Semua Bab Madu Untuk Istriku: Bab 1 - Bab 10
90 Bab
Ponsel Suamiku
[ Selamat pagi, Mas.] Sebuah pop up muncul di layar Dani. Iseng-iseng Reni membuka gawai milik suaminya itu.'Deg!' Entah kenapa dia merasakan sesuatu yang berbeda. Dengan tangan gemetar Reni berusaha membukanya.Muncul beberapa pesan lagi setelahnya yang bisa membuat Reni benar-benar sesak nafas.'Apa sebenarnya yang menjadi bahan omongan?' Hatinya terus menduga-duga, dia berusaha berpikir positif, tapi kata-kata di pesan itu terus mendorongnya berpikir negatif.[ Aku ingin Mas menjadi ayah dari Fandi. Kita akan bersama-sama membesarkan anak-anak kita.] Begitulah isi pesan itu. Diliriknya Dani yang masih terlelap dalam tidurnya.Matahari sudah mulai terbit tapi suaminya itu bukan tipe orang yang biasa bangun pagi. Bahkan untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim saja, Reni jarang melihatnya.'Apa setega itu Mas Dani sama aku?'. Sudut matanya mulai memanas. D
Baca selengkapnya
Sebuah Kesempatan
"Yank, kamu jadi balik kampung?" Dani memeluk Reni dari belakang, meniup-niup leher istrinya itu, hingga Reni merasa geli. Meski banyak pertanyaan yang ingin dia lontarakan, namun Reni memilih untuk menahannya terlebih dahulu. Dia harus benar-benar membuktikan semuanya."Iya, Yank. Aku udah kangen ama mereka- bapak dan ibu Reni-. Aku mau di sana seminggu, ya?" Reni berbalik menatap suaminya, dia tampilkan senyum semanis madunya, meski nyatanya hatinya ingin menjerit."Baiklah ...." Jawaban dari Dani tak seperti yang dibayangkannya. Biasanya dia akan protes dan dalam dua hari pasti sudah menjemputnya. Tapi, kini dengan mudahnya berkata baiklah. Reni benar-benar kecewa dengan jawaban Dani."Boleh?" Sekali lagi ingin memastikan jawaban yang keluar dari bibir Dani, kini matanya menatap lurus ke arah mata suaminya."
Baca selengkapnya
Dilupakan
Reni merasa sangat gelisah. Handphone Dani sedari tadi tidak diangkat. Pas ditelepon nyambung, tapi tidak diangkat-angkat juga. "Kemana kamu, Yank?" Reni mondar-mandir di dalam kamarnya. Perasaannya sungguh tak enak. Semenjak berpisah siang tadi, tak sekalipun suaminya itu menghubunginya. Bahkan untuk sekedar mengabari kalau dia sudah sampai di rumah. Sebagai istri, tentu saja Reni sangat khawatir. Meski beberapa hari ini pikirannya dipenuhi sebuah kecurigaan. Namun, sebagai seseorang yang telah bersama selama tujuh tahun, tentu saja bukan perkara kecil ketika tidak mendapat kabar sama sekali dari pasangannya. "Apa kamu sudah sampai di rumah, Yank?" Tidak biasanya suaminya seperti ini. Beberapa hari ini dia memang menemukan hal-hal yang tidak biasa pada suaminya, yang membuatnya lebih curiga.&n
Baca selengkapnya
Aku Hamil
Sudah seminggu Reni berada di rumah orang tuanya, dan Dani sama sekali tidak merajuk untuk menjemputnya, seperti yang selama ini dilakukannya.Pria itu hanya sesekali menghubungi Reni, itupun hanya sekedar lewat pesan, tak sampai video call.Reni tak terlalu kaget dengan hal ini. Dia sudah bertekad memantapkan hatinya untuk tidak lagi menangis karena Dani. Seminggu ini, tidak Reni habiskan hanya untuk berdiam diri. Dengan sisa uang simpanannya, dia berusaha membangun usaha yang bisa diurus oleh adiknya. Kebetulan Zaki, adik satu-satunya Reni, adalah anak yang terbilang cukup rajin. Meski dia masih duduk di kelas sebelas, tapi bibit-bibit berbisnis sudah mulai kelihatan."Dek ...," panggilnya pada Zaki yang tengah menyapu halaman belakang.Zaki dengan patuh menghampiri kakaknya yang kini berdiri di belaka
Baca selengkapnya
Lautan Dosa
"Siapa, Mas yang ngirim pesan?" tanya Tari penasaran. Dani dan Tari sedang makan di salah satu warung bakso di sekitar tempat kerja mereka.Hari ini hari Sabtu dan seharusnya mereka libur kerja. Tapi sejak mengantar Reni kemarin, Dani pamit dengan orang tuanya untuk berangkat dari tempat istrinya itu. Tentu saja mereka tidak curiga sama sekali saat Dani tidak pulang ke rumah. Padahal malam-malamnya dia habiskan bersama Tari, yang hanya pasangan zinanya."Biasa ... siapa lagi," jawab Dani singkat."Istrimu yang galak itu?" Ada nada mengejek dalam pertanyaannya."Hmmm ....""Tapi, aku nggak habis fikir, deh, Mas. Bisa-bisanya dia itu tidak melayani suami dengan baik. Kalau aku, ya. Pasti suami aku bakal aku layanin dengan baik. Seperti malam tadi." Beberapa hari ini
