Beranda / Lainnya / Malaikat Maut Sang Pelakor / Pengembangan Kasus Pembunuhan Pelakor

Share

Pengembangan Kasus Pembunuhan Pelakor

Penulis: Sastra Inema
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-13 19:55:39

Sshhhh!

Kembali terdengar suara mendesis dari bagian belakang rumah Ridho. Tentu saja, hal itu membuat Ranti semakin penasaran.

"Rend, apa yang mendesis itu? Kok, seperti suara ular?" akhirnya Ranti mengungkapkan rasa penasarannya.

"Oh! Iya, Kak! Itu memang suara ular kobra," Ridho yang menjawab seraya menatap ke arah Narendra, yang langsung mengedipkan mata seperti memberi kode.

"Buat apa kamu piara ular berbahaya itu?" tanya Ranti lagi, menatap Ridho penuh rasa penasaran.

"Anu, Kak! Bukan melihara, tapi_," Ridho menelan salivanya sebelum melanjutkan bicara.

"Lantas?" Ranti tidak sabar menunggu kelanjutan ucapan teman adiknya itu.

"Jadi, ular itu saya tangkap di hutan untuk dijual kembali, Kak," jawab Ridho lagi.

"Wow! Kamu tangkap sendiri? Apa nggak takut?" tanya Ranti super heran.

"Ada tekhniknya sendiri, Kak. Nggak bisa sembarang," jawab Ridho lagi mencoba memberi penjelasan.

"Hiiiii_!" Ranti bergidik ngeri, meski dalam hati ada terbersit pemikiran yang lain.

Ranti kembali ingat tujuannya ke rumah itu untuk bertemu dan bicara dengan adiknya, Narendra.

"Rend, Kakak ingin bicara sedikit sama kamu!" kata Ranti kemudian.

Narendra mengangguk dan mengajak kakaknya ke halaman belakang, dimana hanya ada mereka berdua dan beberapa kandang besi tempat meletakkan beberapa ekor ular yang kelihatan masih sangat ganas itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Narendra saat mereka berdua telah berada di halaman.

"Kamu tau tentang kabar kematian seorang gadis di villa hari ini?" tanya Ranti hati-hati dengan tatapan penuh selidik. Matanya menatap tajam, tepat ke manik mata adik satu-satunya itu.

"Kematian apa, Kak? Kematian siapa?" tanya Pemuda tampan berkulit coklat itu dengan tatapan bingung.

Melihat wajah polos adiknya, Ranti pun terdiam.

"Ya, udah kalau kamu nggak tau. Kakak pergi dulu," ucap Wanita yang masih terlihat cantik dan ramping itu meskipun telah melahirkan satu orang anak.

Narendra mengangguk, masih dengan tatapan bingungnya.

"Iya, Kak, sebenarnya ada apa?" tanya Narendra penasaran.

"Sebaiknya kamu pulang aja dulu kalau memang udah selesai ngojeknya!" perintah Ranti tanpa menjawab pertanyaan Narendra.

Ranti segera memacu kembali kuda besinya menuju rumah Intan. Dia masih ingin mencari tau apa yang terjadi sebenarnya dengan sahabatnya itu, apalagi sampai dipanggil ke kantor polisi.

***

Narendra kembali masuk ke dalam rumah Ridho dengan tatapan yang agak linglung. Sepertinya, dia masih belum mengerti maksud dan arah pertanyaan kakak perempuannya.

"Eh, Bro! Kenapa jadi linglung begitu?" tanya Ridho sambil menepuk keras bahu temannya itu.

"Nggak tau, aku cuma bingung aja sama pertanyaan kakakku tadi_," jawab Narendra dengan galau.

"Pertanyaan apa?" tanya Ridho penasaran.

Narendra menatap sekilas pada temannya dan memandang lurus pada sebuah Televisi yang ada di tengan ruangan.

"Coba tolong hidupin Televisi, deh, Bro! Siapa tau ada berita menarik," Narendra malah mengalihkan pembicaraan dan menunjuk ke arah tabung kaca yang bisa bersuara di depannya.

Ridho segera meraih remote control yang tergeletak di atas nakas dan memencet tombol power on.

