Home / Rumah Tangga / Madu Untuk Istriku / Kembali Memadu Kasih

Share

Kembali Memadu Kasih

Author: bundaRey
last update Last Updated: 2021-04-15 18:33:15

"Anak itu bakal aku rawat, tapi sepertinya aku tidak bisa menikahimu." Bagai disambar petir, Tari hanya bisa melongo. Dia tidak percaya apa yang baru saja Dani katakan.

"Kamu janji bakal nikahin aku, Mas." Tari terisak. Kini dia merasa hanya sebagai barang yang bisa dibuang kapan saja. 

"Jujur, Tar. Selama ini aku tak pernah berpikir sejauh itu." Dani hanya menunduk. Benar dia hanya main-main dengan Tari.

"Apa?" Suara Tari tercekat di tenggorokan. Rasanya ada sesuatu yang besar yang menghalangi suaranya.

"Mana janjimu yang bakal menikahiku, Mas?" Kali ini Tari berteriak. Suasana belakang pabrik sangat sepi. Hanya ada suara mereka, sehingga suara Tari terdengar begitu keras.

"Sst ...!" Buru-buru Dani mendekati Tari dan berusaha membungkam mulut Tari dengan tangannya.

"Jangan teriak, Tar. Malu kalau ada yang denger." Dani memelankan suaranya. Akan sangat memalukan jika ada yang tahu tentang ini.

"Lepas!" Tari berusaha melepaskan mulutnya dari bengkaman Dani.

"Tar. Kumohon berpikirlah yang jernih. Ini semua demi kebaikan anak yang di kandunganmu itu," bujuk Dani.

"Kebaikan? Apa pandangan orang jika tahu aku hamil nggak punya suami, Mas?" Marah? Hal yang lumrah bagi Tari untuk marah karena janji manis Dani hanyalah sebuah janji.

"Itu." Dani menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tak sampai berpikir ke situ. Waktu itu yang ada dipikirannya hanya seputar sel*ngkangan. 

"Aku bakal nemui istri kamu, Mas jika kamu nggak mau tanggung jawab!" Tak ingin melanjutkan pembicaraan, Tari segera berlalu dari hadapan Dani.

Brengs*k. Satu kata yang pas untuk Dani. Mengkhianati sebuah ikatan suci dan gampang mengumbar janji. Siapa yang jadi korban? Paling utama adalah Reni. Sedang Tari? Entah wanita itu harus disebut sebagai apa?

"Tar! Tari! Tunggu!" Sejenak pikiran Dani terseret dalam lamunannya, dan saat dia tersadar, Tari sudah cukup jauh dengannya.

Dani berlari menyusul Tari. Dia menarik tangan wanita itu, "Kamu mau ngapain?" Dani mulai kasar memperlakukan Tari. 

"Aku mau bilang sama istrimu dan juga orang tuamu, Mas." Tangis masih saja menemani perkataan Tari. Rasanya tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya selain menangis. 

Dalam benak Tari, lelaki yang dia percaya, ternyata hanya seorang pembohong yang pengecut. Tidak mau memperjuangkan cinta mereka. Cinta yang tepat di waktu yang salah. Karena bagi Tari, tidak ada cinta yang salah.

"Jangan gegabah, Tar." Tentu saja Dani takut orang tuanya tahu tentang kebejatannya. Meski Tari bukanlah seorang gadis perawan, tapi tetap saja perbuatannya tidak bisa dianggap terpuji.

"Biar, Mas. Biar aku bilang sama semuanya. Kalau kamu itu penipu brengs*k!" Rambut panjang Tari mengayun-ayun tertiup angin sore. Tubuhnya menggigil, entah karena hembusan angin dingin atau karena mentalnya sedang merasakan guncangan yang dahsyat.

Dani mulai kelabakan, 'Tidak bisa seperti ini. Aku harus meluluhkan hati Tari lagi. Atau aku akan menanggung malu.' Ternyata Dani lebih br*ngsek dari dugaan. Dia hanya lelaki yang mau menang sendiri.

"Sayang ...." Suaranya mulai melembut. Tak mungkin menghadapi Tari dengan kekerasan. Bisa-bisa semua keburukannya tersebar.

