Artan masih betah mengekori Reva yang terus berjalan menuju kamar mandi, letak kamar mandi di rumah Reva berada paling ujung di belakang. Kamar mandi sederhana yang ukurannya sangat kecil, ukuran kamar mandi itu pun hanya cukup untuk dua orang dan itu pun sepertinya harus berhimpit-himpitan.
Kamar mandi dan wc di rumah Reva terpisah, letak wc-nya sendiri pun berada persis di samping kamar mandi. Jangan tanyakan ukuran luas wc itu yang pasti sama besarnya dengan luas kamar mandi.
"Ini wc-nya bos, kalau bos mungkin kebelet buang air besar." kata Reva menunjukkan wc setelah menunjukkan letak kamar mandinya.
"Ah, iya," Artan mengangguk.
Reva kembali melangkah ke kamar mandi dan langsung menimba air di dalam sumur untuk Artan. Artan yang berdiri di depan pintu kamar mandi yang terbuka hanya melihat Reva yang sedang menimba, melihat Reva kelelahan pun perlahan Artan melangkah mendekat setelah menutup pintu kamar mandi.
"Biar aku bantu," ucap Reva m
Artan panik saat pintu kamar Deva di ketuk berulang kali, ia yang memakai celana pendek seperti ini pun rasanya sangat malu untuk bertemu Reva dan keluarganya."Buka!" seruan suara seseorang dari luar yang Artan tahu jika itu suara milik Deva.Artan bisa bernafas lega dan melangkah untuk membuka pintu, Deva baru selesai mandi dan hanya berbalutkan handuk seperti Artan tadi."Kak Artan kok masih disini?" tanya Deva heran.Artan nyengir kemudian ia menunjuk dengan jarinya ke arah celana yang ia kenakan, Deva menyipitkan matanya dan langsung mengerti apa maksud Artan."Sebentar," kata Deva kemudian berjalan ke arah lemari pakaiannya."Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran kakak ku Reva yang memberikanmu celana pendekku. Memang sih ketika aku pakai celana itu tak sependek seperti itu, tapi ya kalau dilihat dari segi tinggi badan aku kalah darimu." ucap Deva entah itu sebuah omelan atau apalah Artan tak tahu, yang pasti Artan hanya mendengarkan
"Mau kemana?" tanya Artan ketika kedua orang tua Reva dan Deva pamit pergi duluan. Sementara Reva akan menyusul nanti setelah siap membereskan semu pekerjaan rumah.Tugas ini biasa dilakukan ibunya ketika Reva di kota, mumpung ada Reva di kampung jadilah ia yang mengambil alih tugas sang ibu."Ibu, ayah, dan Deva berpamitan ingin ke kebun.""Kebun?" ulang Artan."Iya, kenapa?" tanya balik Reva yang sibuk membereskan meja makan dan mengumpulkan piring kotor untuk ia cuci di tempat pencucian.Tidak ada wastafel di rumah Reva, jika ingin mencuci piring atau baju maka di tempat khusus pencucian ini yang sudah di isi air dua ember penuh. Jika airnya habis, maka Reva sekeluarga harus mengambilnya dari sumur dari kamar mandi dan membawanya kesini."Kenapa tidak kamar mandinya saja yang disini? biar tempat ini di belakang bersama wc." tanya Artan sepertinya sudah mode on ke sikap cerewet dan memprotes."Jauh sekali kalau harus mengangkat piri
Saat makan malam berlangsung, tak terlihat sosok Reva berada di tengah-tengah keluarganya. Artan celingak-celinguk ke segala arah mencari keberadaan Reva yang tak terlihat, pantas saja tadi yang memanggil Artan untuk makan malam adalah Deva.Seketika rasa lapar dan selera makan Artan hilang, tak ada Reva berasa kurang lengkap disini. Artan ingin pamit pergi saja untuk tidak makan malam dengan beralasan masih kenyang. Tapi, Artan merasa tak enak jika pergi begitu saja, ibu Reva sudah susah payah memasak demi menyajikan hidangan makan malam ini."Nak Artan, cari siapa? Kok ibu lihat seperti mencari seseorang." tanya ibu Reva yang ternyata sedari tadi memperhatikan gerak-geriknya.Artan tersenyum menggeleng, mengisyaratkan bahwa tidak apa-apa."Cari Reva ya?" tanya ibu Reva kembali dengan tebakan yang luar biasa benar.Artan tersedak air liurnya sendiri saking kagetnya dengan pertanyaan ibu Reva yang tepat sasaran. Deva menyodorkan segelas air m
