Home / Thriller / Make A Wish (Indonesia) / 10. Kenapa nggak bisa dibuka?

Share

10. Kenapa nggak bisa dibuka?

Author: Apple Leaf
last update Last Updated: 2020-10-27 12:16:42

Kanya POV

“Kay, lo nggak apa-apa? Dia siapa?”

Aku mengatur napasku ketika bertemu dengan Samuel di depan restoran, untuk saat ini aku belum bisa menjawab pertanyaan Samuel. Menggelengkan kepala menjadi hal termudah yang bisa aku lakukan sekarang ini sebagai jawaban. Mataku masih melirik pada Eros yang tengah menatap kami sedari aku turun dari mobilnya. Aku tidak menyangka akan tertidur sampai bermimpi buruk di dalam mobil Eros.

Sungguh hari yang menyebalkan!

Eros menutup kaca mobilnya seraya menyeringai tipis, lantas mobil tersebut melaju menembus keramaian jalanan hingga tak nampak lagi oleh mataku. Masih menatap lurus ke arah mobil yang telah sepenuhnya menghilang dari pandanganku. Karena begitu takut, aku sampai lupa mengucapkan terima kasih padanya.

Tidak, jangan berterimakasih! Dia terlalu menakutkan.

Apalagi ketika aku mengingat telah memeluknya dengan erat dan tak menginginkan dia mati. Mati saja!

“Kay, lo habis nangis?” 

Suara Samuel terdengar khawatir setelah dia memperhatikanku. Bekas air mataku masih membasahi pipi, juga mataku saat ini cukup berat dan sembab apalagi tadi pagi aku sudah menangis cukup lama. Riasanku saat ini pasti sudah hancur.

“Sam, gue mau ke kamar mandi.” 

Aku menutup wajah dengan tas selempangku. Terlalu banyak orang di dalam restoran dan keadaanku saat ini bisa dibilang seperti monster yang baru bangun tidur. Dapat kucium bau asin dari air mata, sedang rambutku berantakan. Mengapa aku begitu terburu-buru ketika turun dari mobil Eros? Lihatlah sekarang orang-orang yang masuk ke dalam restoran menatap aneh padaku. Hal ini sungguh membuatku malu, tapi tetap saja beruntung karena aku tidak pipis di celana akibat rasa takut berlebihan.

“Kay, lo belum jawab pertanyaan gue?!”

Samuel Wijaya mencengkeram pergelangan tanganku, dia menatapku dengan amat serius dipenuhi kekhawatiran yang nampak jelas dari matanya. 

Aku benar-benar lupa kalau dia bertanya khawatir padaku karena aku hanya memikirkan penampilanku saat ini. Rasa takutku sudah lenyap meski belum sepenuhnya sejak mobil Eros menghilang dari pandanganku dan digantikan oleh rasa malu.

“Gue nggak apa-apa, Sam. Tadi pagi gue nangis dan nggak tahu alasannya kenapa. Tadi ... itu ... tadi—”

“Oke, lo ke kamar mandi aja dulu, habis itu tenangkan diri baru cerita.” Samuel Wijaya memotong ucapanku.

Aku seperti sudah kehabisan kata-kata apalagi tadi tenagaku sudah cukup terkuras karena lelah menangisi Eros yang kukira sudah mati. Apa yang harus aku lakukan nanti jika bertemu dengannya, secara sekarang ini dia merupakan tetanggaku?

“Oke, lo duduk aja duluan,” berjalan cepat memasuki restoran seraya menutup wajahku. Sungguh aku sangat malu dengan penampilanku. Saat ini aku setengah berlari meninggalkan Samuel Wijaya yang masih berdiri di depan restoran sembari memainkan ponsel, dia menunjukkan senyum padaku ketika aku menengok ke belakang.

Cepat-cepat membuka pintu kamar mandi dan melihat riasan pada wajahku sudah hancur porak-poranda bagaikan angin topan telah menerjang bumi ini dengan kekuatan yang cukup dahsyat.

Mengapa aku bisa jadi seperti ini?

“Semuanya gara-gara Eros. Tali. Juga mimpi buruk yang nggak berkesudahan.”

Daripada terus memikirkan pria aneh dan tidak jelas itu, lebih baik aku cepat merapikan riasanku. Ketika menyiram wajahku dengan air untuk kedua kali, lampu kamar mandi menyala lantas padam begitu seterusnya seperti ada ada yang memainkan saklar dari lampu tersebut.

Wajahku basah dengan air, kini tanganku bertumpu di atas wastafel saking kesalnya dengan lampu yang menyala dan padam seenak jidatnya.

“Siapa yang mainin saklar lampu?” bentakku keras karena saat ini dalam kamar mandi hanya aku seorang. “Tunggu! Jadi gue sendirian di kamar mandi? Kok gue baru sadar?”