Dani mencoba meraih lengan Tari. Wanita itu hanya bergeming. Tak menolak ataupun menanggapi. Tubuhnya pasrah mendapat segala perlakuan Dani. Hanya isakan yang terdengar dari mulutnya.

"Maafin, Mas, ya. Mas bingung banget sekarang. Reni lagi hamil, nggak mungkin Mas ninggalin dia." Begitu manis ucapan Dani, hingga tak bisa dibedakan apakah kenyataan atau berpura-pura. 

Tari yang awalnya meledak-ledak, kembali luluh dalam dekapan Dani. Hatinya kembali menghangat mendengar ucapan Dani yang begitu lembut.

"Ya udah. Kita jalanin dulu aja. Mas nggak akan ninggalin kamu selagi kamu hamil. Mas juga akan terus berusah meyakinkan Reni agar mengijinkan Mas nikahi kamu." Tari membenamkan wajah sembabnya di dada Dani. Dani pun terus mengelus punggung Tari, untuk menenangkan wanita itu. 

Belum apa-apa, kepala Dani rasanya mau pecah. Beginilah jadinya, kalau punuk merindukan bulan. Tidak ada kemampuan untuk berpoligami, memaksakan diri untuk melakukannya. Hanya memikirkan hawa nafsu saja, tanpa berpikir jauh ke depannya.

"Sudah, ya. Jangan nangis. Mas nggak akan pergi." Dani menciptakan jarak antara mereka. Dia mengangkat dagu Tari, kini tatapan mereka bertemu.

Kemarahan yang tadi dirasakan Tari menguap bersama janji-janji Dani yang pernah diucapkannya. Entah Dani yang kelewat brengs*k, atau Tari yang mudah terbujuk rayuan Dani, yang pasti dua-duanya kembali menjalin hubungan haram mereka.

"Baik, Mas. Aku akan nunggu, tapi jangan sampai perutku semakin membesar. Aku malu." Nada bicara Tari kini kembali manis, tak seperti tadi.

Hatinya kembali tenang setelah mendapat pelukan dari suami orang itu. Benar-benar keduanya tak tahu malu.

"Ya sudah. Kita sekarang pulang dulu. Besok ketemu lagi." Dani mengelus rambut Tari, semakin membuat perasaan Tari melambung. Ah! Pria itu, sangat bisa mengambil hati wanita.

Tari menggeleng manja, tubuhnya selama ini selalu merindukan dekapan Dani, "Nggak mau. Kita kangen-kangenan dulu aja." Entah setan apa yang merasuki keduanya, kenapa pengaruhnya begitu kuat. Hingga sudah sampai hamil seperti itu, tapi Tari masih saja menggoda Dani.

Dani yang sudah bertekad berubah sebelumnya, kembali terseret akan sikap Tari. Sudah kepalang basah, toh Tari sudah hamil. Melakukannya lagi tak akan berpengaruh apa-apa.

Bejat sekali pikiran lelaki itu. Dia kembali lupa akan istrinya di rumah yang sedang mengandung anaknya.

"Kamu kangen, ya. Kalau gitu, kita kangen-kangenan aja yuks." Setan kembali tertawa melihat kemesraan keduanya. Tari mengangguk, keduanya kini telah berjalan menuju parkiran.

Mereka membawa motor masing-masing, janjian bertemu di salah satu tempat langganan mereka untuk bermesraan.

Hati Dani kembali tertutup kabut nafsu yang kembali ditiupkan Tari.

***

"Aw ...!" Reni meringis merasakan perih di ujung jarinya. Padahal dia tidak sedang melamun, tapi tajamnya pisau menggores kulitnya hingga berdarah. 

Segera dia mengguyur bagian yang terluka itu di bawah keran. Sakit, perih. Sama seperti perasaannya saat ini.

***

Dani menitipkan motornya di penitipan motor. Kini dia membonceng Tari menggunakan motor wanita itu. Dengan tanpa malu, Tari melingkarkan tangannya di perut Dani. Sangat dekat dan mesra, hingga bagian depannya yang empuk, menempel sempurna di punggung Dani.