Dengan langkah malas Reva tetap berjalan membuka pintu kamarnya yang di ketuk seseorang berulang kali, mendengkus kesal dengan orang tersebut yang tidak mau berhenti mengetuk pintu kamarnya dengan cukup kuat. Lihat saja, jika itu si Deva adiknya yang usil maka Reva akan memberi pelajaran pada anak itu."K-kau?" kata Reva dengan suara tercekat ketika membuka pintu kamarnya dan melihat dia disana.Artan berdiri di ambang pintu kamar Reva yang terbuka, menatap Reva dengan tatapan cemas."Kau tidak apa-apa?" tanya Artan khawatir."Hah?" respons Reva bingung. "Aku memangnya kenapa?"Artan menghembuskan nafas beratnya, "tadi ibumu mengatakan jika kau sedang tidak enak badan, makanya kau tidak ikut hadir makan malam. Oleh karena itu aku kesini demi mengecek keadaanmu, kau tahu, jika aku khawatir saat mendengar kabarmu tadi."Kedua mata Reva mendelik kaget mendengarnya, "k-khawatir?"Artan tak menjawab pertanyaan
Reva menurut saja saat Artan menyeretnya untuk ikut ke rumah saudara jauh Johan. sesampainya disana, Reva dan Artan di sambut hangat Lila dan keluarganya. Johan dan istrinya yang duduk bersama keluarga Lila pun tersenyum menatap Reva dan Johan bergantian.Artan mengkode Johan untuk mengajaknya berbicara berdua di tempat lain, Johan yang mengerti pun mengangguk dan membisikkan sesuatu di telinga istrinya. Felly mengangguk mengiyakan seraya tersenyum sebelum Johan melangkah pergi bersama Artan.Felly melangkah mendekati Reva yang tengah mengobrol bersama keluarga Lila selepas Artan berpamitan pergi sebentar padanya.Reva menolehkan kepalanya saat merasakan tangan seseorang menepuk pundaknya, mendapati seorang wanita cantik yang tengah mengandung tengah tersenyum menatapnya."Kamu Reva?" Reva mengangguk."Bisa kita mengobrol berdua di tempat lain?" ajak Felly yang ingin mengobrol berdua bersama Reva.Reva menoleh ke arah keluarga Lila yan
Johan melirik Artan dengan wajah yang senyum-senyum sendiri, Artan yang sedang fokus menatap ke depan tak mengetahui kelakuan Johan yang tersenyum geli melihatnya."Aku tidak menyangka, tinggal dua hari di kampung bisa menjadi seminggu. Waah, hebat!" Artan menoleh saat mendapati ucapan sindiran dari Johan."Katakan saja yang sebenarnya, tak usah pakai acara sindir-menyindir segala, Jo."Johan mendengkus, "ah, syukurlah kalau bos cepat tanggap." cengir Johan cengengesan."Sialan kau!"Johan tertawa mendengar umpatan Artan, "jadi, kapan kita balik pulang ke kota?"Artan tertegun mendengar pertanyaan Johan, pasalnya hingga kini Artan tak tahu kapan mereka akan balik pulang ke kota. Sebenarnya Artan memang sengaja menunda kepulangannya yang katanya akan tinggal di kampung selama dua hari. Tentu saja Artan tahu alasan apa yang membuatnya memperlama masa tinggalnya di kampung adalah Reva. Artan menunggu sampai Reva juga mau pulan
Cinta itu adalah, disaat aku dan dirimu saling membutuhkan. Merasakan rindu yang teramat jika sedang berjauhan, merasa kesal ketika berdekatan.Perasaan berdebar ketika saling menatap, merasakan sakit dan cemburu apabila kau memandang, memikirkan dan membicarakan wanita lain.Tak berkutik bila ada di dekatnya dan menjadi salah tingkah, berdebar ketika mendengar suaranya yang terdengar indah di telinga kita.*****Reva masih terus terbayang-bayang ucapan Felly tadi siang mengenai apa itu arti cinta? Dan lucunya setiap bait demi bait kata-kata Felly, Reva selalu teringat Artan.Arti cinta yang dikatakan Felly kenapa sama seperti dia dan Artan, Reva merasa rindu ketika ia berjauhan dengan Artan dan mereka berdua akan saling adu mulut jika berdekatan.Dan Reva merasakan sakit dan cemburu ketika Artan bersama Niken, Reva memegang dadanya yang terasa sesak saat mengingat kebersamaan Niken dan Artan.Reva terperanjat saat merasak
Reva dan Artan sama-sama tersenyum senang ketika mereka sama-sama yakin dengan perasaan mereka masing-masing. Ya, Artan dan Reva percaya jika mereka saling jatuh cinta.Setelah berpikir satu malaman, akhirnya mereka meyakini perasaan mereka masing-masing. Dan rencananya pagi ini baik Reva maupun Artan akan mulai jujur mengungkapkan isi hati mereka.Ya, tekad mereka berdua sudah bulat!Artan bahkan sampai bermimpi jika ia sudah menyatakan perasaan cintanya pada Reva. Dan betapa bahagianya Artan saat dalam mimpinya Reva menerima serta menyatakan perasaannya jika Reva juga mencintai Artan.Ternyata tak hanya Artan yang bermimpi seperti itu, Reva juga bermimpi hal yang sama seperti Artan.Reva dan Artan sama-sama bangkit dari tidurnya dan melangkah menuju pintu. Dengan gerakan perlahan mereka kompak membuka pintu.Pintu terbuka, Reva dan Artan sama-sama saling menatap ketika pintu sudah terbuka sepenuhnya. Kamar Deva dan