap, di sana ia bisa menjelaskan segalanya dan menenangkan hati Laras yang kini dipenuhi oleh amarah. Begitu tiba di depan sebuah rumah mewah, Sofian turun lebih dulu dan membuka pintu untuk Laras. Ia berusaha bersikap tenang, meskipun kegelisahan jelas terlihat di wajahnya. "Mas cuma ingin bicara. Setelah itu, kalau kamu mau pergi, aku tidak akan menahanmu lagi," katanya dengan suara rendah. Laras menatapnya dengan perasaan ragu, tapi akhirnya ia melangkah masuk. Di dalam rumah, suasana begitu hening, dan Sofian pun menuntun Laras menuju keruang tamu, lalu ke kamar. Begitu pintu tertutup, Sofian berbalik dan menatap Laras dengan tatapan yang sulit dijelaskan, antara rasa rindu, penyesalan dan juga rasa kehilangan. Ia ingin memeluk wanita itu, tapi Laras langsung memundurkan tubuhnya kebelakang. "Mas… jangan. Aku mohon," ucap Laras dengan suara bergetar. Sementara itu, Sofian hanya bisa menunduk dan berkata... "Aku cuma ingin kamu tahu, aku nggak pernah bermaksud menyakitimu, Laras." Setelah berkata seperti itu, Sofian pun langsung memeluk Laras dengan begitu erat, membuat keduanya kehilangan keseimbangan dan jatuh diatas tempat tidur. Laras berusaha melepaskan diri dari pelukannya, seraya berkata... "Apa kamu sudah gila, aku ini bukan lagi istrimu, Mas! Lepaskan aku! Kamu tidak pantas memperlakukan aku seperti ini? Apa kamu lupa, kamu itu sudah menceraikan aku satu bulan yang lalu??" teriak Laras, ia berusaha melepaskan diri dari dekapan Sofian, dan mencoba menyadarkan laki-laki itu, bahwa mereka bukan lagi pasangan suami istri. "Aku mengingatnya sayang! Justru itu yang membuatku menyesal. Setelah kamu pergi aku baru sadar kalau aku tidak bisa hidup tanpamu!" jawab Sofian, tatapan matanya begitu sendu menatap Laras. "Omong kosong! Aku tidak percaya padamu! Sekarang lepaskan aku, mas!" ujar Laras. "Aku akan melepaskanmu! Kalau kamu mau berjanji terlebih dahulu untuk kembali menikah denganku!" sahut Sofian. Laras tidak menjawab pertanyaan laki-laki itu, dia terus saja mendorong tubuh Sofian sekuat tenaga. Sedangkan Sofian sama sekali tidak memperdulikan hal itu, ia semakin mempererat pelukannya pada Laras. "Aku mohon jangan lakukan ini, Mas! Ini perbuatan yang tidak pantas, kita sudah bercerai, Mas! Tolong lepaskan aku, dan biarkan aku pergi dari sini! Aku mohon!" Laras menghiba dengan air mata yang mulai menetes. Melihat hal tersebut, Sofian merasa kasihan pada mantan istrinya itu. Laki-laki itu menatap sayu wanita yang saat ini sedang menangis, lalu ia mengecup lembut pipi Laras, namun wanita itu membuang wajahnya kearah lain. "Maafkan Mas, sayang! Tapi Mas sangat mencintaimu! Mungkin dengan cara ini kamu tidak akan pernah pergi lagi dari kehidupan Mas!" kata Sofian dengan tatapan sayu. "Bukan keinginanku pergi dari kehidupanmu, Mas! Tapi kamu yang membuangku! Dan kamu juga yang menginginkan perceraian diantara kita!" ucap Laras, wanita cantik itu merasakan pedih dihatinya bagaikan tersiram air garam. Sofian hanya menatap wajah Laras dengan penuh penyesalan dan juga rasa sesak yang memenuhi rongga dadanya. Dengan sengaja ia telah membawanya kerumah yang pernah ditinggali olehnya dan juga mantan istrinya tersebut, sebelum mereka resmi bercerai. Sofian berusaha mendekatkan diri karena kehilangan kendali oleh emosi dan penyesalan, sehingga awalnya ia berniat membawa Laras ketempat itu dan ingin membuat Laras mengandung anaknya. Ia berfikir, dengan cara seperti itu ia bisa membuat wanita tersebut mau kembali padanya, karena sudah beberapa kali Laras menolaknya untuk kembali rujuk. Namun, melihat Laras memohon seperti saat ini, hatinya merasa tidak tega untuk melakukan hal sekeji itu pada mantan istrinya tersebut. Semenjak Laras menjadi istrinya, laki-laki itu belum pernah menyentuh Laras, dan mereka tidak pernah melakukan hubungan selayaknya pasangan suami istri. Ditatapnya wajah Laras yang sudah pucat pasi itu dengan perasaan bersalah. Sofian benar-benar merutuk perbuatannya yang telah membuat wanita itu ketakutan pada dirinya. Laki-laki itu menarik mantan istrinya itu kedalam pelukan, meskipun Laras berusaha melepaskan dirinya namun ia tetap memeluk wanita itu dengan sangat erat. Berulang kali ia meminta maaf pada perempuan yang ada dihadapannya itu, meskipun Laras sama sekali tidak menanggapinya. Laras terus saja menangis tersedu-sedu, ia bahkan mendorong tubuh Sofian dengan sangat kuat. "Kenapa Mas, kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini? Apa belum cukup rasa sakit yang selama ini kamu berikan untukku, sehingga kamu ingin