04. Mahluk Lain
Terdengar Suara Aneh Dari Bilik Sebelah. Penulis: Lusia Sudarti Part 04 *** Akhirnya Mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga. "Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali. Aku pun merebahkan diri karena kelelahan. Dari bilik sebelah terdengar suara berisik dan samar-samar terdengar suara-suara aneh. Karena penasaran, aku pun mendekatkan telinga ke bilik yang terbuat dari bambu. Aahh huh, plok, plok, plok ...! Karena penasaran aku mempertajam pendengaranku, menempelkan kembali telingaku ke bilik bambu. Namun, aku masih tak mengerti dengan suara aneh di dalamnya. "Duh suara itu kok aneh banget ya? Suara laki-laki dan perempuan. Tapi kok dingin-dingin begini suara orang pake kipas bambu! Aneh ...," gumamku, sambil menerka suara aneh tersebut. "Ah masa bodoh lah!" Dari pada pusing mikir apa yang terjadi di bilik sebelah, aku pun kembali membaringkan tubuh yang serasa remuk. "Vin, Vina!" Baru saja aku memejamkan kedua mata, terdengar sebuah panggilan yang menyebut namaku. 'Suara itu seperti suara Melati?" gumamku. Aku mencari-cari arah suara itu kembali. Aku pejamkan mata, aku pusatkan pikiran. Dan tiba-tiba sosok wanita bergaun putih berdiri di depanku. "Melati! Kenapa kamu mengikuti aku? Apa maumu?" hardikku. "Maaf Vina! Aku hanya mau bersahabat denganmu. Kamu harus ber hati-hati Vina! Karena disini ada mahluk yang begitu jahat yang sedang mengincarmu." Melati menjelaskan bahaya yang mengintai aku, seperti yang terjadi di mobil tadi. "Aku enggak takut Melati. Semua kuserahkan sama Allah." "Aww Vina paanaass! Tolong jangan sebut nama Itu." Melati menjerit ke panasan. "Tolong Vina, aku hanya ingin melindungimu!" ratap Melati sambil menangis, dan tetesan yang keluar dari kedua matanya, adalah dar4h. Aku terpaku melihat yang terjadi di depanku. Melati tiba-tiba berubah, ke dua bola matanya menggantung dan mengeluarkan darah yang begitu busuk, serta belatung yang menari-nari di setiap bagian wajah yang hancur. Aku bergidik ngeri melihat pemandangan tak biasa dihadapanku. "Hi ... hi ... hi ... Vin aku hanya ingin berteman denganmu, ijinkan aku bersamamu! Sampai aku bisa hidup tenang di sana." Pilu dan sendu, serta menyayat hati mendengar ratapannya. "Baiklah Melati! Tapi ... kamu jangan pernah melewati batasanmu, karena kita berbeda alam. Jika kamu melanggar? Aku pastikan, kamu akan lebih menderita," ancamku. "Iya Vin. Aku janji, baiklah aku pergi dulu, jaga dirimu. Hihihi." Tawa dan sosok Melati pun menghilang tanpa jejak. "Aduh Aa, aah ahh." Aku tersentak mendengar suara-suara dari bilik tadi. Oh ternyata tadi aku bermimpi dan terbangun oleh suara aneh lagi. Aku meraih jam di atas nakas. "Ternyata sudah jam 23:00, tapi kok suamiku belum pulang? Sebaiknya aku sholat sunnah dulu, sambil menunggu suamiku pulang." Aku turun dan melangkah ke dalam kamar mandi untuk mengambil Wudhu. Setelah selesai aku melipat mukena. Ternyata diluar jendela ada sosok yang menyeramkan mengintai dari balik gorden yang melambai tertiup angin. Aku pun pura-pura tak melihatnya. Dan seuntai doa kupanjatkan, satu surah lagi kubaca dalam hati. Kuarahkan pandanganku ke kedua mata mahluk itu, fokus amalan di hatiku dan kualirkan ke mataku yang tanpa berkedip menatap bola matanya yang merah menyala seperti saga. Untuk