Rasanya aku seperti ingin menangis lagi. Baru kusadari kalau aku sendiri di dalam kamar mandi ini dengan lampu yang sebentar menyala dan sebentar padam. Tidak perlu memperbaiki riasan karena aku sendiri sudah cukup cantik untuk membinasakan para lelaki. Untuk apalagi dipercantik?

Dengan terburu-buru aku mengambil saputangan dari dalam tasku, tidak peduli bagaimana penampilan wajahku saat ini, cukup dengan membasuh wajahku dan menyekanya dengan saputangan putih pemberian dari ibuku.

Sebelum aku dapat keluar dari dalam kamar mandi. Lampu menyebalkan itu telah padam dan tak kembali menyala. Ingin sekali aku berteriak karena rasa kesal juga takut kembali merayapi hatiku yang sedang kesusahan ini.

“Mama, Kanya takut, Ma.” 

Huh? Sejak kapan aku menjadi begitu cengeng? Aku harus keluar dari sini. Aku merogoh ponselku dan menghidupkan aplikasi flashlight pada ponselku, kemudian berlari ke arah pintu. Meraba gagang pintu seraya mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar mandi.

“Kenapa nggak bisa dibuka?” 

Sudah cukup aku sangat kesal. Sekuat tenaga kukerahkan hanya untuk membuka pintu sebuah kamar mandi. Setelah menggunakan usaha yang cukup besar akhirnya pintu tersebut terbuka. Aku lega karena telah melihat sinar dari luar. Segera aku melangkah keluar, namun sesuatu yang cukup dingin rasanya merayap di pergelangan kakiku. Aku bisa merasakan melalui lapisan celana jeans yang aku kenakan.

Menatap ke bawah, sebuah tangan berlumuran darah mencengkeram pergelangan kakiku. Sempat tak dapat berucap untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku tersadar.

“Akh!!!”

Begitu takut hingga aku berteriak kencang mengagetkan pelanggan restoran juga beberapa pelayan menghampiriku ketika berlari mencari Samuel di salah satu meja. Namun, Samuel sendiri yang menghampiriku sebelum aku bisa menemukannya.

“Kay!”

“Sam, ada hantu di kamar mandi!” aku berseru kencang setelah mengagetkan pengunjung restoran dengan teriakanku. Sekarang mereka malah menatapku dengan aneh karena mengatakan ada hantu di kamar mandi. “Gue nggak bohong! Gue lihat sendiri di kamar mandi tangannya berlumuran darah.” Bergidik ngeri ketika aku mengingat tangan hantu yang berlumuran darah.

“Kay, kita duduk dulu.”

“Dasar cewek aneh. Mana ada hantu siang-siang begini.”

“Nggak waras kali.”

Beberapa pengunjung restoran melirik ke arahku sembari berbisik satu sama lain, ada pula yang berbicara keras. Agaknya aku telah mengganggu mereka.

“Duduk, nggak usah dengerin mereka.” Samuel menarik kursi untukku, dia juga memberikan segelas air setelahnya. “Diminum dulu.”

“Makasih, Sam.” 

Satu gelas penuh air dalam gelas tersebut telah aku teguk. Agaknya aku lebih tenang saat ini. Entah tadi adalah halusinasiku saja sama seperti di mobil Eros atau memang aku bisa melihat mereka? Melihat makhluk-makhluk juga benda-benda tak kasat mata? 

“Tadi lampu di kamar mandi hidup terus mati, begitu seterusnya. Gue mau keluar, tapi pas gue keluar ada yang mencengkram pergelangan kaki gue, Sam. Gue udah bilang, kan? Tangan berlumuran darah.” 

Samuel Wijaya hanya menatap bergeming seolah yang baru saja aku katakan hanyalah khayalku semata. Dia tidak percaya padaku saat ini.

“Kay—”

“Gue tahu lo mau bilang apa. Gue nggak gila, Sam. Gue cuma mau bilang tadi kalau ada tetangga baru gue yang mirip banget sama Eros dan sampai di sini gue malah lihat hantu. Lo sebagai teman gue malah nggak percaya sama gue?” aku menggeleng. Tidak ada gunanya lagi berdiam di sini, sedang nafsu makanku sudah hilang. “Gue pergi!” dengan marah aku beranjak dan meninggalkan Samuel Wijaya.

“Kay!”

Bersambung

Kamu merasa sendirian di antara beribu-ribu orang yang mengelilingimu ketika tak satu pun dari mereka yang mempercayaimu, namun ketika satu orang mempercayaimu, duniamu tak akan terasa sepi dan sendirian lagi. — Apple Leaf

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Make A Wish (Indonesia)   67. Apakah dia bermimpi buruk?

