bab ke berapa ini xixixix đ„š selamat malam đ selamat istirahat đ€đŽ
Tak ada kata yang keluar dari bibir kedua orang tua Leah. Mereka terpancang berdiri di sana. Barangkali menyadari sebesar apa pesona Evan Lee saat berbicara tetapi hanya diam saja selama ini sebagai sebuah bentuk penghormatan.Di belakang punggung Evan, gadis itu menangis. Seolah apa yang sedang dikatakan oleh Evan itu adalah apa yang dirasakan olehnya selama ini.âSaya tidak masalah dihina,â ucap Evan kembali. âSaya memang terbiasa dihina dan direndahkan sejak dulu. Tapi tolong jangan menyakiti Leah.âMasih tak ada suara dari beliau berdua, tetapi karena Leah menarik pakaian pasien yang ada di punggung Evan seakan mengisyaratkan agar mereka segera pergi dari hadapan orang tuanya, Evan pun mempersingkat pertemuan itu dengan segera.âMaaf, saya tidak bermaksud lancang, tapi setelah ini ... tolong izinkan saya saja yang menjaga Leah dan mendampinginya selama sisa usia. Terima kasih.âEvan masih dengan sopan menundukkan kepalanya.Lalu ia menoleh ke belakang, menarik Leah dan mengambil j
Beberapa saat sebelum Liora melihat Evan dan Leah di lorong rumah sakit ........Di dalam kamar rawatnya, Evan bisa melihat Leah yang mengeluarkan beberapa kotak makanan, yang ditatanya dengan rapi di atas meja saat mereka duduk berdampingan di sofa.âKenapa banyak sekali?â tanya Evan, memandang makanan yang dibawakan oleh kekasihnya itu kemudian memandang pada si pemilik wajah cantik yang tersenyum kala menjawab, âTidak apa-apa, aku beli di temanku yang menjualnya, karena harganya murah jadi aku membeli banyak. Biar kamu tidak bosan dengan makanan rumah sakit.ââTerima kasih,â balas Evan. âAku baru makan, boleh aku simpan dulu dan aku makan nanti, âkan?âLeah mengangguk, âBoleh saja ... habiskan nanti hm?ââIya. Tapi sepertinya besok kamu tidak perlu lagi melakukan ini, Leah.ââKenapa?ââKalau hasil pemeriksaan cederaku sudah memiliki nilai pulih di atas delapan puluh persen, aku sudah diperbolehkan pulang,â jawab Evan.âAh ... bukankah itu sangat melegakan? Artinya kamu bisa tidur
Untuk sesaat Julia duduk membeku di tempatnya. Ia memandang Adrian yang seringainya masih tercetak dengan jelas di sudut bibirnya yang kembali ia basahi dengan cocktail pesanannya.âTidak mungkin!â kata Julia seagai sebuah bantahan. âMana mungkin Liora sudah melahirkan?âIa menolak kenyataan bahwa Kayden Baldwin telah memiliki hidupnya yang sempurna, memiliki keluarga yang ia damba yang diberikan oleh jalang bernama Liora Serenity.âMemangnya kamu tahu dia hamil sejak kapan?â balas Adrian lalu terkekeh. âLagi pula ... ada banyak kelahiran prematur di dunia ini, Julia. Jangan bilang kamu tidak tahu.âAdrian mengejeknya, harusnya ia marah pada pemuda di sebelahnya ini. Tapi anehnya ... ia malah marah pada Liora.Liora ... Liora!Tidak bisakah gadis itu mati mendadak sehingga namanya tidak akan menyakiti telinganya lagi?Saat Julia berpikir gadis itu telah mati, rupanya ia masih hidup, melahirkan anak, dan menemani Kayden?Adrian benar, kurang kalah telak apa ia sekarang ini?!Bukankah h
Liora perlahan menoleh pada Kayden, mengulang apa yang baru saja pria itu katakan, âA-apa kamu bilang? Sayangku?âSedang yang ditanya mengangguk dengan tanpa beban, âApakah ada yang salah dengan itu?ââTiba-tiba saja?ââApakah tidak boleh?ââSedikit ... mengejutkan,â jawab Liora.âJadi apakah aku boleh pergi ke kamarmu?ââTidak.â Liora menyahutnya dengan cepat, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Ia bergegas pergi dari sana karena dadanya sudah terasa sakit dan ... penuh.Alasan ia harus kembali ke dalam kamar adalah karena ia harus mengeluarkan air susunya lagi.Ia meninggalkan Kayden yang matanya mengerjap pelan, berusaha memanggilnya akan tetapi Liora sudah tidak lagi menoleh.Di dalam kamar rawat saat ia tiba di sana, Liora mengancing pintunya. Mengantisipasi seandainya Kayden mengikutinya dan mendadak masuk saat ia belum selesai.âRasanya malu kalau ada yang melihat,â gumam Liora seorang diri.Ahh ... sangat lega saat air susu miliknya keluar, waktu yang tepat untuk
Seperti yang semalam dijanjikan oleh Liora dan Kayden, pagi ini mereka pergi ke NICU untuk melihat bayi mereka yang sedang ada di dalam sana.Saat mereka tiba, ada pemandangan yang menyita perhatian. Bahwa telah berdiri seorang pemuda dengan kaki yang masih dibantu oleh ankle brace yang menatap bayi kembar di dalam sana dengan senyum yang merekah.Evan Lee."Kamu di sini?" sapa Kayden yang berjalan di samping Liora. Pagi ini ia sudah tak lagi ada di kursi roda seperti sebelumnya."Hanya mampir," jawab Evan, menoleh pada mereka. Ia menundukkan kepalanya di depan Liora dan Kayden saat mereka telah berhadapan."Saya bosan di dalam ruangan terus, lalu berjalan-jalan dan mencari inspirasi apa yang sekiranya bisa saya lakukan untuk membuat Allenâ" "Ekhem!" Kayden berdeham, membuat Evan berhenti bicara.Liora menoleh bergantian pada dua pria itu, menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu "Maksudnya, sambil mencari inspirasi untuk membelikan hadiah buat si kembar," ralat Evan.Liora pikir
"Akhh!" Di bawah kakinya, Don merintih semakin keras. Ia hendak melawan tetapi sadar tak memiliki banyak ruang.Selain kedua tangannya yang terborgol, posisinya pun juga tidak menguntungkan.Evan bisa bergerak leluasa, pemuda itu seakan bisa membaca apa yang ia pikirkan sebab setiap kali ia bergerak, bahkan jika itu hanya beberapa inchi saja, maka tekanan yang diberikan oleh kakinya akan semakin kuat.Benar memang kaki sebelah kanan Evan itu disebutnya patah, tapi pemuda itu memiliki tenaga cadangan yang membuat Don terengah-engah kehabisan napas."Jawab!" ucap Evan sekali lagi, bernada hardikan, mengakibatkan gema kembali terjadi di setiap penjuru ruangan. "Atau sebenarnya kamu mau memilih yang ke dua? Menekan ulu hatimu sampai pecah dengan menggunakan kaki meja?!""T-tidakâ" rintihnya sebagai balasan. "Tapi sebelum itu akuâaakk!"Don berteriak saat Evan menekannya semakin kuat.Suaranya sama kejamnya seperti sebelumnya saat mengatakan, "Kamu tidak bisa mengajukan negoisasi, aku yang