Baca selengkapnya
Kenapa di Kunci
Pagi-pagi sekali Dani sudah sampai di rumah mertuanya. Secangkir kopi kini sudah ada di hadapannya. "Dari rumah jam berapa, Dan?" tanya Bambang, ayah Reni. Pria berusia 55 tahun itu duduk di kursi ruang tamu untuk menemani menantunya. Karena ayahnya menderita asam lambung, Reni hanya menyuguhkan segelas teh hangat untuk ayahnya itu."Sekitar jam 6 tadi, Yah." Bambang hanya manggut-manggut mendengar jawaban Dani.Setelah basa-basi dengan mertuanya itu, Dani pun segera pamit untuk pulang ke rumah. Orang tua Reni masih menyambut hangat menantu kesayangannya itu. Reni sendiri belum bisa bercerita pada keluarganya.Dengan motor matic keluaran 2016, Dani membonceng Reni meninggalkan halaman rumah orang tuanya.Meski Reni sudah
Baca selengkapnya
Bertemu Tasya
[ Alhamduillah baik, Ren. Ada apa?]Sebuah pesan masuk . Reni segera melihat ke arah pesan itu. Dengan buru-buru dibalasnya dan mengirimkannya.[ Aku pengen ketemu, kangen nich. Aku main tempat kos kamu, ya.] Reni pikir lebih sopan jika meminta tolong dengan bertatap muka.Reni dan Tasya memang dulu sangat akrab ketika keduanya sama-sama bekerja di pabrik yang sama. Jadi, sudah tak segan lagi bagi Reni untuk bertemu.[ Boleh-boleh aja. Kapan kamu mau main?] [ Besok gimana?] Reni benar-benar tidak sabar ingin tahu tentang Tari. Sebenarnya dia ingin hari ini juga, tapi mengingat hari sudah sore, diurungkannya niat awalnya.[ Oke, deh. Besok aku pulang jam 4.][ Oke]Ren
Baca selengkapnya
Tari dan Dani
"Eh itu si Dani, Ren !" Tasya menyenggol lengan Reni. Wanita itu segera mengikuti arah pandang sahabatnya itu.Tentu saja Reni sangat hafal dengan sosok dan perawakan Dani, dan dia yakin bahwa itu adalah dia.Dani berjalan melewati gerbang sendirian. Reni tidak menemukan tanda-tanda suaminya itu tengah berbicara dengan wanita lain."Itu ... yang namanya Tari." Tasya menunjuk ke arah seorang wanita yang berjalan di belakang Dani. Cukup lama Reni mengamatinya, wanita berambut panjang dengan tubuh sedikit berisi. Terlihat begitu segar, tak seperti dirinya yang terlihat seperti bunga yang layu.Reni membuang nafas, 'Apa Mas Dani udah bosen ama yang kerempeng kayak aku?' Hatinya terus menduga-duga kenapa suaminya itu bisa sam
Baca selengkapnya
Kemarahan Dani
Dani memasuki kamarnya, hatinya dipenuhi amarah ketika mendengar aduan dari ibunya tadi. Ditambah nafsu yang tidak tersalurkan saat bersama Tari tadi membuat amarahnya semakin memuncak.Dilihatnya Reni yang sudah tidur berbaring memunggunginya."Yank ... yank ...!" panggil Dani kasar. Reni bergeming, dia pura-pura tertidur. Dia tahu apa yang akan dikatakan suaminya itu.Kini Dani mendekatkan tubuhnya pada Reni, dan mengguncang-guncang bahu istrinya agar terbangun."Yank ....""Eugh ...." Reni menggeliat, dia membalik tubuhnya dan menatap wajah suaminya yang penuh dengan amarah.Reni terduduk dan berusaha bersikap biasa, "Kenapa, Mas?" Wanita itu mengernyitkan dahinya, seolah penasaran dengan apa yang akan dikatakan suaminya. Padahal dia sudah menduganya.
Baca selengkapnya
Dani Menjauh
Perasaan Dani begitu bahagia pagi ini. Mengetahui bahwa Reni hamil adalah hal paling membahagiakan untuknya. Setelah 7 tahun menanti, akhirnya hari ini datang juga. Hari di mana ada kehidupan di rahim Reni. Sikapnya juga sudah kembali manis pada istrinya itu, seakan kemarahan semalam tidak pernah ada. Reni cukup melambung dengan kehangatan Dani. 'Tapi, bagaimana dengan Tari? Apakah harus kulanjutkan hubungan ini atau tidak?' Dani merasa dilema dengan kehidupannya. Jika dia tahu Reni sedang hamil, tak mungkin dia meniduri Tari.  "Argh ...! Entahlah. Jalanin saja."Dani men-starter motornya dan melajukan ke jalanan. Pikirannya semrawut antara Reni dan Tari. Tak mungkin dia meninggalkan Reni yang sedang mengandung anaknya.  "Mungkin aku harus mengakhiri semuanya dengan Tari. Aku tak mau Reni
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status