    Eros POVKanya sudah tertidur lelap setelah aku membacakan dongeng untuknya. Seperti anak kecil saja, tumben sekali dia memintaku membacakan dongeng untuknya.Kuperhatikan wajah Kanya yang tertidur pulas di atas lenganku. Aku tidak bisa membantu, tapi menanamkan beberapa kecupan pada wajahnya.Sangat manis dan sangat indah. Andai saja aku bisa melihat wajahnya yang tertidur pulas setiap hari; maka hari-hariku akan dipenuhi kebahagiaan, ‘kan?Akan tetapi, masih ada beberapa masalah yang belum selesai. Aku yakin kalau ambisi Siska tidak akan berhenti sampai di sini. Memang dia belum berhenti mengejarku, bahkan setelah aku permalukan.Mungkin saja dia akan menjadi lebih berkulit tebal.“Aku harus bangun dan berbicara pada Rudy, juga kedua orang bodoh itu.”Aku mengangkat kepala Kanya perlahan-lahan dengan lembut, agar dia t

  • Make A Wish (Indonesia)   66. Kamu nakal

    Kanya POVIni seperti mimpi yang aku alami ketika menginap di apartemen Eros, tapi sekarang aku menyaksikan pria itu secara nyata. Aku ragu untuk menceritakannya pada Eros. Takut kalau dia tidak akan percaya pada cerita.Orang-orang menganggapku aneh, menyarankan agar aku menemui psikiater secepatnya. Namun, aku baik-baik saja dan tidak ingin merepotkan diri bertemu dengan psikiater. Apalagi sekarang yang aku lihat bukanlah ilusi, melainkan kenyataan.Tanpa aku sadari, telapak tangan Eros menyentuh pipiku, “Tidak apa-apa Kanya. Aku tahu kamu pasti berpikir kalau aku tidak akan mempercayaimu, ‘kan? Kamu hanya perlu menceritakannya padaku, bukankah kamu tahu kalau aku selalu mempercayaimu? Lalu mengapa sekarang kamu ragu?”Aku menempatkan tanganku di atas punggung tangan Eros, “Aku takut kamu nggak percaya dan menganggap aku gila.”Eros menggeleng, &ld

  • Make A Wish (Indonesia)   65. Tidak ada jejak

    Eros POVPria itu ingin membunuh Kanya?Siapa?Siapa yang berani menyentuh wanitaku?“Tenanglah Kanya. Selama aku ada di sisimu, tidak akan ada yang berani menyentuhmu.”Aku menenangkan Kanya untuk beberapa saat, sambil memeluk dan juga menepuk punggungnya. Tubuhnya yang menggigil ketakutan sudah agak lebih tenang.“Tidak apa-apa, kamu bisa membuka matamu sekarang.”Aku membebaskan diri dari pelukan Kanya, lalu mengamati wajahnya. Matanya masih tertutup dan alisnya yang cantik itu berkerut.Jemari tanganku perlahan menyentuh alis cantik milik Kanya, lalu menekannya dengan lembut dan meluruskannya kembali.Dia tampak ketakutan berlebih. Apa yang sebenarnya terjadi di sana? Kenapa dia mengalami hal-hal tidak terduga yang membuatnya amat ketakutan?“

  • Make A Wish (Indonesia)   64. Siapa yang ingin membunuh kamu?

    Kanya POVSamar-samar aku melihat sinar ketika perlahan-lahan membuka kelopak mataku. Namun, masih terasa berat untuk kubuka, aku membiarkan mataku terpejam kembali selama beberapa saat, sebelum aku siap membuka mataku kembali.Aku merasakan kepalaku seolah terbentur keras ke lantai yang menyebabkan kepalaku saat ini menjadi sakit. Ngomong-ngomong, aku masih memejamkan mata, tetapi kesadaranku telah pulih. Tampaknya aku pingsan dan sangat lama, dapat aku rasakan dari badanku yang mati rasa karena tidak bergerak untuk waktu yang lama.Jika aku mengingat kembali, pada saat itu, aku berada di kamar 333 di dalam gedung Sun dan pria berjas hujan merah itu yang merencanakan semua itu. Pria itu benar-benar nyata, bukanlah ilusiku.Kalau aku katakan pada Eros bahwa, pria itu memang nyata dan berniat untuk membunuhku; apakah dia akan percaya padaku? Ataukah dia akan menatapku dengan sorot mata jijik?&

  • Make A Wish (Indonesia)   63. Aku berhasil

    Eros POVHuh!Aku berhasil!Pada akhirnya, aku berhasil meyakinkan kakek. Kalau saja kakek mau mendengarkanku sejak awal, maka aku tidak perlu mengeluarkan usaha untuk menolak dan mempermalukan Siska.Meskipun begitu, aku cukup senang telah memberikan balasan pada wanita ular itu. Setelah aku keluar dari ruangan kakek, aku mendengar Siska menangis tersedu-sedu. Akan tetapi, aku sama sekali tidak peduli, dan membiarkan kakek mengatasinya sendiri.Kakek yang memulainya dan memberikan harapan pada Siska, maka itu bukanlah urusanku lagi.Aku harap kakek tidak akan mengubah pikirannya lagi karena air mata wanita itu. Bahkan air matanya tidaklah keluar dari lubuk hatinya. Maksudku, dia sama sekali tidak tulus dan hanya berpura-pura saja.“Aku harus merayakannya dengan Kanya. Bagaimana kalau mengajaknya makan malam?”

  • Make A Wish (Indonesia)   62. Gue ga takut

    Kanya POV“Sial!”Aku memaki, dan mencoba membuka pintu itu, berusaha dengan sekuat tenaga, tapi melebihi kemampuanku. Sepertinya aku akan terjebak di sini kalau dua bodyguard itu tidak datang untuk menolongku.Rupanya benar semua ini adalah jebakan. Namun sampai sekarang tidak ada yang keluar dan mereka benar-benar menakuti.“Keluar kalian semua! Gue bakal lapor polisi setelah gue keluar dari sini.”“Keluar dari sini?”Jantungku tiba-tiba hampir berhenti berdetak, mendengar pertanyaan dari suara yang begitu dingin. Perlahan tengkuku mulai dingin, keringat dingin juga sudah membasahi dahi, apalagi tubuhku. Layaknya dimandikan oleh keringat akan ketakutan.Aku tidak bisa bohong kalau saat ini, begitu sulit bagiku untuk sekadar menelan saliva. Tubuhku perlahan-lahan menggigil ketika kesadaranku telah kemb

  • Make A Wish (Indonesia)   61. Membiarkan Eros memilih

    Eros POVAku keluar mengejar Siska untuk melihat aktingnya. Dia berjalan agak lambat sambil menangis tersedu, memperlihatkan pada mereka semua kalau aku telah membuatnya kecewa. Hatinya pasti sakit, seperti ditusuk-tusuk ribuan kali.“Pak Direktur.”“Kayaknya mereka berantem.”“Kita pura-pura nggak tahu saja.”“Tapi, tadi sekretaris Siska bilang; wanita itu. Maksudnya Pak Direktur punya wanita lain?”“Pak Direktur selingkuh?”“Shht! Diam semuanya.”Aku dapat mendengar semua yang mereka bisikkan. Siska juga pasti dengar dengan jelas, dan aku sudah dapat mengira ekspresinya saat ini. Dia pasti senang dan mengira kalau akan menyesal, sehingga aku keluar untuk menyusulnya. Aku mau lihat seberapa bagus aktingnya.Siska berhenti, la

  • Make A Wish (Indonesia)   60. Ngumpet

    Kanya POVAku bosan diganggu oleh wanita itu, dengan berat hati aku memutuskan untuk pergi ke gedung Sun. Memang tidak jauh dari gedung apartemenku, tapi aku menggunakan taksi juga.Entah apa yang akan aku temukan di sana karena wanita itu mengatakan paket itu penting, dan juga berhubungan dengan sahabatku, tapi aku hanya punya satu sahabat di sini, dan itu adalah Samuel. Dia sedang di luar kota sekarang, dan sakit pula.Kemungkinan ada yang mengirim paket padanya, dan meninggalkannya di gedung Sun, atau mungkin ada yang berniat jahat pada Samuel.Sepertinya aku harus mencari tahu, dan keputusanku untuk datang mungkin bisa benar, bisa juga salah. Serius, aku tidak tahu apa yang menungguku di dalam sana.Aku sudah berada di depan gedung Sun, dan dua bodyguard itu tengah mengawasi aku dari jauh. Jika terjadi sesuatu padaku, mereka bisa menolongku dan juga menelepon Eros kalau aku t

  • Make A Wish (Indonesia)   59. Menghancurkanmu jika perlu

    Eros POV“Eros!” Siska menggebrak meja.Amarahnya tampak menggebu-gebu. Tadi dia bersikap layaknya seorang istri yang dibuang oleh suaminya. Benar, tadi dia hanya berakting polos di depan kakek. Wanita ular tetaplah wanita ular, dia tidak akan bisa menjadi manusia seutuhnya.“Heh, sudah selesai berakting?” aku mencibir.Wanita ini penuh akan kepura-puraan. Dia tidak perlu diberikan hati sama sekali. Mereka semua buta setelah melihat wajah polos dan aktingnya. Namun, dia tidak akan bisa membohongiku, mau sekeras apa pun dia berusaha.Sekarang sudah terlihat jelas kalau dia marah setelah aku permalukan di restoran tadi. Dia sendiri tidak menolak ketika kakek mengajaknya, dan malah dengan senang hati menerima. Aku tidak segan untuk mempermalukannya di depan banyak orang.Mungkin lain kali, aku akan mempermalukannya lebih dari ini agar kes

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status