LOGIN6. Mahluk Lain
Kabar Gembira Tentang Kehamilanku. Penulis: Lusia Sudarti Part 6 ** "Ohh kirain cewek mana? Cantik sekali!" sambungnya, sembari tersenyum santun kepadaku. "Jang, sudah dapat berapa trip bulan ini?" tanya suamiku "Belum dapat trip A, bulan ini!" jawab Ujang. "Kenapa bisa begitu? Kan sedang lancar," ujar suamiku dengan mimik wajah tak percaya. "Lancar A, yang sedang lancar. Kalau mobilku rusak terus," keluhnya. "Sabar Jang, semua ada waktunya," jawab suamiku. "Ya sudah kalau begitu Jang! Muat dulu, habis itu ngisi solar, istriku juga belum makan." "Silahkan A. Nanti aku nyusul," jawabnya. "Yank, habis muat kita ngisi solar selepas itu, nanti Mas anter mandi di pom," ucapnya. "Iya yank, mana baiknya aja," sahutku. Setelah mengisi solar dan aku melangkah menuju kamar mandi di pom, sementara suami menunggu aku mandi di teras mushola. Sebelum masuk aku melihat seseorang menghampiri suamiku. "A, itu siapa?" tanya perempuan yang bekerja di pom penasaran sambil duduk di sebelah suamiku. "Istriku," sahut suamiku sedikit ketus. "Oh ... kirain cewek nakal?" katanya sinis, dan itu membuat suamiku naik darah. "Ehh hati-hati kalo bicara ya? Ngatain istriku cewek nakal! Enggak salah kamu? Bukannya kamu yang l*nt* haaahh ...!" hardik suamiku dengan nada penuh emosi sambil berdiri, dan tangan siap untuk melayangkan bogemnya ke wajah cewek yang sok kecantikan itu. "Aduh A, sabar jangan main pukul! Kamu juga Luk, jaga bicaramu! Dasar cewek mvr4h4n!" sentak Ujang. Sementara Iluk segera kabur meninggalkan mereka. Untung Ujang datang tepat waktu, kalau tidak, mungkin wajah Iluk sudah babak belur di hajar suamiku. Sedangkan aku melihat dari balik pintu kamar mandi. "Awas kalo kamu berani ganggu istriku? Aku pastiin, kamu bakalan nyesel seumur hidup kamu! Paham!" hardik suamiku dengan emosi yang membuncah dengan tatapan nanar menatap kearah Iluk yang telah menjauh. Sedang aku yang di dalam tersenyum bahagia. Ternyata suamiku begitu menyayangiku. 'Terima kasih Yaa Allah, engkau memberikan suami yang baik dan bertanggung jawab," ucapku bersyukur dalam hati. Setelah mandi aku pun keluar dengan tubuh yang sangat segar. Sementara suamiku duduk dengan wajah yang masih memerah menahan amarahnya. "Heem seger yank, mandi dulu sana!" titahku, dan pura-pura tak tau yang terjadi. "Iya yank, sebentar ngeringin keringat dulu!" katanya sambil membuang nafas kasar. "Sini yank, aku kipasi!" ujarku sembari mengibaskan potongan kardus. "Kemana tadi kipasku ya yank?" tanyaku sembari mencari di dalam tas tapi tak ada. "Mungkin ketinggalan di mobil yank!" sahutnya kemudian. "Mungkin juga. Tuh udah kering, cepetan mandinya, udah laapeerr!" ucapku sedikit bohong. "Iya udah, tunggu di sini ya? Jangan kemana-mana." katanya sambil mencubit hidungku dengan mesra. Aku pun tersenyum mendapatkan perlakuan manis darinya. Sesaat aku melirik kearah Iluk dan tatapan kami bertemu, ia menatapku dengan sinis. Namun aku tak peduli. Tak lama suami pun selesai mandi, dan rambutnya yang basah semakin membuat wajahnya terlihat begitu tampan, wajar aja ada yang mendekatinya, dengan menjelek-jelekkanku demi mendapat simpatinya. "Yuk yank!" ajaknya seraya merangkul pundakku, dan melangkah beriringan dengan kedua tangan bertaut. Kesempatan emas untuk memanasi hati Iluk, aku pun memeluk pinggangnya. Dan aku sempatkan diri melirik sebentar ke arah Iluk. Dan reaksinya? Seperti orang kebakaran jenggot. "Yank, memang siapa tuh cewek yang nyamper di toilet pom?" tanyaku menyelidik. "Oh itu? Cewek kurang kerjaan kali," sahutnya sembari melirikku. "Siapa hayoo? Jangan-jangan pacarnya dulu?" tebakku curiga. "Enggak Sayangku, sueerr deh!" Dua jarinya di acungkan dihadapanku sambil tersenyum. "Oh yaa? Benarkah? Aku nggak percaya!" sungutku dan memasang wajah cemberut. "Hehehe! Masih enggak percaya ya?" ledeknya. "Bodo' ah." Aku pura-pura tidur di kasur belakang jok dan memunggunginya. "Jangan ngambek, entar tambah cantik lho, jangan cemberut entar tambah manis lho!" godanya seraya menghidupkan mesin mobil. Kata-katanya membuatku tersenyum. 