LOGIN05. Mahluk Lain
Ada Ruang Tak Kasat Mata Di Kontrakan. Penulis:Lusia Sudarti Part 05 *** Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya. Akhirnya ia pun mengalah, lalu mengusap rambutku, namun aku tak peduli. Sedang wanita cantik yang duduk di depanku hanya tersenyum simpul. Suamiku Mas Ardian hanya diam tanpa bereaksi apapun. Sekitar beberapa menit kemudian elf memasuki daerah Cirebon, setelah melewati Plered, lalu sampailah kami di daerah Kedawung. "Kiri Pak," kata suamiku saat sudah sampai di gang menuju kontrakan. Lalu sopir pun menghentikan elf di depan gang. Setelah membayar sejumlah ongkos, suami menggamit jemariku, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor. Jalan gang begitu lengang, ada bangunan Tajuk tua( sejenis Mushola) rumah-rumah kontrakan yang berjejer di kanan dan kiri gang. Kami memasuki rumah kontrakan sebelah kanan yang berhalaman cukup luas, tapi rapat dengan kontrakan. Warga atau tetangga kontrakan ramah-ramah, mereka menyapa kami. "Penghuni kontrakan baru ya Teh?" Sapa tetangga sebelah depan. Saat bertemu di depan kontrakan, yang ternyata orang Padang. "Iya Mbak," jawabku dan aku jabat tangan Uni Aisyah namanya saat memperkenalkan diri. "Saya Vina!" sahutku. Setelah berbasa-basi kami pun pamit untuk masuk kedalam kontrakan. "Assalamu'alaikum." Suamiku mengucap salam untuk memasuki hunian kontrakan. "Waalaikumsalam," jawabku. Setelah memasuki rumah, aura negatif begitu terasa. Namun aku abaikan semua, aku membaca doa-doa untuk perisai diri agar terhindar dari hal yang tak diinginkan. Karena semua peralatan memasak belum ada maka kami keluar untuk beli nasi bungkus, serta membeli peralatan memasak, kompor, piring sendok, panci dan yang lain-lain. Setelah mandi dan sholat dhuhur, kami berkunjung ke tetangga kontrakan sekitar. Mereka bercerita tentang daerah ini. Dari tetangga aku tau, bahwa di belakang kontrakan yang kami tempati terdapat pemakaman kuno. Dari sini aku bisa menyimpulkan bahwa memang banyak penghuni dari dunia lain yang tinggal di dalam kontrakan dan sekitar sini. "Jangan terkejut ya Mbak, seandainya Mbak merasakan hal-hal ghaib dan aneh," ujar Teh Euis dan yang lain pun ikut memberi nasihat. "Insyaallah Uni, Teh, saya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu," jawabku pelan. "Mudah-mudahan tidak sampai mengganggu ya Mbak," imbuh teh Euis. "Iya mudah-mudahan," sahutku lagi, sementara aku melihat sekeliling dengan mata bathinku. "Ayo Mbak, Mas diminum dan dicicipi makanannya," kata Uni, ia pun mendekatkan hidangan ke depan kami. "Iya makasih Uni," jawab kami berdua. "Mbak dari mana?" tanya Teh Euis. "Saya dari Sumatera Teh." "Oww jauuh nya!" Bagai di komando mereka serentak menjawabnya. Aku tersenyum mendengarnya. Disaat kami sedang berbincang, seorang lelaki memasuki teras lalu mengucapkan salam. "Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam," kami menjawab. "Eeh ada tamu? Dari mana Mas?" tanya lelaki yang baru datang. Dan yang ternyata suami Uni baru pulang dari Pasar. Mereka punya usaha membuka warung nasi Padang. Suami dan aku memperkenalkan diri, begitupun sebaliknya. "Uda sudah lama merantau disini?" tanya suamiku, saat Uda bergabung bersama kami. "Oh iya Mas, sudah empat tahun, dan rencananya tahun depan kami akan pulang ke Padang," jelasnya panjang lebar. "Oohh ..." jawab Mas Ardian. "Kenapa emang Uni mau pulang kampung, nggak betah ya di sini?" tanyaku penasaran. "Betah kok Mbak, cuma kasihan Ambu nggak ada yang urus," ujarnya dengan wajah sendu. "Oh begitu." Aku mengangguk sembari berfikir. 