Sebagai lelaki normal yang juga br*ngsek tentu saja hal itu memacu perubahan ukuran di bagian depan bawahnya. Ditambah, dia memang belum melakukannya dengan Reni setelah tahu Reni hamil dan sangat lemah.

Kini, keduanya telah berada di dalam kamar hotel. Dani tampak sumringah, begitu pula Tari. Tanpa basa-basi lagi kini keduanya telah menyatukan bibir mereka. Saling melepaskan pakaian masing-masing, seolah ini kesempatan terakhir mereka untuk berc*nta. 

Tanpa menunggu lama akhirnya mereka membuat penyatuan panas yang penuh dosa untuk kesekian kali. Peluh membanjiri keduanya. 

"Argh ...!" Dani lagi-lagi memuntahkan cairan hangatnya di rahim Tari. Keduanya saling berpelukan. Betapa bahagianya Tari, Dani akhirnya kembali lagi padanya.

Lupa akan Tuhan, akan keluarga. Yang ada hanya nafsu di antara mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Madu Untuk Istriku   Kelegaan 2

    Reni memasak makanan yang menjadi ciri khas di rumah makannya, rica-rica kelinci. Selama ini memang ibunya yang memasak di sana, sementara Reni kembali ke rumah Dani. Namun, saat Reni kembali, dia memutuskan untuk memasak sendiri, kasihan Yanti katanya. Kondisi Yanti semakin lemah, jadi dia tidak boleh capek-capek.Hidangan sudah siap, dia bersiap menyajikan untuk Bram dan Yudha. Berkali-kali dia menarik napas karena kali ini dia berniat untuk membicarakan hal ini dengan keduanya. Dia harus tegas agar keduanya tak terluka."Makanan sudah siap, silakan dimakan." Reni tersenyum ke arah dua pria yang masih saling menatap dengan tatapan yang tak suka. Sungguh Reni sangat merasa bersalah kepada keduanya. Apa dia yang jahat karena seolah memanfaatkan mereka berdua?Reni meletakkan masing-masing satu porsi di hadapan Bram dan juga Yudha. Setelah itu, dia menarik kursi di antara keduanya."Makan dulu! Ada yang pengen aku omongin." Reni berusaha sesantai mungkin,

  • Madu Untuk Istriku   Kelegaan 1

    Bram tak banyak berharap pada Reni. Dia tahu jika rasa sakit Reni memang bisa membuatnya trauma. Mungkin dia yang terlalu terburu-buru hingga membuat Reni merasa takut."Aku antar ke mana ini, Ren?""Ke warung aja, Bram. Masih ada urusan di sana."Lebih baik tak memberi harapan untuk keduanya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Reni saat ini. Dia harus sangat berhati-hati kini. Karena hidup tak melulu soal cinta. Hubungan pun bukan hanya suami istri. Ada hubungan yang lebih luas dari pada itu."Oke!" Bram pun menerima penolakan Reni kali ini. Tak mudah bagi seorang wanita yang telah diselingkuhi, membuka hatinya untuk lelaki lain. Dan itu terjadi pada Reni. Lama belum hamil, disalahkan oleh orang-orang sekitar.Saat hamil, malah dia diselingkuhi oleh suaminya. Di samping itu, dalam kehamilannya, suaminya itu malah semakin melukai hatinya. Berjuang sendiri hingga hamil besar, tanpa kasih sayang dan juga dukungan suami. Bahkan saat det

  • Madu Untuk Istriku   Perpisahan 2

    "Kamu kalau lagi ngambek cantik, deh.""Gombalanmu udah nggak mempan ke aku.""Aku nggak nggombal, sumpah! Mau nggak jadi istri aku?"Reni tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Bram barusan. Wanita itu melongo, nggak nyangka jika lelaki yang berprofesi sebagai pengacara itu memiliki rasa untuknya. Persoalan dengan Yudha saja sudah membuatnya merasa sangat pusing, kini ditambah dengan Bram.Apa ini artinya, Bram sedang melamarnya dengan tidak romantis? Di dalam mobil, tanpa cincin, tanpa candle light dinner yang romantis. Tapi, bukan itu sebenarnya ini permasalahannya. Reni belum sembuh benar hatinya saat ini. Masih ada trauma yang menghinggapi hatinya."Kenapa kamu, Ren?" Melihat Reni yang malah bengong, membuat Bram penasaran. Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh wanita di sebelahnya."Uhm ... Bram." Reni berusaha mencari kata yang tepat untuk menjelaskan bahwa dia belum bisa menerima Bram. Tapi, dia juga bingung karena Bram telah mem

