Aku memiliki strategi untuk mendekati Agni. Mungkin untuk kali ini aku gagal. Namun, pelan-pelan aku akan membuat dia sangat membutuhkanku nantinya. Bagaimana tidak. Aku tadi sempat merasakan miliknya yang hangat. Bagaimana milikku bertemu dengan miliknya. Sensasi empuknya itu terasa. Belum nanti kalau sampai membelah ladang kewanitaannya itu.Namun, sekali lagi aku tidak boleh gegabah. Aku akan melakukan strategi ini pelan-pelan. Semakin lama prosesnya maka akan semakin lama dia akan bertekuk lutut denganku.Pagi itu aku masih gelisah, tidak bisa tidur. Kelimpungan karena keperkasaanku yang masih mencuat. Diam-diam, aku kembali berjalan keluar. Mencari sesuatu untuk melampiaskan nafsuku. Dan yang menjadi tujuanku saat itu adalah pakaian dalam Agni yang kutemukan di tempat pakaian kotor. Dengan penuh nafsu aku membauinya. Baunya segar sekali. Aroma keringatnya berpadu dengan parfum vanilla. Belum lagi celana dalamnya yang langsung menempel dengan kewanitaannya. Baunya segar sekali. P
Sore itu, aku baru saja menemani Agni belanja bahan makanan di supermarket dan kini kulihat Agni sudah sudah tidak canggung seperti tadi pagi denganku bahkan disepanjang perjalanan kami terus mengobrol tanpa ada yang menyinggung kejadian semalam.Agni adalah tipe orang yang supel sehingga membuatku tidak merasa canggung lagi walaupun sebenarnya aku masih terangsang apabila mengingat kejadian semalam.Saat ini, aku sedang mandi sore. Lagi-lagi aku melakukan masturbasi dan menyemprotkan cairanku kedalam pakaian dalam Agni yang berada di ember pakaian kotor. Aku sengaja melakukan hal ini karena aku tahu setelah ini Agni juga akan mandi dan aku ingin dirinya mengetahui kalau aku bernafsu dengan dirinya.Setelah mandi aku keluar dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangku.Sekali lagi aku melihat pandangan penuh nafsu dari Agni. Iya, wanita setengah baya itu selalu menunjukan wajahnya yang sayu saat meliahatku bertelanjang dada.Setelah itu, aku menuju
“Sudah, Mas. Cukup. Kita enggak boleh kaya gini.”“Sebentar saja Agni. Aku cuma ingin meluk kamu sebentar saja.” Aku bersikeras.Aku memeluk mertuaku dan tanpa meminta ijin terlebih dahulu, aku langsung memberikan sebuah cupangan di leher jenjangnya.“Mas, sudah cukup katanya cuma meluk saja.” Agni protes.“Iya, Maaf.”Agni melepaskan pelukanku dengan paksa. Berbalik dan menatapku tajam.“Sudah, Mas. Cukup. Jangan lakukan ini lagi. Anggap saja malam ini kita khilaf.”“Khilafnya tanggung, Agni.” Aku mencoba mempermainkan kata-katanya.Aku kembali berusaha memeluk Agni, tapi, langsung ditepis olehnya.“Kamu ini kenapa sih, Mas! Gak seharusnya kamu kaya gini ke aku.” Agni berusaha menolak dengan tegas.“Maaf, Agni. Sejujurnya, aku sudah lama tertarik sama kamu. Aku menikahi Devi dengan terpaksa. Padahal yang aku mau adalah kamu Agni.”“Astaga, sadar Mas. Kamu ini menantuku. kamu ini suaminya Devi. Enggak boleh kamu bicara seperti itu.”“Saya sadar dengan semua ini, tapi semenjak kej
“Udah, Mas. Aku lelah mau istirahat.”Agni pun langsung berlalu meninggalkanku dan berjalan menuju kamarnya dengan kondisi telanjang bulat.Entah kenapa rasanya aku ingin menyusul Agni ke dalam kamarnya sehingga aku pun melepaskan segala pakaianku dan kini aku sudah telanjang kemudian menyusul masuk kedalam kamar Agni.Kulihat Agni masih telanjang bulat di dalam kamarnya dan ia terlihat terkejut ketika melihatku masuk ke dalam kamarnya.“Mau apa lagi Mas ? Sudah Mas. Agni mau istirahat.”“Malam ini saya ingin tidur denganmu, Agni.”Setelah itu aku naik ke atas ranjangnya dan akhirnya aku benar-benar tiduran disamping Agni yang dimana kami masih dalam keadaan sama-sama telanjang.Posisi tidur Agni memunggungiku sementara aku memberanikan diri memeluk perutnya dari belakang dan ternyata tak ada respon penolakan dari Agni.“Sekali lagi terimakasih ya, aku bahagia sekali malam ini.” Aku berbisik tepat di telinganya.“Mas, Mau bagaimana pun ini salah. Jadi Agni mohon supaya Devi jangan sa