beberapa saat pandangannya masih menantang pandanganku. Tapi sedetik kemudian sosok itu lenyap. Aku pun mengucap Hamdalah dalam hati. Tok ... Tok ...Tok. Assalamu'alaikum. Mi ..." Terdengar suara suamiku dari luar, beliau baru pulang dari tempat bosnya. "Waalaikumsalam," jawab dari bilik depan. "Eh sudah pulang?" tanya Mi. "Iya Mi. Saya pamit ke kamar dulu, " pamit suamiku, aku pura-pura tak mendengar suaranya. "Silahkan A." "Yank?" Tok! Tok! Tok! Ceklek. Aku segera membuka daun pintu untuk menyambutnya. "Assalamu'alaikum yank." "Waalaikumsalam. Baru pulang yank?" tanyaku sambil mencium punggung tangannya, dan keningku pun di kecupnya. "Iya yank." Aku mengambil air mineral yang ada di atas nakas. Lalu kuberikan kepadanya, kemudian disesapnya hingga habis. "Gimana yank? Aman? Kok belum tidur?" Pertanyaannya tanpa jeda, karena melihatku masih terjaga. "Alhamdulillah aman kok! Tapi ada suara aneh di bilik sebelah ini yank!" kataku memberi penjelasan karena penasaran. "Suara aneh apa sih yank?" "Nggak tau!" jawabku sembari mengangkat bahu. "Nanti pasti dengar sendiri kok!" ujarku. "Yank sudah sholat belum? Aku baru selesai sholat." "Belum yank," jawabnya. "Ya udah suamimu yang ganteng ini sholat dulu ya?" sambungnya seraya mencubit hidungku. Lalu melangkah mengambil wudhu lalu sholat. Sambil menunggu suamiku melaksanakan sholat, aku merebahkan diri lagi, dan berfikir tentang suara-suara aneh dari bilik sebelah. 'Sebenarnya suara apa sih itu? Dan kalo manusia, lagi pada ngapain kok seperti yang gelisah begitu? Aku jadi penasaran nih?" gumamku. "Adek, aduuhh, terus Dek! Aahh Aa, huh huh." Aku hampir terlonjak dari tempat tidur mendengar lagi suara itu, meski tak terlalu kencang, tapi lumayan jelas. Suami yang habis sholat pun jadi bengong mendengar suara dari bilik sebelah, dan beliau menatapku dengan tatapan aneh! "Husstt." Suamiku memberikan isyarat agar aku diam sembari menempelkan jari telunjuknya ke bibir. Aku diam terpaku, tak berani membuat gerakan sedikit pun, hanya bola mata yang nanar menatap kesana-sini. Suamiku lalu naik ke tempat tidur perlahan, dan duduk disampingku. "Suara itu yank?" ujarnya sambil tersenyum simpul. Aku pun mengangguk, karena aku tak mengerti apapun tentang semua yang aku dengar. Tubuhku dipeluknya sembari berbisik ditelingaku. "Mau tau suara apa itu yank?" tanyanya sembari terus menggodaku, dengan alis sebelah terangkat, akupun mengangguk karena memang tak mengerti. "Sini yank, Mas kasih tau! Itu suara orang lagi bikin dedek bayi, yuk kita juga bikin dedek!" jawabnya sambil tersenyum nakal dengan tatapan mesvm. "Yank? Pengen," katanya sambil menatapku sayu. Aku pun mengangguk malu. Di sela-sela serangannya yang luar biasa. "Yank itu suara dua insan yang sedang menggapai syurga pernikahan." Katanya lagi dengan nafas membvrv. Aku yang terbuai, terbakar asmara pun hanya mengangguk. Dari semua sentuhannya pun selalu membawaku ke dalam kebahagiaan yang tiada tara. Entah sudah berapa kali penyatuan kami, Suami pun lunglai disampingku dengan peluh membasahi tubuh kami berdua. "Makasih yank!" katanya sambil mencium keningku lalu tidur dengan tersenyum, sembari memelukku. 'Tampan sekali wajahmu yank. Aku takut kamu meninggalkan aku!" gumamku dalam hati lalu kupeluk tubuhnya yang kekar. Aku tersenyum sendiri mendengar penjelasan suami tentang suara-suara di bilik sebelah. 