'Eiit tapi dalam hati. Agar beliau tak tau. Kalau tau, jadi tambah ganteng dan tampan nanti gayanya, he hehe." "Yank ada manisan buah sivalan tuh, mau?" tanyanya ketika melewati pedagang buah di tepi jalan. Aku spontan menoleh dimana ada pedagang buah sivalan. "Mau ..." "Eiittz tapi ada syaratnya lho yank?" godanya. "Ihh mau beliin aja repot amit!" gerutuku. "Mau nggak nih? Tapi penuhi dulu syaratnya!" katanya lagi. "Apa?" "Cun dulu donk!" ujarnya menepuk sebelah pipinya. "Iihh dasar mesvm!" sengitku menahan malu. "Ya udah kalo enggak mau! Enggak jadi beli ah!" jawabnya pura-pura marah. "Oke, baiklah." Aku pun menyerah, lalu beringsut mendekatinya dan mencivm kedua pipinya. Cup! Cup! Cup! "Nah gitu donk!" ucapnya sambil tersenyum. Suamiku membawa kendaraan di tepi jalan dan kami pun turun dan memesan es buah sivalan. "Heemm seger ya yank?" kataku. Aku menyesap minuman yang begitu nikmat terasa. "Jelas dong. Ayo yank berangkat!" Mas Ardian menggandeng tanganku menuju ke mobil. 🥀🥀🥀🥀🥀 Tak terasa minggu berganti bulan, dan kehidupan yang kujalani bersama suami semakin mesra. Juga hari-hariku di kelilingi mahluk-mahluk tak kasat mata. Ada yang iseng dan jahil, ada yang sekedar menunjukkan bahwa mereka ada. Sedikit pun aku tak merasa takut atau terganggu. "Huueeek! Huueekk! Huueekk." Perutku mual sekali, kepala pusing. Suami terkejut melihatku muntah-muntah dan pucat, dengan panik suami mengangkat dan membaringkan tubuhku di atas kasur mobil. "Kenapa yank? Sakit?" tanyanya. Ia begitu ketakutan kalau sampai aku kenapa-napa. Lalu mengusap keringat dingin di keningku dengan lembut. "Enggak tau yank, akhir-akhir ini aku sering merasa mual dan pusing. "Sebentar yank?" Ia mengambil gelas dan diisi air panas teh dan gula. "Nih di minum yank!" ujarnya sembari memberikan air teh hangat kepadaku. Aku di bantu untuk duduk bersandar. Aku menyesap perlahan teh pemberiannya. "Gimana yank? Udah enakan?" tanyanya sambil mengusap keringat di keningku. Aku mengangguk. "Tapi wajah Sayang begitu pucat," katanya dengan raut sedih. Tubuhku di peluknya dengan erat, aku menyandarkan kepalaku di dadanya untuk mencari kedamaian disana. "Jangan sakit dong?" ujarnya berubah sendu. Aku menggeleng. Enggak kok yank, aku nggak sakit! Sepertinya aku ..." Sengaja aku menggantung ucapanku, agar beliau penasaran. "Apa Yank?" jawabnya betul-betul penasaran. "Hamil ...!" ucapku dengan bersemangat agar beliau mendengar jelas. Kedua matanya terbelalak sempurna! Antara percaya dan tak percaya. "Benarkah yank?" serunya dengan sinar mata bahagia. Di tangkupnya wajahku dan tatapannya seolah minta penjelasan tentang kebenaran yang baru saja aku ungkap. Aku tersenyum dan mengangguk. "Alhamdulillah Yaa Allah." Di peluknya kembali tubuhku dengan erat. "Akhirnya Mas akan menjadi seorang Papa," bisiknya ditelingaku. Aku pun bahagia karena kehamilanku. Dan bahagia memiliki seorang suami yang begitu penyayang dan perhatian. "Yank nanti berhenti di apotik depan sana ya?" titahku Saat kami dalam perjalanan pulang. "Siap Bos!" selorohnya. Aku membeli tespack untuk tes kehamilan. Juga membeli vitamin untukku dan suami. "Yank, mau Nasi