  • Madu Untuk Istriku   Perpisahan 1

    Setelah proses yang panjang, akhirnya Reni dan Dani resmi bercerai. Meski awalnya Dani masih keukeuh ingin mempertahankan pernikahan ini, namun Reni mengantungi banyak bukti.Dengan bantuan dari Bram, akhirnya Reni dapat lolos juga dari jeratan Dani. Hubungan toxic yang hanya menyakiti dirinya sendiri. Hubungan yang sehat tak akan menyakiti."Puas sekarang kamu, Ren. Misahin anak sama ayahnya?" Dani menghampiri Reni di depan pengadilan agama. Reni saat ini tengah bersama dengan Bram. Dani melirik ke arah pengacara itu dengan muka kesal. Dia tak mungkin menyewa pengacara, duit aja nggak punya. Terlebih dia juga tengah memikirkan tuntutan dari keluarga Tari tentang uang yang digunakan untuk operasi. Kerjaan aja nggak pasti, bagaimana dia bisa dapat uang?Reni memutar bola mata malas, menghadapi Dani harus berkali-kali menghela napas panjang. Sepertinya lelaki macam itu akan sulit untuk melihat keburukannya sendiri."Maaf, Mas. Tidak ada kepentingan lagi antar

  • Madu Untuk Istriku   Memulai Lagi 2?

    Reni tersenyum getir menanggapi permintaan Dani. Dia tidak mungkin mengubah keputusannya. Hatinya telah tertutup bagi Dani dan sama sekali dia tidak berpikir untuk membukanya lagi."Memulai lagi, Mas? Jangan buat aku ketawa. Setelah semua yang telah kamu perbuat padaku, kamu ingin kita memulai lagi? Jangan bikin aku ketawa, Mas." Yang ada di hati Reni kini hanya rasa benci dan juga kecewa, mana bisa dia harus memulai semuanya lagi dengan Dani? Itu hal yang sangat menakutkan baginya. Atau lebih seperti sebuah trauma yang amat sangat mencekam.Reni melewati kehamilannya seorang diri. Dani hanya sesekali saja berada di sampingnya. Dan itupun tak menampilkan tanda-tanda jika Dani menyayangi anak yang ada dalam kandungan Reni. Tak pernah sekali pun Dani mengelus perut Reni, mencoba berinteraksi dengan bayi yang dikandung Reni. Dan kini Dani dengan tidak tahu malunya meminta Reni untuk memulai semuanya dari awal?"Ren! Apa kamu nggak mikirin anak kita? Dia masih butuh sosok

  • Madu Untuk Istriku   Memulai Lagi?

    Setelah kepulangan Reni ke rumah orang tuanya, Dani terus saja menghubungi Reni. Dia selalu berbicara ingin memulai lagi semuanya dengan Reni. Tapi, Reni masih keukeuh dnegan keputusannya. Dia sudah enggan bertemu dengan Dani."Ren! Dani datang dengan kedua orang tuanya ingin bicara sama kamu." Yanti masuk ke kamar Reni yang sedang menyusui bayinya. Reni membuang napas panjang kala mendengar nama Dani."Nanti, Buk. Aku masih netekin si Rey." Sebenarnya sudah sangat malas Reni berhadapan dengan keluarga itu. Tetapi, dia masih menghormati kedua orang tua Dani, meski mereka tidak pernah berlaku baik padanya.Yanti hanya menuruti anaknya. Dia tidak enak hati jika mengusir besannya. Walau bagaimanapun, mereka masih orang yang memiliki unggah ungguh."Sebentar, Reni sedang menyusui Rey." Yanti ikut duduk di ruang tamu, menemani tamunya. Dia sendiri sebenarnya geram dengan perilaku Dani dan juga orang tuanya. Jika orang tua yang benar, anaknya selingkuh, mereka akan men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status