menghancurkan hidupku seperti ini?" teriak Laras dengan terisak, dan memukul-mukul dada Sofian. Hatinya begitu sakit dengan perlakuan Sofian terhadapnya, bahkan selama menjadi istri dari laki-laki itu, dia sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari laki-laki yang pernah menjadi suaminya itu. Wanita itu hanya meringkuk di atas tempat tidur, ia menangis meratapi nasibnya yang malang dan juga tidak pernah mendapatkan kebahagiaan. Sofian mencoba merangkul wanita itu, namun Laras kembali mendorongnya, membuat tubuh laki-laki itu terjengkang. "Pergi kamu, Mas! Aku sangat membencimu!" teriak Laras dengan air mata yang sudah menganak sungai. "Mas benar-benar minta maaf, sayang! Tolong kamu jangan seperti ini! Mas janji akan memperbaiki kesalahan Mas selama ini, tapi Mas mohon! Kamu mau kembali sama Mas, ya? Kita akan menjalani hidup berumah tangga seperti dulu, Mas mohon sayang! Dan Mas berjanji akan menjadi suami yang lebih baik untuk kamu!" ujar Sofian, dengan mata berkaca-kaca. Laki-laki itu segera meraih tangan Laras, dan menciumnya berulang kali. Laras hanya diam saja melihat perlakuan mantan suaminya, tidak ada lagi sepatah katapun yang keluar dari mulut wanita cantik itu, sangat sulit baginya untuk memaafkan Sofian yang selama ini selalu menyakiti hati dan perasaannya. Melihat Laras yang diam saja, Sofian kembali mendekati mantan istrinya dan duduk disamping wanita itu. "Kamu mau kan menikah lagi dengan Mas?" bujuknya lembut. Sofian menatap penuh harap pada wanita yang berada dihadapannya saat ini, namun Laras malah memalingkan wajahnya kearah lain, tanpa menjawab ataupun mengiyakan permintaan darinya. Melihat hal itu Sofian hanya menghembuskan nafas berat. Menurutnya, mungkin Laras butuh waktu untuk mempertimbangkan ajakannya untuk kembali lagi padanya, dan laki-laki itupun berusaha memaklumi keadaan Laras saat ini. Sudah terlalu dalam luka yang ia torehkan pada wanita itu, dan mungkin juga dia harus bersusah payah untuk mendapatkan hati Laras yang mungkin sudah mati rasa terhadapnya. "Aku mau pulang!" ucap Laras tanpa menatap pada laki-laki dihadapannya. Dengan terpaksa, Sofian mengangguk sambil tersenyum kecut. "Mas akan mengantarmu!" laki-laki itu berucap pelan. Lalu ia berjalan kearah pintu kamar, dengan berat hati ia memasukkan kunci kedalam lubang kunci untuk membuka pintu kamar tersebut. Lalu ia kembali mendekati Laras, dan mengulurkan tangannya hendak membantu wanita itu berdiri, namun Laras menepis tangannya dengan kasar. Sambil menyeka air mata yang masih mengalir dipipi, Laras berjalan dengan pelan mendekati pintu kamar, kemudian wanita itu keluar dari rumah tersebut tanpa menoleh kebelakang. Sofian segera menyambar kunci mobil yang ia letakkan diatas nakas, lalu ia berlari menyusul Laras keluar rumah. Saat Laras ingin keluar dari pintu pagar dan berniat mencari taksi, Sofian segera menangkap pergelangan tangan wanita cantik itu, membuat Laras menghentikan langkahnya dan menatap tajam wajah tampan yang saat ini berada dihadapannya. "Lepaskan aku, Mas, aku ingin pulang!" kata Laras setengah melotot kearah mantan suaminya itu. "Aku sudah bilang, aku yang akan mengantarmu!" jawab Sofian membalas tatapan wanita itu. Laras menghentakkan tangan Sofian dengan kasar, sehingga tangan lelaki itu terlepas dari pergelangan tangannya. "Aku bisa pulang sendiri dengan taksi! Tolong jangan halangi aku, Mas!" Laras berkata pelan, sambil mengusap lengannya yang terasa sakit karena ulah Sofian. "Tidak bisa! Aku yang membawamu kemari, dan aku yang bertanggung jawab untuk mengantarkanmu pulang kerumah!" jawab Sofian bersikeras. "Tidak perlu, Mas! Aku bisa pulang sendiri!" Laras tetap bersikukuh ingin pulang sendiri, dan tidak mau diantar oleh Sofian, laki-laki yang pernah meluluh lantakkan hati dan perasaannya. "Mas mohon! Untuk saat ini, tolong turuti permintaan Mas, karena Mas tidak ingin terjadi apapun sama kamu! Jadi tolong izinkan Mas yang mengantar kamu pulang, Kali ini saja!" Sofian memohon dengan penuh harap pada perempuan yang ada disampingnya, dan masih menatapnya dengan wajah datar. Setelah berfikir beberapa saat, akhirnya Laraspun menganggukkan kepalanya, dan mengizinkan Sofian untuk mengantarnya pulang. Mendapat anggukan dari sang mantan, Sofian pun segera menarik tangan Laras dan membawanya ke mobil yang ia parkirkan dihalaman rumahnya tersebut. Setelah itu, Sofian membukakan pintu mobilnya dan menyuruh Laras masuk kedalam mobil, sesudah memastikan bahwa Laras benar-benar sudah masuk kedalam mobilnya, laki-laki tampan itupun