'Betul juga apa yang dikatakan oleh Uni," gumamku. "Iya Mbak, sekarang beliau sudah tua," sambungnya. Aku pun mengangguk tanda mengerti. "Ya udah Uni, sudah hampir mahgrib, kami pamit dulu!" pamitku, saat melihat kearah jam dinding yang bertengger di tembok rumah Uni. "Oh iya silahkan Mbak, Mas sering-sering main ke sini ya?" sahutnya sambil tersenyum. "Iya Uni makasih. Uni juga main ya?" balasku, sembari mengulas senyum. "Iya Mbak." 🥀🥀🥀🥀 Hari ini, hari pertama kami di kontrakan. Banyak sudah pengalaman yang baru aku dapat. 'Aku harus bisa menyesuaikan diri disini," lirih bathinku ber-ucap. "Yank, besok pagi Mas mau ke garasi dulu, beres-beres mobil supaya kalo ayank ikut mobil sudah bersih dan wangi." Katanya saat kami sedang menyantap makan malam setelah selesai Sholat. Aku hanya diam dan berfikir. 'Tempat baru, masa iya aku di tinggal sendiri?" gumamku. Setelah beberapa detik tiada jawaban dariku, Mas Ardian berucap sembari menikmati makannya. "Ya udah besok ikut, tapi ..." Mas Ardian menjeda ucapannya yang sengaja di gantung untuk membuatku penasaran. "Tapi apaa?" jawabku sedikit ketus. "Waduuh, galak amat sih yank!" sahutnya sambil tersenyum dan mencubit pipiku. "Tapiii ... jangan ngambek lagi, terus Mas nggak dapat jatah dong!" bisiknya di telingaku, yang membuat bulu romaku berdiri dan kedua pipiku memerah. "Iihhh nggak lucu kali!" gerutuku sambil mendorong tubuhnya kebelakang, lalu jatuh di kasur. Tetapi tanganku pun di tariknya. Dan tak ayal lagi, tubuhku jatuh tepat di atas tubuhnya, wajah pun saling bersentuhan. Saling pandang, dan nafas terasa hangat menerpa wajahku. Dengan lembut di belai rambutku, di kecup keningku. Lalu ... Bibir pun tak luput dari sentuhannya. Malam yang penuh kebahagiaan dan kehangatan, bertukar peluh dan saliva. Saling sahut, saling memburu dan saling memuaskan, saling memeluk lalu terlelap dalam kepuasan syurganya rumah tangga. Setelah masak untuk makan malam, aku merebahkan diri sejenak. Tiba-tiba sekelebat bayangan anak kecil keluar kamar, menuju ke kamar kecil. Betapa terkejutnya aku dan segera aku mengikutinya pelan-pelan agar tak ketahuan. Dari dapur yang langsung ke toilet ada sebuah tangga bawah tanah yang begitu panjang ke bawah. Akupun mengikuti dan turun ke bawah. Anak kecil itu menoleh ke arahku. Aku pun terlonjak karena terkejut, dari wujud anak kecil perlahan menjadi besar dan tinggi, matanya merah menyala menatapku dengan tajam. Aku terpaku, tak bisa bergerak atau pun bersuara. Lalu aku membaca Ayat-ayat suci dalam hati, perlahan namun pasti sosok itu berubah menjadi asap dan hilang tak berbekas. Aku terbangun mendengar suara adzan dari Tajuk terdekat. Bingung, menatap langit-langit kamar, aku memandang sekeliling ruangan serta mengingat dimana aku berada saat ini! 'Ohh ternyata hanya mimpi, tapi seolah nyata. Aku melihat disampingku, ternyata suami masih tertidur pulas." "Yank, bangun sudah shubuh. Yuk mandi lalu Sholat!" kuusap wajahnya yang tampan. "Eemmhh." Mas Ardian menggeliat lalu membuka mata perlahan. "Memang sudah Adzan yank?" tanyanya kemudian. "Iya udah, ayo bangun!" Aku menariknya agar bangun dari kasur. Bukannya bangun, malah menarikku dalam dekapannya. "Yank ... lagi yuk! Belum kenyang semalam!" bisiknya ditelingaku yang membuat pipiku memerah kembali. Dan aku rasakan juniornya di bawah sana berdiri menantang. Begitu lembut, begitu mesra, yang membuatku hampir gila di buatnya. Kami berdua di buai asmara, saling berpacu untuk mencapai k3n1kmatan dalam penyatuan. Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya pertarungan pun selesai dan aku bangkit karena Mas Ardian memposisikanku jadi pemimpin permainan. ** Hari ini aku menyertainya ke pelabuhan setelah beliau menyiapkan mobil, semua di cek terlebih dahulu. Sampai di pelabuhan, kami menimbang kosong dan mengambil surat jalan. Dan parkir menunggu giliran untuk muat. Di area parkiran, ada laki-laki yang menatap tanpa berkedip, mengawasi kami di dalam mobil. "Haii broo, kapan pulang? Dan itu siapa? Cantik sekali!" sapa lelaki tersebut setelah kami tiba di parkiran. "Kemarin kami sampai, dan itu istriku," jawab suamiku menggunakan bahasa Sunda. "Ohh kirain cewek mana? Cantik sekali!" sambungnya, sembari tersenyum santun kepadaku. "Jang, sudah dapat berapa trip bulan ini?" tanya suamiku "Belum dapat trip A bulan ini!" jawab Ujang. Bersambung17. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku) Beristirahat Di Warung. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Yank ... yank!" Aku membuka mata perlahan dan memindai pandanganku ... ternyata ...! ========= "Mimpi apa yank? Kok sampai senyum-senyum begitu?" tanya Mas Ardian kepadaku. Aku menatapnya tak percaya. "Benarkah, yank?" "Iya, betul yank! Mas sampai bingung melihatnya," Aku menatap keluar mobil, hari mulai senja. Lampu-lampu penerangan di pinggir jalan telah menyala. "Sudah hampir magrib ya yank?" tanyaku sambil menatap sunset yang menghiasi langit di ufuk barat dengan indahnya. "Iya, Sayang! Makanya, Mas bangunin ... karena akan memasuki magrib," jawabnya sambil tetap fokus di jalan. Aku hanya mengangguk dan memperhatikan jalan raya yang padat merayap. "Nanti sebelum alas Roban kita istirahat dulu di warung yank," ujarnya. Aku menoleh dan mengangguk. "Iya yank." "Yank ...," panggilnya kepadaku. "Iya, yank!" jawabku. Aku menoleh dan menatapnya. "Sudah lapar belum?" tanyany
16. Makhluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Melati Menitipkan Sebuah Nama, Untuk Calon Anakku.Penulis : Lusia SudartiPart 16Aku terperanjat ketika daun pintu toilet tertutup dengan kuat.============Aku terpaksa mengurungkan niatku untuk segera keluar dari kamar mandi, karena tiba-tiba daun pintu tertutup dengan sendirinya."Hahaha ... Vina! Kemarilah. Aku menginginkan calon bayi dalam kandunganm!"Aku terkejut mendengar suara tanpa wujud. Dengan segenap keberanian dan keyakinan, aku menyapu setiap sudut kamar mandi dengan pandanganku. Dari sudut toilet, aku melihat asap tipis bergulung dan ..."Sosok bayangan yang semula mengganggu, kini menampakkan diri. Asap putih perlahan menjelma menjadi sosok manusia setengah ular. Tubuh manusia dengan kepala ular, bertahta mahkota berkilau.Mahluk itu menyeringai sambil menatapku. Lidahnya menjulur dan bercabang. Serta meneteskan lendir menjijikan. "Wahai manusia, besar juga keberanianmu!" Aku sedikit bergidik melihat pemandangan yang terpa
15. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku)Pom Bensin Terbengkalai.Penulis : Lusia SudartiPart 15"Berdoalah, sementara aku akan membantu kalian semampuku," sambung Melati."Terima kasih Melati," ujarku. Lalu sosoknya menghilang dari pandanganku.===========Aku tergagap lalu terjaga dari tidurku.Suamiku masih fokus mengemudi, maklum jalan masih padat merayap. Jalan penghubung antar provinsi."Hei, sudah bangun yank?" tanyanya sambil menoleh sejenak ke arahku."Iya yank," jawabku sembari berpindah tempat ke kursi sebelah kiri."Kira-kira jam berapa kita sampai Semarang yank?" tanyaku tanpa menoleh kepadanya."Kalau enggak ada halangan besok pukul delapan pagi kita sampai yank."Aku manggut-manggut. "Mendungnya gelap banget yank!" ujarku.Suami mendongakkan wajah keluar jendela."Iya yank, jika ada tempat yang aman kita istirahat dulu ya?" pintaku."Iya kita cari pom bensin nanti." Setelah berkendara di dalam guyuran hujan lebat akhirnya kami menemukan sebuah pom bensin yang terbengk
Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Mahluk Jahat Mengikuti AkuPenulis : Lusia SudartiPart 14Selang beberapa menit, Suamiku masuk ke mobil kembali, ia menyalakan mobil dan memanasinya sejenak. Mang Adek pun demikian, mobilnya melaju perlahan dan di susul Suamiku.Mobil membelah jalan raya, kami memasuki daerah Tegal. Itu artinya masih jauh untuk tiba di Semarang.Entah sudah melewati berapa kota, aku juga tak tahu, karena terlalu mengantuk aku melewatkan beberapa moment di perjalanan.Aku termenung sembari menikmati hentakan dalam mobil yang di kemudikan Suami."Yank, ini yang namanya alas roban," ucapan suamiku membuyarkan lamunan. Aku mengedarkan pandangan ke luar, mengamati jalan yang berliku dengan hutan yang rimbun di kanan kiri jalan, dan jembatan panjang. Dari sisi kanan kiri jalan terdapat orang-orang yang membawa sapu lidi seolah hendak menyapu. "Yank, ambil beberapa keping uang logam dan lemparkan ke sisi jalan." titah suamiku.Aku segera melaksanakan perintah suamiku. Dan
13. Mahluk LainPerjalanan Ke SemarangPenulis : Lusia SudartiPart 13"Bu, berapa semua?" tanya suamiku sembari mengabiskan sisa jus, pun dengan aku. Ibu warteg menghitung semua. "Tiga puluh lima semuanya Mas," jawabnya sembari memberikan bon dan segera di bayar oleh suami. Kami lalu pamit kepada Hendra dan istrinya.Malam ini kami melakukan perjalanan ke Semarang melalui jalan alternatif untuk sampai ke jalan raya."Yank," panggilku."Hemm," jawabnya sambil masih fokus di jalan yang masih padat merayap. Maklum jalan penghubung antar Provinsi.Setelah mengambil kartu, ia menatapku."Apa yank?" tanyanya menoleh kearahku, lalu fokus lagi."Jauh ya Semarang?" tanyaku, aku menghirup udara sejuk di malam hari pandangan aku edarkan di sisi jalan yang remang-remang. Dari kejauhan kerlap kerlip cahaya dari gedung-gedung di tengah kota."Lumayan yank?" jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.💐💐💐💐Malam semakin larut, aku terlelap saat suami memarkirkan mobil di depan warung."Udah sampa
12. Mahluk LainBongkar Ke Semarang.Penulis : Lusia SudartiPart 12Setelah selesai mencuci dan mandi, suami mengajak aku ke warung Heri, di sisi keluar pom."Ri, kopi sama mie kuah dua ya?" kata suamiku."Iya A."Kami duduk di bale bambu sambil mencharger ponsel, sekalian menanti informasi muat.***Ting!Suara notif dari benda pintar yang sedang aku charger. Segera ku-raih untuk memeriksa notif pesan yang baru saja masuk."Yank, nih ada info muat!"Aku memberikan gawai kepada suamiku yang sedang berbaring di sisiku. Sementara pesanan belum di antar."Ya udah kita makan mie sama ngopi dulu yank, baru kita berangkat. Tempat bongkar kita jauh yank!" ujarnya memberitahu aku, tanpa melihatku karena masih fokus ke layar ponsel."Kemana yank bongkarnya?" tanyaku menatap lekat kearahnya karena penasaran."Ke Semarang yank," jawabnya masih fokus ke layar.Aku terbelalak kaget. "Yang bener yank?" kataku tak percaya.Aku belum yakin, ia memberikan ponsel kepadaku. Aku membuka info dari perusa