Padang dong?" rengekku manja. "Oh boleh banget Sayang!" sahutnya dengan tersenyum. "Nanti di depan sana ya yank?" ujarnya. Aku mengangguk. Tak berapa lama kami tiba di depan rumah makan Padang langganan kami. "Yank, mau di bungkus atau di makan di sini?" tanyanya setelah kami berhenti di rumah makan Padang yang tak pernah sepi pelanggan. "Di sini aja!" jawabku. Lalu kami melangkah beriringan mencari tempat duduk yang nyaman. Rumah Makan yang di kelilingi pemandangan yang indah, air terjun dari sisi sebelah barat, yang airnya bening mengalir berkelok-kelok, hamparan sawah yang menghijau. Sungguh memanjakan pandangan mata. Setelah semua tersaji, kami pun mulai menyantap makanan dalam diam, perut bener-bener bersuka ria mendapat makanan yang lezat. Ada bayangan melintas di lorong ke arah toilet. Aku tajamkan penglihatan agar sedikit jelas. "Astagfirrulloh," ucapku dalam hati. Sosok ghaib yang entah dari mana datangnya. Tiba-tiba berdiri di lorong. Aku melirik jam yang melingkar di tangan kanan ku. "Waktu hampir memasuki Maghrib ternyata." gumamku. Pantas saja mahluk-mahluk berkeliaran, karena aku pun sedang mengandung. Mereka menyukai aroma-aroma wanita hamil. Menurut mereka wanita hamil itu harum. Bersambung17. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku) Beristirahat Di Warung. Penulis : Lusia Sudarti Part 17 "Yank ... yank!" Aku membuka mata perlahan dan memindai pandanganku ... ternyata ...! ========= "Mimpi apa yank? Kok sampai senyum-senyum begitu?" tanya Mas Ardian kepadaku. Aku menatapnya tak percaya. "Benarkah, yank?" "Iya, betul yank! Mas sampai bingung melihatnya," Aku menatap keluar mobil, hari mulai senja. Lampu-lampu penerangan di pinggir jalan telah menyala. "Sudah hampir magrib ya yank?" tanyaku sambil menatap sunset yang menghiasi langit di ufuk barat dengan indahnya. "Iya, Sayang! Makanya, Mas bangunin ... karena akan memasuki magrib," jawabnya sambil tetap fokus di jalan. Aku hanya mengangguk dan memperhatikan jalan raya yang padat merayap. "Nanti sebelum alas Roban kita istirahat dulu di warung yank," ujarnya. Aku menoleh dan mengangguk. "Iya yank." "Yank ...," panggilnya kepadaku. "Iya, yank!" jawabku. Aku menoleh dan menatapnya. "Sudah lapar belum?" tanyany
16. Makhluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Melati Menitipkan Sebuah Nama, Untuk Calon Anakku.Penulis : Lusia SudartiPart 16Aku terperanjat ketika daun pintu toilet tertutup dengan kuat.============Aku terpaksa mengurungkan niatku untuk segera keluar dari kamar mandi, karena tiba-tiba daun pintu tertutup dengan sendirinya."Hahaha ... Vina! Kemarilah. Aku menginginkan calon bayi dalam kandunganm!"Aku terkejut mendengar suara tanpa wujud. Dengan segenap keberanian dan keyakinan, aku menyapu setiap sudut kamar mandi dengan pandanganku. Dari sudut toilet, aku melihat asap tipis bergulung dan ..."Sosok bayangan yang semula mengganggu, kini menampakkan diri. Asap putih perlahan menjelma menjadi sosok manusia setengah ular. Tubuh manusia dengan kepala ular, bertahta mahkota berkilau.Mahluk itu menyeringai sambil menatapku. Lidahnya menjulur dan bercabang. Serta meneteskan lendir menjijikan. "Wahai manusia, besar juga keberanianmu!" Aku sedikit bergidik melihat pemandangan yang terpa