menyusul masuk dan duduk dibelakang kemudi. Kemudian, dengan perlahan mobilpun melaju meninggalkan rumah yang pernah menjadi saksi bisu, kenangan pahit yang pernah dialami oleh Laras. Tidak lama kemudian, Sofian menghentikan mobilnya didepan sebuah kos-kosan. Laras secepatnya turun dari mobil Sofian. Namun gerakannya terhenti saat Sofian menarik tangannya, membuat Laras terjatuh kearah Sofian dan menimpa tubuh Laki-laki itu. "Tolong kamu pertimbangkan lagi permintaanku Laras! Kembalilah padaku, dan aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia, meskipun aku harus mempertaruhkan nyawaku sekalipun!" ujar Sofian, menatap tulus kedalam bola mata indah milik Laras. Laras sama sekali tidak menjawab, ia melepaskan dirinya dari sofian yang sengaja memeluk pinggangnya tersebut. Kemudian ia keluar dari mobil, dan berlari kecil kedepan pintu rumah kosnya. Kos-kosan itulah yang menjadi tempat tinggalnya dan menjalani hari-harinya setelah ia dicerai oleh sang suami. Sofian hanya menatap kepergian Laras dengan wajah muram, ia merasa telah melakukan hal paling bodoh karena sudah menceraikan Laras, wanita yang sangat baik dan tulus menyayangi dirinya. Bersambung...Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu."Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras."Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, ka
Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut."Brugg... "Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras."Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita."Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut."Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras."Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.Kedua wanita itupun saling ber
"M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya."Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian dengan nafas naik turun karena menahan amarah."Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat."Aaww... Sakit Mas!" pekik laras."Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.Lalu laki-laki it
"Loh, kok kamu bertanya seperti itu? Apa kamu merasa tidak senang kalau Mama berkunjung kemari, kerumah anak dan menantu Mama sendiri? Kalau memang kamu tidak mau Mama datang kemari, lebih baik sekarang Mama pulang aja!" kata Cantika pura-pura bangun dari tempat duduknya."Eh, maaf Ma! Bu-bukan begitu maksud aku! Aku senang kok kalau Mama mau datang kemari! Tapi tumben, Mama kok bisa datang pagi-pagi kesini? Biasanya kan, Mama itu selalu sibuk!" jawab Sofian, sambil memegangi tangan Cantika yang hendak berdiri."Oh, begitu? Mama fikir tadi kamu itu nggak suka kalau Mama datang kerumah baru kamu ini!" Cantika pura-pura sewot."Mana mungkin aku tidak menyukai kedatangan Mama kemari? Rumah ini saja pemberian Mama dan Papa untuk kami berdua! Jadi kalian bebas kok mau datang kesini sesuka hati." Sofian berusaha menyenangkan hati sang Mama."Mama cuma mau ngasih kunci mobil punya kamu ini! Biar kamu nggak marah-marah dan mengomel lagi seperti kemarin!"Cantika berkata sambil meletakkan kunc
"Bruuggk... "Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin.Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya.Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai.Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya.Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu."Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah."Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terj
Laras sedang sibuk berkutat didapur, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dan juga Sofian.Tidak banyak makanan yang ia masak, ia hanya memasak seadanya karena ia belum berbelanja kebutuhan dapur.Laras hanya memasak sayur sop dan juga ayam goreng, karena hanya itu saja yang ada didalam kulkas yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Sofian.Setelah makanan matang, Laras segera menyajikannya dimeja makan.Hatinya ragu untuk mengajak suaminya makan malam, tapi ia merasa tidak enak kalau harus makan sendiri tanpa mengajak sang suami.Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Sofian, dan mengajaknya makan bersama.Laras berjalan kekamar suaminya, dengan hati yang sedikit was-was, tangannya mengetuk pintu kamar yang dihuni oleh suaminya tersebut."Tok... Tok... Tok...""Tok... Tok... Tok... "Laras mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu kamar itu akan dibuka dari dalam.Laras memanggil sang suami dengan suara pelan, namun bisa terdengar sampai kedalam kama
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen