Share

Bab 05

Penulis: Lusia Sudarti
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-28 23:11:06

05. Mahluk Lain

Ada Ruang Tak Kasat Mata Di Kontrakan.

Penulis:Lusia Sudarti

Part 05

***

Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya.

Akhirnya ia pun mengalah, lalu mengusap rambutku, namun aku tak peduli.

Sedang wanita cantik yang duduk di depanku hanya tersenyum simpul.

Suamiku Mas Ardian hanya diam tanpa bereaksi apapun.

Sekitar beberapa menit kemudian elf memasuki daerah Cirebon, setelah melewati Plered, lalu sampailah kami di daerah Kedawung.

"Kiri Pak," kata suamiku saat sudah sampai di gang menuju kontrakan.

Lalu sopir pun menghentikan elf di depan gang.

Setelah membayar sejumlah ongkos, suami menggamit jemariku, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor.

Jalan gang begitu lengang, ada bangunan Tajuk tua( sejenis Mushola) rumah-rumah kontrakan yang berjejer di kanan dan kiri gang.

Kami memasuki rumah kontrakan sebelah kanan yang berhalaman cukup luas, tapi rapat dengan kontrakan.

Warga atau tetangga kontrakan ramah-ramah, mereka menyapa kami.

"Penghuni kontrakan baru ya Teh?" Sapa tetangga sebelah depan. Saat bertemu di depan kontrakan, yang ternyata orang Padang.

"Iya Mbak," jawabku dan aku jabat tangan Uni Aisyah namanya saat memperkenalkan diri.

"Saya Vina!" sahutku.

Setelah berbasa-basi kami pun pamit untuk masuk kedalam kontrakan.

"Assalamu'alaikum."

Suamiku mengucap salam untuk memasuki hunian kontrakan.

"Waalaikumsalam," jawabku.

Setelah memasuki rumah, aura negatif begitu terasa.

Namun aku abaikan semua, aku membaca doa-doa untuk perisai diri agar terhindar dari hal yang tak diinginkan.

Karena semua peralatan memasak belum ada maka kami keluar untuk beli nasi bungkus, serta membeli peralatan memasak, kompor, piring sendok, panci dan yang lain-lain.

Setelah mandi dan sholat dhuhur, kami berkunjung ke tetangga kontrakan sekitar.

Mereka bercerita tentang daerah ini. Dari tetangga aku tau, bahwa di belakang kontrakan yang kami tempati terdapat pemakaman kuno.

Dari sini aku bisa menyimpulkan bahwa memang banyak penghuni dari dunia lain yang tinggal di dalam kontrakan dan sekitar sini.

"Jangan terkejut ya Mbak, seandainya Mbak merasakan hal-hal ghaib dan aneh," ujar Teh Euis dan yang lain pun ikut memberi nasihat.

"Insyaallah Uni, Teh, saya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu," jawabku pelan.

"Mudah-mudahan tidak sampai mengganggu ya Mbak," imbuh teh Euis.

"Iya mudah-mudahan," sahutku lagi, sementara aku melihat sekeliling dengan mata bathinku.

"Ayo Mbak, Mas diminum dan dicicipi makanannya," kata Uni, ia pun mendekatkan hidangan ke depan kami.

"Iya makasih Uni," jawab kami berdua.

"Mbak dari mana?" tanya Teh Euis.

"Saya dari Sumatera Teh."

"Oww jauuh nya!" Bagai di komando mereka serentak menjawabnya.

Aku tersenyum mendengarnya.

Disaat kami sedang berbincang, seorang lelaki memasuki teras lalu mengucapkan salam.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam," kami menjawab.

"Eeh ada tamu? Dari mana Mas?" tanya lelaki yang baru datang.

Dan yang ternyata suami Uni baru pulang dari Pasar.

Mereka punya usaha membuka warung nasi Padang.

Suami dan aku memperkenalkan diri, begitupun sebaliknya.