15. Mahluk Lain (Dia Yang Mengikuti Aku)Pom Bensin Terbengkalai.Penulis : Lusia SudartiPart 15"Berdoalah, sementara aku akan membantu kalian semampuku," sambung Melati."Terima kasih Melati," ujarku. Lalu sosoknya menghilang dari pandanganku.===========Aku tergagap lalu terjaga dari tidurku.Suamiku masih fokus mengemudi, maklum jalan masih padat merayap. Jalan penghubung antar provinsi."Hei, sudah bangun yank?" tanyanya sambil menoleh sejenak ke arahku."Iya yank," jawabku sembari berpindah tempat ke kursi sebelah kiri."Kira-kira jam berapa kita sampai Semarang yank?" tanyaku tanpa menoleh kepadanya."Kalau enggak ada halangan besok pukul delapan pagi kita sampai yank."Aku manggut-manggut. "Mendungnya gelap banget yank!" ujarku.Suami mendongakkan wajah keluar jendela."Iya yank, jika ada tempat yang aman kita istirahat dulu ya?" pintaku."Iya kita cari pom bensin nanti." Setelah berkendara di dalam guyuran hujan lebat akhirnya kami menemukan sebuah pom bensin yang terbengk
Mahluk Lain(Dia Yang Mengikuti Aku)Mahluk Jahat Mengikuti AkuPenulis : Lusia SudartiPart 14Selang beberapa menit, Suamiku masuk ke mobil kembali, ia menyalakan mobil dan memanasinya sejenak. Mang Adek pun demikian, mobilnya melaju perlahan dan di susul Suamiku.Mobil membelah jalan raya, kami memasuki daerah Tegal. Itu artinya masih jauh untuk tiba di Semarang.Entah sudah melewati berapa kota, aku juga tak tahu, karena terlalu mengantuk aku melewatkan beberapa moment di perjalanan.Aku termenung sembari menikmati hentakan dalam mobil yang di kemudikan Suami."Yank, ini yang namanya alas roban," ucapan suamiku membuyarkan lamunan. Aku mengedarkan pandangan ke luar, mengamati jalan yang berliku dengan hutan yang rimbun di kanan kiri jalan, dan jembatan panjang. Dari sisi kanan kiri jalan terdapat orang-orang yang membawa sapu lidi seolah hendak menyapu. "Yank, ambil beberapa keping uang logam dan lemparkan ke sisi jalan." titah suamiku.Aku segera melaksanakan perintah suamiku. Dan
13. Mahluk LainPerjalanan Ke SemarangPenulis : Lusia SudartiPart 13"Bu, berapa semua?" tanya suamiku sembari mengabiskan sisa jus, pun dengan aku. Ibu warteg menghitung semua. "Tiga puluh lima semuanya Mas," jawabnya sembari memberikan bon dan segera di bayar oleh suami. Kami lalu pamit kepada Hendra dan istrinya.Malam ini kami melakukan perjalanan ke Semarang melalui jalan alternatif untuk sampai ke jalan raya."Yank," panggilku."Hemm," jawabnya sambil masih fokus di jalan yang masih padat merayap. Maklum jalan penghubung antar Provinsi.Setelah mengambil kartu, ia menatapku."Apa yank?" tanyanya menoleh kearahku, lalu fokus lagi."Jauh ya Semarang?" tanyaku, aku menghirup udara sejuk di malam hari pandangan aku edarkan di sisi jalan yang remang-remang. Dari kejauhan kerlap kerlip cahaya dari gedung-gedung di tengah kota."Lumayan yank?" jawabnya sambil tersenyum manis kepadaku.💐💐💐💐Malam semakin larut, aku terlelap saat suami memarkirkan mobil di depan warung."Udah sampa
12. Mahluk LainBongkar Ke Semarang.Penulis : Lusia SudartiPart 12Setelah selesai mencuci dan mandi, suami mengajak aku ke warung Heri, di sisi keluar pom."Ri, kopi sama mie kuah dua ya?" kata suamiku."Iya A."Kami duduk di bale bambu sambil mencharger ponsel, sekalian menanti informasi muat.***Ting!Suara notif dari benda pintar yang sedang aku charger. Segera ku-raih untuk memeriksa notif pesan yang baru saja masuk."Yank, nih ada info muat!"Aku memberikan gawai kepada suamiku yang sedang berbaring di sisiku. Sementara pesanan belum di antar."Ya udah kita makan mie sama ngopi dulu yank, baru kita berangkat. Tempat bongkar kita jauh yank!" ujarnya memberitahu aku, tanpa melihatku karena masih fokus ke layar ponsel."Kemana yank bongkarnya?" tanyaku menatap lekat kearahnya karena penasaran."Ke Semarang yank," jawabnya masih fokus ke layar.Aku terbelalak kaget. "Yang bener yank?" kataku tak percaya.Aku belum yakin, ia memberikan ponsel kepadaku. Aku membuka info dari perusa