'Kenapa aku begitu bodoh ya? Sedangkan aku pun sudah menikah, tapi tak mengerti apa-apa," rutukku dalam hati, karena terlalu polos. 🥀🥀🥀🥀🥀🥀🥀 Keesokan harinya kami pun pamit untuk kerumah kontrakan yang suamiku pilih untuk jadi tempat tinggal sementara. "Mi terima kasih banyak atas tumpangannya ya? Saya mau kerja dan kebetulan sudah dapat kontrakan di daerah Kedawung," ujar suamiku kepada Ibu angkat beliau. "iya A. Alhamdulillah kalau sudah dapat kontrakan. Hati-hati kalau ikut si AA ya Neng? Mampir ke tempat Mi," katanya sembari tersenyum. "Terima kasih Mi! Jadi berapa semuanya Mi?" tanya suamiku. ''Seratus aja A." "Ini Mi, terima kasih." Suami menyodorkan uang seratus ribu dan di terima dengan wajah yang sumringah. "Sama-sama A." Setelah menunggu elf sekitar 5 menit, akhirnya datang juga jurusan Cirebon. Sepanjang perjalanan aku merenung. Bagaimana nanti, tetangga dan lingkungan baru. Apa aku bisa beradabtasi? Sedang aku tipe pemalu." "Enggak usah di fikir yank! Jalani apa adanya. Yang penting kita baik dan sopan, niscaya orang-orang akan menyayangi kita." Nasihat Suamiku, seolah tau apa yang kufikirkan, aku pun mengangguk dan tersenyum manis. Diusapnya pucuk kepalaku dengan penuh kasih sayang. Di elf ada sekitar empat orang, tiga perempuan satu laki-laki. Mereka sekali-sekali menatap kami dan melempar senyum. Terlebih yang berhadapan dengan kami. Selalu mencuri pandang ke Suamiku. Hati pun sedikit memanas saat tak sengaja melihat suami pun mencuri pandang kearahnya. Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya. Bersambung05. Mahluk LainAda Ruang Tak Kasat Mata Di Kontrakan.Penulis:Lusia SudartiPart 05***Aku merubah posisi duduk menyamping dan membuang pandangan keluar. Agar tak melihat hal-hal yang membuat hatiku panas. Rupanya ia sadar akan perubahan sikapku. Lalu dengan sigap di rangkulnya pundakku. Aku menghindar dan kuturunkan tangannya. Suami pun terkejut melihat sikapku yang acuh bahkan menolak pelukannya.Akhirnya ia pun mengalah, lalu mengusap rambutku, namun aku tak peduli.Sedang wanita cantik yang duduk di depanku hanya tersenyum simpul.Suamiku Mas Ardian hanya diam tanpa bereaksi apapun.Sekitar beberapa menit kemudian elf memasuki daerah Cirebon, setelah melewati Plered, lalu sampailah kami di daerah Kedawung."Kiri Pak," kata suamiku saat sudah sampai di gang menuju kontrakan.Lalu sopir pun menghentikan elf di depan gang.Setelah membayar sejumlah ongkos, suami menggamit jemariku, melewati gang sempit yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor.Jalan gang begitu lengang, ada bangu
04. Mahluk LainTerdengar Suara Aneh Dari Bilik Sebelah.Penulis: Lusia SudartiPart 04***Akhirnya Mahluk si*l*n itu pun kabur, sambil tertawa melengking memekakkan gendang telinga."Alhamdulillah," ujarku sambil mengusap wajahku tiga kali.Aku pun merebahkan diri karena kelelahan. Dari bilik sebelah terdengar suara berisik dan samar-samar terdengar suara-suara aneh. Karena penasaran, aku pun mendekatkan telinga ke bilik yang terbuat dari bambu. Aahh huh, plok, plok, plok ...!Karena penasaran aku mempertajam pendengaranku, menempelkan kembali telingaku ke bilik bambu.Namun, aku masih tak mengerti dengan suara aneh di dalamnya."Duh suara itu kok aneh banget ya? Suara laki-laki dan perempuan. Tapi kok dingin-dingin begini suara orang pake kipas bambu! Aneh ...," gumamku, sambil menerka suara aneh tersebut."Ah masa bodoh lah!"Dari pada pusing mikir apa yang terjadi di bilik sebelah, aku pun kembali membaringkan tubuh yang serasa remuk."Vin, Vina!" Baru saja aku memejamkan kedua