"Uda sudah lama merantau disini?" tanya suamiku, saat Uda bergabung bersama kami.

"Oh iya Mas, sudah empat tahun, dan rencananya tahun depan kami akan pulang ke Padang," jelasnya panjang lebar.

"Oohh ..." jawab Mas Ardian.

"Kenapa emang Uni mau pulang kampung, nggak betah ya di sini?" tanyaku penasaran.

"Betah kok Mbak, cuma kasihan Ambu nggak ada yang urus," ujarnya dengan wajah sendu.

"Oh begitu." Aku mengangguk sembari berfikir. 'Betul juga apa yang dikatakan oleh Uni," gumamku.

"Iya Mbak, sekarang beliau sudah tua," sambungnya. Aku pun mengangguk tanda mengerti.

"Ya udah Uni, sudah hampir mahgrib, kami pamit dulu!" pamitku, saat melihat kearah jam dinding yang bertengger di tembok rumah Uni.

"Oh iya silahkan Mbak, Mas sering-sering main ke sini ya?" sahutnya sambil tersenyum.

"Iya Uni makasih. Uni juga main ya?" balasku, sembari mengulas senyum.

"Iya Mbak."

🥀🥀🥀🥀

Hari ini, hari pertama kami di kontrakan. Banyak sudah pengalaman yang baru aku dapat.

'Aku harus bisa menyesuaikan diri disini," lirih bathinku ber-ucap.

"Yank, besok pagi Mas mau ke garasi dulu, beres-beres mobil supaya kalo ayank ikut mobil sudah bersih dan wangi." Katanya saat kami sedang menyantap makan malam setelah selesai Sholat.

Aku hanya diam dan berfikir. 'Tempat baru, masa iya aku di tinggal sendiri?" gumamku.

Setelah beberapa detik tiada jawaban dariku, Mas Ardian berucap sembari menikmati makannya.

"Ya udah besok ikut, tapi ..." Mas Ardian menjeda ucapannya yang sengaja di gantung untuk membuatku penasaran.

"Tapi apaa?" jawabku sedikit ketus.

"Waduuh, galak amat sih yank!" sahutnya sambil tersenyum dan mencubit pipiku.

"Tapiii ... jangan ngambek lagi, terus Mas nggak dapat jatah dong!" bisiknya di telingaku, yang membuat bulu romaku berdiri dan kedua pipiku memerah.

"Iihhh nggak lucu kali!" gerutuku sambil mendorong tubuhnya kebelakang, lalu jatuh di kasur.

Tetapi tanganku pun di tariknya. Dan tak ayal lagi, tubuhku jatuh tepat di atas tubuhnya, wajah pun saling bersentuhan.

Saling pandang, dan nafas terasa hangat menerpa wajahku.

Dengan lembut di belai rambutku, di kecup keningku.

Lalu ...

Bibir pun tak luput dari sentuhannya.

Malam yang penuh kebahagiaan dan kehangatan, bertukar peluh dan saliva.

Saling sahut, saling memburu dan saling memuaskan, saling memeluk lalu terlelap dalam kepuasan syurganya rumah tangga.

Setelah masak untuk makan malam, aku merebahkan diri sejenak. Tiba-tiba sekelebat bayangan anak kecil keluar kamar, menuju ke kamar kecil. Betapa terkejutnya aku dan segera aku mengikutinya pelan-pelan agar tak ketahuan. Dari dapur yang langsung ke toilet ada sebuah tangga bawah tanah yang begitu panjang ke bawah.

Akupun mengikuti dan turun ke bawah.

Anak kecil itu menoleh ke arahku. Aku pun terlonjak karena terkejut, dari wujud anak kecil perlahan menjadi besar dan tinggi, matanya merah menyala menatapku dengan tajam. Aku terpaku, tak bisa bergerak atau pun bersuara.

Lalu aku membaca Ayat-ayat suci dalam hati, perlahan namun pasti sosok itu berubah menjadi asap dan hilang tak berbekas.

Aku terbangun mendengar suara adzan dari Tajuk terdekat.

Bingung, menatap langit-langit kamar, aku memandang sekeliling ruangan serta mengingat dimana aku berada saat ini!

'Ohh ternyata hanya mimpi, tapi seolah nyata. Aku melihat disampingku, ternyata suami masih tertidur pulas."

"Yank, bangun sudah shubuh. Yuk mandi lalu Sholat!" kuusap wajahnya yang tampan.

"Eemmhh."

Mas Ardian menggeliat lalu membuka mata perlahan.

"Memang sudah Adzan yank?" tanyanya kemudian.

"Iya udah, ayo bangun!"

Aku menariknya agar bangun dari kasur.

Bukannya bangun, malah menarikku dalam dekapannya.

"Yank ... lagi yuk! Belum kenyang semalam!" bisiknya ditelingaku yang membuat pipiku memerah kembali. Dan aku rasakan juniornya di bawah sana berdiri menantang.

Begitu lembut, begitu mesra, yang membuatku hampir gila di buatnya.

Kami berdua di buai asmara, saling berpacu untuk mencapai k3n1kmatan dalam penyatuan.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya pertarungan pun selesai dan aku bangkit karena Mas Ardian memposisikanku jadi pemimpin permainan.

**

Hari ini aku menyertainya ke pelabuhan setelah beliau menyiapkan mobil, semua di cek terlebih dahulu.

Sampai di pelabuhan, kami menimbang kosong dan mengambil surat jalan.

Dan parkir menunggu giliran untuk muat.

Di area parkiran, ada laki-laki yang menatap tanpa berkedip, mengawasi kami di dalam mobil.

"Haii broo, kapan pulang? Dan itu siapa? Cantik sekali!" sapa lelaki tersebut setelah kami tiba di parkiran.

"Kemarin kami sampai, dan itu istriku," jawab suamiku menggunakan bahasa Sunda.

"Ohh kirain cewek mana? Cantik sekali!" sambungnya, sembari tersenyum santun kepadaku.

"Jang, sudah dapat berapa trip bulan ini?" tanya suamiku

"Belum dapat trip A bulan ini!" jawab Ujang.

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 05

    05. Mahluk LainAda Ruang Tak Kasat Mata Di Kontrakan.Penulis:Lusia SudartiPart 05***Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya.Akhirnya ia pun mengalah, lalu mengusap rambutku, namun aku tak peduli.Sedang wanita cantik yang duduk di depanku hanya tersenyum simpul.Suamiku Mas Ardian hanya diam tanpa bereaksi apapun.Sekitar beberapa menit kemudian elf memasuki daerah Cirebon, setelah melewati Plered, lalu sampailah kami di daerah Kedawung."Kiri Pak," kata suamiku saat sudah sampai di gang menuju kontrakan.Lalu sopir pun menghentikan elf di depan gang.Setelah membayar sejumlah ongkos, suami menggamit jemariku, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor.Jalan gang begitu lengang, ada bangu

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 04

    04. Mahluk LainTerdengar Suara Aneh Dari Bilik Sebelah.Penulis: Lusia SudartiPart 04***Akhirnya Mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga."Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali.Aku pun merebahkan diri karena kelelahan. Dari bilik sebelah terdengar suara berisik dan samar-samar terdengar suara-suara aneh. Karena penasaran, aku pun mendekatkan telinga ke bilik yang terbuat dari bambu. Aahh huh, plok, plok, plok ...!Karena penasaran aku mempertajam pendengaranku, menempelkan kembali telingaku ke bilik bambu.Namun, aku masih tak mengerti dengan suara aneh di dalamnya."Duh suara itu kok aneh banget ya? Suara laki-laki dan perempuan. Tapi kok dingin-dingin begini suara orang pake kipas bambu! Aneh ...," gumamku, sambil menerka suara aneh tersebut."Ah masa bodoh lah!"Dari pada pusing mikir apa yang terjadi di bilik sebelah, aku pun kembali membaringkan tubuh yang serasa remuk."Vin, Vina!" Baru saja aku memejamkan kedua