"Seorang wanita muda ditemukan tewas dengan kondisi tubuh yang membiru di sebuah Villa. Diduga korban meninggal karena keracunan atau sengaja diracun oleh seseorang. Sementara di atas tubuh korban ditemukan secarik kertas bertuliskan Pelakor, yang ditulis dengan tinta merah. Kasusnya saat ini masih dalam pemeriksaan pihak kepolisian. Menurut Inspektur Andika, kasus ini adalah kasus kedua yang terjadi dengan modus operandi yang sama dalam dua bulan terakhir. Pihak kepolisian sedang mengembangkan kasus pembunuhan berantai ini."

Narendra dan Ridho menyimak dengan fokus berita yang baru saja ditayangkan oleh Presenter cantik di layar kaca.

Kening Narendra berkerut sesaat, dia menatap seraut wajah tampan Inspektur Andika yang sedang membuat pernyataan di depan para wartawan.

Bibir pemuda berkulit coklat itu terkatup rapat. Dia masih ingat kalau nama Polisi itulah yang pernah disebutkan oleh kakaknya, Ranti, saat pemeriksaan terhadapnya di kantor polisi.

"Hmmm, sepertinya dia terlihat cerdik," gumam Narendra tak jelas.

"Apa Rend?" tanya Ridho menoleh ke arah temannya yang masih fokus pada berita yang ditayangkan.

Narendra tidak menjawab, dia hanya melirik sesaat kemudian fokus lagi pada benda tabung di depannya.

***

Ranti kembali ke rumah Intan, berharap sahabatnya itu telah kembali ke rumahnya.

Tak lama setelah wanita cantik itu tiba di rumah sahabatnya, dia dikejutkan oleh kedatangan mobil polisi yang tiba-tiba berhenti di hadapannya, tepatnya di depan rumah Intan.

Intan dan Gunawan, suaminya, keluar dari dalam mobil polisi tersebut dengan lesu diiringi oleh Inspektur Andika yang ternyata ikut dalam mobil tersebut.

Ranti sempat terkesiap melihat kehadiran sang Inspektur Polisi tampan tersebut.

Andika menatap tajam ke arah Ranti dari bailk topi polisinya.

Ranti semakin gugup, dia pun mengangguk hormat pada kepaal polisi yang tampan itu.

"Selamat siang, Pak!"

Ranti mengangguk hormat dan tersenyum ke arah Andika yang dibalas dengan anggukan ramah dari kepala polisi tampan itu.

"Hmm, lumayan ganteng juga nih kalau senyum," kata hati Ranti,"Ups!"

Refleks Ranti menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya, padahal dia hanya bicara dalam hati.

"Bu Ranti, masih ada hubungan dengan keluarga Pak Gunawan dan Bu Intan?" tanya Inspektur Andika tiba-tiba, membuat Ranti agak terlonjak kaget.

"Intan itu sahabat saya, Pak!" jawabnya dengan agak gugup sambil memandang tepat ke mata Andika yang juga tengah menatapnya.

"Eh! Maaf, Pak ... Bapak tidak sedang menginterogasi saya, kan?" tanya Ranti dengan berani karena merasa tatapan Andika yang penuh selidik.

"Tenang Bu Ranti, saat ini saya saya bertanya sebagai kenalan saja, bukan sebagai petugas negara," jawab Andika sambil melempar senyum ke arah Ranti yang masih menatap tanpa ekspresi.

"Ranti, ayo masuk!" Intan memutus pembicaraan keduanya yang nampak sedikit kaku.

"Baiklah, Pak Gunawan dan Ibu Intan, terima kasih sudah bersedia memenuhi panggilan kami. Kalau begitu saya pergi dulu," pamit Andika pada Gunawan dan Intan seraya memberi hormat sebagaimana biasa.

"Sama-sama, Pak Andika," jawab keduanya hampir bersamaan.

Inspektur Andika pun masuk kembali le dalam mobil sambil melirik ke arah Ranti yang melangkah mengikuti Intan.

Tatapan matanya yang tajam seperti sedang menyeildik.

Sebagai seorang kepala polisi yang sudah terlatih, dia pasti akan memperhitungkan setiap kemungkinan yang berhubungan dengan sebuah kasus, apalagi saat ini bukan kasus biasa, tapi kasus "Pembunuhan Berantai".

***

"Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini, In?" tanya Ranti saat mereka telah berada berdua di kamar Intan, usai istri Gunawan itu menceritakan semua tentang kejadian pagi ini.

"Entahlah! Beruntung saat kejadian aku punya alibi bahwa aku sedang dikejar oleh Gunawan," jawab Intan menerawang.

Ada rasa sakit menyesak dalam dadanya setiap kali mengingat keintiman Gunawan dan Aida tadi.

Tapi dia juga tak menyangka akan terseret dalam kasus pembunuhan gadis sekretaris itu.

Dia berusaha mengingat lagi kejadian tragis yang menimpa Aida, selingkuhan suaminya.

"Oh, tunggu! Aku ingat sesuatu_! Tiba-tiba Intan bangkit dan melompat dari posisi duduknya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Kisah Sedih Ridho

    Ridho mengernyitkan keningnya samar, baru kemudian menjawab dengan tenang."Mau berapa lagi yang Lu eksekusi, Bro?" tanyanya pelan. Tangannya masih sibuk mengelus kepala Si Jago miliknya. Sesaat kemudian dia berjalan ke arah kandang dan melepaskan ayamnya dalam kandang tersebut.Kukkuruyuuukkk!Terdengar suara lantang ayam tersebut, seolah kembali menantang lawannya.Ridho berjalan ke arah Narendra yang mulai terlihat sinis dengan mata merahnya. Sepertinya, minuman berkonsentrasi alkohol tinggi mulai menguasai dirinya."Hahaha! Kalau perlu gue akan buat semua jenis orang kayak gitu mampus di tangan gue!" ucapnya dengan lantang.Ridho yang menyadari situasi itu segera menutup mulut Narendra dengan tangan kanan dan menyeret tubuh sahabatnya untuk segera masuk ke dalam rumah."Gila, Lu! Jangan teriak-teriak di luar. Lu mau semua orang tahu dan dengerin omongan lu yang mulai ngaco! Udah, mending Lu istirahat dulu, deh. Tar kalau udah sadar gue ajakin liat target!" ucap Ridho, mendorong t

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Penangkapan Pak Surya

    Andika melepaskan tembakan ke udara untuk menghentikan gerakan seseorang yang terlihat sedang berusaha melarikan diri.Polisi segera mengejar ke arah suara itu."Berhenti atau kami tembak!" Kembali Andika berteriak dengan lantang. Namun orang yang berpakaian serba hitam yang baru saja melompat melalui jendela dati kamar bagian belakan rumah Ranti, sama sekali tidak mengindahkan seruan tersebut."Satu ...,""Dua ...,""Ti ... ga!"Dorrr! Dorr!"Aahhhh ...!" terdengar suara teriakan orang tersebut berbarengan dengan jeritan Bu Diah yang menyaksikan langsung peristiwa itu.Seketika, orang berpakaian serba hitam dan memakai penutup wajah yang berwarna hitam pula itu jatuh terduduk sambil memegangi kaki kanannya yang terkena peluru dan mengeluarkan banyak darah.Andika dan anak buahnya segera menghampiri orang tersebut."Siapa kamu!" bentak Andika dan memberi isyarat pada Letnan Ardi untuk membuka penutup kepala orang tersebut.Seketika, mereka semua terkejut melihat wajah yang ada di bali

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Pengejaran

    "Itu ... itu cleaning servis yang ada di depan ... jangan-jangan dia pelakunya!" Suster Murni berseru dengan lantang, telunjuknya menunjuk tepat ke wajah orang yang sedang dizoom oleh Letnan Ardi pada layar monitor.Seketika Inspektur Andika dan Letnan Ardi fokus menatap pada Suster Murni."Maksud Suster ... Anda pernah melihat orang ini juga sebelumnya?" tanya Andika dengan penuh selidik."Iya ... iya, saya yakin bertabrakan dengan cleaning servis ini sesaat sebelum peristiwa itu terjadi," jawab Murni dengan sangat yakin."Tunggu dulu! Di sini kita lihat dia baru berjalan masuk ke dalam rumah sakit. Ini berarti tiga puluh lima menit sebelum tewasnya Ibu Vira. Kita lihat, dia tidak mengenakan seragam cleaning servis rumah sakit ini. Coba cari gambar orang ini di tempat lain sekitar rumah sakit!" perintah Andika sedikit bersemangat karena mulai menemukan titik terang."Kita zoom dulu wajahnya!" seru Andika lagi, hampir saja terlupa."Gambarnya sedikit blur, Pak. Apalagi dia menggunaka

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Vira Tewas Terbunuh

    Murni segera berlari kembali menuju kamar Vira.Apa yang dilihatnya sungguh membuat jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya.Tampak di atas kasur, tubuh Vira yang sedang menggelepar seperti ikan kehabisan air.Posisi kepalanya berada di sisi pembaringan, sementara tubuhnya telentang di atas kasur.Wajahnya membiru dengan mata mendelik. Dari sudut bibirnya keluar busa yang langsung jatuh ke lantai. Tangannya memegangi leher seperti mencekik diri sendiri, padahal mungkin sedang mencari udara untuk bernapas."Ya, Tuhan! Panggil Inspektur Andika ... cepat!" teriak Murni, entah pada siapa. Tersadar, dia langsung memencet bel pemanggil Dokter dengan panik."Kecolongan, Dok! Kita kecolongan. Padahal baru saya tinggal beberapa menit. Saya pikir masih ada polisi yang berjaga di sekitar kamar Ibu Vira!" teriak Murni panik saat Dokter Widya yang menangani Vira saat ini datang. Tanpa banyak bicara Dr. Widya langsung memeriksa kondisi Vira yang masih sekarat, tubuhnya dangat lemah dan n

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Bukti yang Hampir Terungkap

    "Selamat pagi Bu Vira, saya Inspektur Andika dari kepolisian. Bagaimana kondisi Ibu saat ini?" tanya Andika setelah memberi hormat dan berdiri di samping pembaringan Vira.Perlahan, Vira memutar kepalanya yang sedang menatap dinding kamar VIP di rumah sakit kepolisian. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat itu.Sesaat, ia nampak bingung dan mengerutkan keningnya."Saya ada di mana, Pak Polisi? Apa yang terjadi sama saya?" tanyanya dengan linglung, membuat Andika sedikit terhempas, raut wajahnya seketika berubah kelam.'Jangan-jangan dia amnesia?' bisiknya dalam hati."Apa Ibu tidak ingat kejadian apa yang membuat Ibu masuk rumah sakit ini?" tanya Andika masih dengan penuh harapan.Di mana suami saya, Pak, apa dia baik-baik saja?" Kembali pertanyaan Vira membuat Andika mulai kehilangan semangat. Tapi sebagai seorang polisi yang berpengalaman, dia tidak boleh menunjukkan kegelisahannya pada anak buahnya yang ada di ruangan itu."Baiklah, sebaiknya Bu Vira istirahat dulu supaya tenan

  • Malaikat Maut Sang Pelakor    Petunjuk Baru

    "Orang itu siapa, Yah?" Ranti mengernyitkan kening, menunggu ayahnya melanjutkan penuturannya.Namun, tampaknya sulit untuk Pak Surya mengatakan apa yang dia ketahui."Dia ... Ayah juga tidak tahu!"Akhirnya, hanya ucapan itu yang terucap dari bibir tuanya. Lelaki paruh baya itu segera melangkah pergi menuju ruang dalam. Sekilas dia melirik ke arah kamar putranya, Narendra.Langkahnya terlihat gontai, seperti sedang ada yang dipikirkan, tatapan matanya begitu rumit.Krietttt!Tiba-tiba, pintu kamar Narendra terbuka dan muncul sosok tampan itu di depan pintu kamar."Bu, mau sampai kapan laki-laki itu di sini?" tanyanya dengan sinis.Matanya berkilat seperti pedang yang siap menebas punggung Pak Surya yang sempat menghentikan langkahnya sejenak saat mendengar suara putranya."Rend, jangan seperti itu, Nak! Biar bagaimanapun dia tetap ayahmu ... sebenci apapun harus tetap menghormatinya," ucap Bu Diah dengan lembut. Jemarinya menepuk sofa di sampingnya, memberi isyarat agar Narendra dud

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status