03. Mahluk LainPenampakan Di Penginapan.Penulis: Lusia SudartiPart 03***Di dekat taman yang ada pohon besar seukuran pelukan orang dewasa, ada seseorang yang duduk bersimpuh, memeluk lutut dan wajahnya tertutup rambut panjang tergerai hingga menyentuh tanah.Karena waktu istirahat masih ada, aku gunakan untuk sekedar jalan-jalan di area taman, untuk merenggangkan otot kaki.Oleh terdorong rasa penasaran, kuhampiri perempuan yang duduk bersimpuh dibawah pohon tersebut."Mbak, Mbak kenapa? kok dari tadi saya lihat Mbak di sini ...?" tanyaku dengan ramah sembari menatapnya. Tetapi setelah beberapa kali aku bertanya, tetap tak ada jawaban dan tak berubah posisi duduknya.Hatiku mulai curiga! Seperti ada yang tidak beres, tiba-tiba bulu kudukku meremang.Aku pun bergegas pergi tanpa pamit.Setelah menjauh aku memberanikan untuk menoleh ke bawah pohon dimana wanita tersebut berada. Namun, alangkah terkejutnya aku disaat melihat kearah pohon tak ada siapapun. Aku mengedarkan pandangan
02. Mahluk LainMelati Terus Mengikutiku.Penulis : Lusia Sudarti Part 02**Huufffttt ...!Aku menarik nafas dan kuhempaskan nafas dengan sedikit kasar.'Kenapa sih kamu keras k3pala?" ketusku dalam hati.Aku melihat Melati seolah mempunyai beban di semasa hidupnya. Biarlah itu menjadi urusannya.'Baiklah Melati, akan kucari tau nanti," l1rihku.✨✨✨✨✨✨Suamiku, Ardian Prasetya, lelaki yang baru setahun lalu kukenal, lalu melamarku.Di hadapan kedua orang tuaku berjanji akan menyayangiku, melindungiku sampai akhir hayat.Dan sebulan kemudian kami resmi menjadi Suami Istri.Kini usia pernikahan kami pun genap setahun, namun belum juga di karuniai momongan.Kami pun tak mempermasalahkannya.Semua itu kehendak yang di atas.Dari dalam kafe kulihat suamiku, Mas Ardian kerepotan membawa dua buah cup teh hangat, dan dua buah pop mie yang telah diseduh.Senyum mengembang di bibirnya, saat kedua mata kami saling bertemu."Hai yank, maaf lama menunggu!" ujarnya sambil tersenyum. "Enggak pa-pa
01. Mahluk LainMerantau Penulis : Lusia Sudarti Part 01"Yank lama ya perjalanan dari Sumatera ke Jawa?" tanyaku penasaran. Karena aku tak pernah pergi jauh dari kampungku."Nggak kok yank, cuma dua hari satu malam," jawab suami sambil mengukir senyum."Aa-paa, cuma dua hari satu malam?" jawabku dengan rasa tak percaya.Suamiku hanya tersenyum mendengar kata 'tidak' percayaku."Cuma kok dua hari satu malam sih yank?" sungutku sambil cemberut."Uuhh jadi gemeees deh sama Istriku yang cantik ini," goda Suamiku, sembari mencivm keningku."Ihh malu tau, kan banyak penumpang," protesku seraya menoleh kiri dan belakang."Biarin aja, toh mereka juga enggak lihat," ucapnya.Seumur-umur memang aku baru pertama kalinya pergi jauh, bahkan sampai antar pulau seperti saat ini.Maklumlah, aku memang berasal dari keluarga yang kurang mampu.Jangankan untuk jalan-jalan atau sekedar beli pakaian, untuk makan pun pas-pasan.Aku dua bersaudara, satu lagi Kakak laki-lakiku yang kini telah berumah tang