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 03

    03. Mahluk LainPenampakan Di Penginapan.Penulis: Lusia SudartiPart 03***Di dekat taman yang ada pohon besar seukuran pelukan orang dewasa, ada seseorang yang duduk bersimpuh, memeluk lutut dan wajahnya tertutup rambut panjang tergerai hingga menyentuh tanah.Karena waktu istirahat masih ada, aku gunakan untuk sekedar jalan-jalan di area taman, untuk merenggangkan otot kaki.Oleh terdorong rasa penasaran, kuhampiri perempuan yang duduk bersimpuh dibawah pohon tersebut."Mbak, Mbak kenapa? kok dari tadi saya lihat Mbak di sini ...?" tanyaku dengan ramah sembari menatapnya. Tetapi setelah beberapa kali aku bertanya, tetap tak ada jawaban dan tak berubah posisi duduknya.Hatiku mulai curiga! Seperti ada yang tidak beres, tiba-tiba bulu kudukku meremang.Aku pun bergegas pergi tanpa pamit.Setelah menjauh aku memberanikan untuk menoleh ke bawah pohon dimana wanita tersebut berada. Namun, alangkah terkejutnya aku disaat melihat kearah pohon tak ada siapapun. Aku mengedarkan pandangan

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 02

    02. Mahluk LainMelati Terus Mengikutiku.Penulis : Lusia Sudarti Part 02**Huufffttt ...!Aku menarik nafas dan kuhempaskan nafas dengan sedikit kasar.'Kenapa sih kamu keras k3pala?" ketusku dalam hati.Aku melihat Melati seolah mempunyai beban di semasa hidupnya. Biarlah itu menjadi urusannya.'Baiklah Melati, akan kucari tau nanti," l1rihku.✨✨✨✨✨✨Suamiku, Ardian Prasetya, lelaki yang baru setahun lalu kukenal, lalu melamarku.Di hadapan kedua orang tuaku berjanji akan menyayangiku, melindungiku sampai akhir hayat.Dan sebulan kemudian kami resmi menjadi Suami Istri.Kini usia pernikahan kami pun genap setahun, namun belum juga di karuniai momongan.Kami pun tak mempermasalahkannya.Semua itu kehendak yang di atas.Dari dalam kafe kulihat suamiku, Mas Ardian kerepotan membawa dua buah cup teh hangat, dan dua buah pop mie yang telah diseduh.Senyum mengembang di bibirnya, saat kedua mata kami saling bertemu."Hai yank, maaf lama menunggu!" ujarnya sambil tersenyum. "Enggak pa-pa

  • Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)   Bab 1

    01. Mahluk LainMerantau Penulis : Lusia Sudarti Part 01"Yank lama ya perjalanan dari Sumatera ke Jawa?" tanyaku penasaran. Karena aku tak pernah pergi jauh dari kampungku."Nggak kok yank, cuma dua hari satu malam," jawab suami sambil mengukir senyum."Aa-paa, cuma dua hari satu malam?" jawabku dengan rasa tak percaya.Suamiku hanya tersenyum mendengar kata 'tidak' percayaku."Cuma kok dua hari satu malam sih yank?" sungutku sambil cemberut."Uuhh jadi gemeees deh sama Istriku yang cantik ini," goda Suamiku, sembari mencivm keningku."Ihh malu tau, kan banyak penumpang," protesku seraya menoleh kiri dan belakang."Biarin aja, toh mereka juga enggak lihat," ucapnya.Seumur-umur memang aku baru pertama kalinya pergi jauh, bahkan sampai antar pulau seperti saat ini.Maklumlah, aku memang berasal dari keluarga yang kurang mampu.Jangankan untuk jalan-jalan atau sekedar beli pakaian, untuk makan pun pas-pasan.Aku dua bersaudara, satu lagi Kakak laki-lakiku yang kini telah berumah tang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status