Paginya, aku terbangun dan Terlihat Agni mertuaku sudah tak ada di sampingku. Sementara itu tubuhku masih telanjang bulat sehingga membuatku teringat dengan kejadian semalam yang di mana aku dengan bebas menggoda dan menakali Agni mertuaku sendiri. Bahkan, aku sampai dapat menelanjanginya dan menjilati memeknya yang menggoda itu namun sayangnya Agni hanya mengijinkanku menjamah dirinya hanya untuk kemarin malam saja tetapi aku tak akan menyerah sampai diriku dapat bebas menikmati tubuh Agni mertuaku ini.Aku lalu langsung keluar kamar Agni untuk segera mandi karena hari ini aku hendak bersiap untuk berangkat kerja dan kubawa kutenteng handuk menuju kamar mandi.Setelah mandi aku langsung berpakaian rapih untuk bersiap pergi ke hotel. Tiba-tiba kudengar suara pagar rumahku terbuka ternyata Agni datang dari luar rumah sambil menenteng sesuatu.Terlihat Agni mengenakan pakaian tertutup yang menghiasi tubuhnya karena Agni mertuaku ini kalau keluar rumah memang selalu memakai pakaian yang
Agni pun mulai bercerita kalau rupanya ia sedang ada masalah. Ternyata, Agni dan mantan suaminya memiliki sebuah usaha konveksi di kampung yang sudah berdiri sebelum merekaa bercerai. Karena mantan suaminya itu alias Mulyawan yang hanya menginginkan uangnya saja. Mengambil modalnya. Maka sudah tidak ada lagi modal untuk membayar bahan-bahan produksi namun saat ini Agni memiliki sedikit masalah karena ia besok harus membayar bahan-bahan produksi.“Agni bingung, Mas. Enggak tau harus gimana lagi kalo lihat ulahnya mantan suamiku dan juga ini bukan sekali ini doang loh Mas rasanya Agni udah enggak kuat. Makanya berpisah dengan dia adalah jalan yang terbaik.” Agni berujar dengan mata berkaca-kaca.Aku pun merasa iba dengan Agni dan kugenggam telapak tangan nya sementara itu kulihat beberapa air mata Agni menetes membasahi wajahnya. Aku sebagai pria pun tak kuat melihat Agni seperti ini sehingga aku langsung mengelap wajah Agni dengan tanganku dan Agni pun tak menolak apa yang kulakukan.“
Agni terdiam sesaat mendengar perkataanku. Namun tak berselang lama, dia pun sedikit berdiri. Berpindah. Duduk di pangkuanku. Posisi juniorku sudah sangat keras di balik celana ini. Benar-benar telah diduduki oleh Agni. Aku yakin Agni pasti bisa merasakan kerasnya juniorku dengan jelas bahkan kurasakan juniorku tepat berada di bawah selangkangan Agni.Aku lalu memijat bagian belakang tubuh Agni seperti bagian punggung dan bahunya.“Gimana? Enak enggak?”“Enak, Mas.”“Kamu kayaknya Masuk angin ini gara-gara semalam tidur telanjang.”“Itu gara-gara kamu menantu yang nakal.”“Emangnya menantumu kenapa?”“Godain Agni terus bahkan sampai nelanjangin Agni segala.”“Maafin menantumu yang nakal ya.”“Iya, Mas, tapi menantu Agni orangnya baik banget. Perhatian sama Agni”Setelah itu pandanganku fokus terhadap leher Agni yang putih mulus namun terdapat dua tanda kemerahan di sana.“Semalam Agni enggak digigitin nyamuk kan tidur telanjang?”“Enggak Mas di sini enggak ada nyamuk beda sama di ka
Agni pun meloloskan kaos yang kukenakan. Dia mulai agresif sekarang.“Badan kamu bagus ya, Mas, kekar banget. Gagah.” Dia memuji“Tubuh Kamu juga nafsuin banget.” Aku membalas.Setelah itu, giliranku yang meloloskan dasternya dan kini kedua payudaranya terpampang jelas di depan wajahku.“Payudaramu masih kencang. Seksi banget.”“Mas suka ?”“Suka banget.”Agni tersenyum mendengar kata-kataku.Aku lalu menarik dan memainkan kedua putingnya secara bersamaan sehingga membuatnya mendesah.“Ah, Mas. Erangnya.”“Nyusu boleh kan?”“Iya, Mas. Silakan.”Aku pun langsung menghisap puting payudara kiri. Sementara payudara kanan nya kuremas dengan tanganku.“Ah, enak, Mas. Terus.”Setelah itu, aku menghisap kuat kedua putingnya secara bergantian. Bahkan putingnya juga kugigit hingga membuatnya menjerit. Setelah itu tak lupa kucupang kedua payudaranya ini.“Lagi Mas.”“Lagi apanya?”“Merahin lagi, Mas. tandai yang banyak Mas.”Setelah itu aku pun benar-benar mencupangnya di banyak bagian tubuhnya