Share

Bab 7

Penulis: Dania Zahra
Annie sebenarnya datang dengan alasan mengantarkan dokumen, tapi tujuan utamanya adalah untuk meminta maaf lagi kepada Preston. Kesalahan kecil yang dia buat itu terlalu merusak citranya dan dia tidak ingin Preston menganggapnya sebagai orang yang ceroboh.

Meskipun kesalahan itu memang sengaja dibuat untuk menjebak Livy, Annie terpaksa mengakui bahwa kejadian itu adalah ketidaksengajaan di hadapan Preston. Hanya saja, Annie tidak menyangka bahwa Livy berada di ruangan Preston selama itu.

"Kamu ngobrol apaan sama Pak Preston di dalam? Kenapa bisa selama itu?" Annie menatap Livy dengan tajam. Wajahnya tampak kesal dan hatinya merasa tidak nyaman.

Saat teringat dengan Livy yang menggagalkan rencananya di resor malam itu, emosi Annie langsung memuncak. Orang yang seharusnya bersama Preston malam itu adalah dirinya, bukan Livy. Annie telah berusaha keras untuk melancarkan rencananya. Dia bahkan berhasil mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Preston.

Tepat pada saat Preston mulai bereaksi, Annie sudah siap mendekatinya. Namun, dia tiba-tiba melihat Livy ditarik oleh Preston masuk ke kamar. Perasaan benci itu langsung membara dalam hati Annie! Dia benar-benar murka!

"Nggak bicarakan apa pun ...," jawab Livy terbata-bata, "Cuma ... masalah pekerjaan."

Desas-desus tentang Annie dan Preston memang banyak beredar di perusahaan. Ketika Livy baru bergabung ke departemen sekretaris, dia juga mendengar orang-orang membicarakan bahwa Preston sebenarnya sudah memiliki hubungan dengan Annie.

Namun, rumor itu langsung dipatahkan oleh Preston sendiri di salah satu acara tahunan perusahaan. Dia mengklarifikasi secara langsung bahwa mereka tidak punya hubungan khusus apa pun.

Livy masih ingat jelas ekspresi Annie saat itu. Dia tetap menampilkan senyumannya yang anggun. Namun sebagai sesama wanita, Livy bisa merasakan bahwa Annie sebenarnya sangat canggung dan kecewa. Tidak akan ada yang percaya jika Annie tidak memendam perasaan pada Preston.

Mengingat hal ini, Livy merasa semakin canggung. Dia telah tidur dengan pria yang diam-diam disukai Annie, bahkan menikah dengannya. Jika Annie tahu tentang hal ini, apakah dia akan marah besar dan ingin mencekiknya?

Namun, apa yang Livy katakan barusan bukanlah kebohongan. Dia memang mendapat tugas untuk bertemu dengan ayah Preston dan itu termasuk dalam ruang lingkup pekerjaannya. Hanya saja, tugas itu memang bukan pekerjaan utamanya.

Sayangnya, sikap gugup Livy di mata Annie justru menimbulkan kesalahpahaman lainnya.

"Urusan pekerjaan?" Annie menggertakkan gigi dengan geram. "Livy, sudah berapa lama kamu kerja di sini? Atasan langsungmu itu aku! Kalaupun Pak Preston mau memberikan tugas, nggak mungkin dia melangkahi aku. Kalau mau bohong, setidaknya yang pintar!"

Ekspresi Livy sontak berubah drastis dan wajahnya memucat.

Apakah Annie tahu sesuatu? Ya, mungkin saja. Annie dan Bendy selalu berada di sisi Preston sebagai tangan kanannya. Mereka adalah dua orang yang paling dipercayai Preston di perusahaan. Jika Bendy tahu tentang pernikahan rahasia ini, tidak mengherankan jika Annie juga mengetahuinya.

Livy menggigit bibirnya, lalu menunduk dan meminta maaf dengan suara pelan, "Maaf, Bu Annie. Aku nggak bermaksud menyembunyikannya darimu. Ini semua adalah perintah Pak Preston dan dia memintaku untuk menjaga rahasia. Jadi, aku nggak bisa banyak bicara."

Meski tidak jadi dipecat, Livy masih harus tetap bekerja di bawah pimpinan Annie. Jadi, dia tidak mungkin membuat Annie tersinggung. Jika tidak, entah berapa banyak penderitaan yang akan dialaminya ke depannya.

Livy merasa semakin tertekan, sedangkan Annie sudah hampir meledak saking marahnya. Melihat Livy yang tampak begitu lembut dan tak berdaya, ingin sekali rasanya Annie merobek topeng kepura-puraan Livy.

"Kamu lagi pamer sama aku ya?" tanya Annie dengan nada menggertak.

Padahal dirinya sudah bersusah payah merancang semuanya, tetapi akhirnya malah membawa keuntungan bagi orang lain dan dia terpaksa menelan semua kekalahan ini sendirian. Jika Preston sampai tahu bahwa Annie yang menambahkan sesuatu pada minuman malam itu, konsekuensinya akan sangat parah.

Annie menarik napas dalam-dalam seraya menahan emosinya, lalu berkata dengan nada dingin, "Kuberi tahu ya, Livy. Jangan mengira kamu bisa naik status hanya dengan kecantikanmu itu. Pak Preston cuma tertarik sesaat saja."

"Kalau kamu terus-menerus berharap naik pangkat dengan menggunakan tubuhmu, cepat atau lambat, perusahaan akan menyingkirkanmu!"

Annie bertekad untuk menyingkirkan Livy begitu mendapatkan kesempatan. Dia yakin, satu-satunya wanita yang pantas berada di sisi Preston adalah dirinya.

Livy hanya terdiam karena kehabisan kata-kata. Annie tidak memedulikan Livy lagi dan langsung melangkah pergi dengan sepatu hak tingginya.

Livy kemudian berjalan menuju lift dan kembali ke kantor sekretaris. Setibanya di sana, Ivana segera menghampirinya dan bertanya, "Livy, ke mana saja kamu? Kenapa lama sekali baliknya?"

Livy merasa agak canggung, tetapi kemudian berhasil menenangkan diri dan menjawab dengan jujur, "Aku dipanggil Pak Preston, dia membantuku membatalkan pengajuan pemecatan."

"Hah?! Pak Preston sendiri yang membantumu? Dia mau mempertahankanmu?" Mendengar hal itu, Ivana menunjukkan ekspresi aneh yang bercampur antara penasaran dan gembira. Dia menurunkan volume suaranya dan bertanya dengan perlahan.

"Livy, kamu benaran dekat sama Pak Preston ya? Dulu, Pak Preston nggak pernah ikut campur sama keputusan apa pun yang dibuat sama Bu Annie. Apalagi, ini cuma masalah kecil tentang pemecatan seorang sekretaris? Kamu harus cerita padaku, apa yang terjadi sebenarnya? Sejak kembali dari resor, kamu jadi aneh, lho ...."

"Nggak, kok. Kamu nggak usah mikir berlebihan," sergah Livy sambil menggeleng.

Setelah berpikir keras, Livy akhirnya menemukan alasan untuk menjelaskannya. "Kali ini memang kesalahan dari Bu Annie. Dia menyadari kesalahannya dalam pengelolaan data dan itu nggak ada hubungannya denganku. Jadi, dia melaporkannya ke Pak Preston dan aku nggak jadi dipecat."

"Serius? Wanita iblis itu bisa mengaku salah juga?" Ivana tampak bingung. "Bahkan melaporkannya langsung sama Pak Preston?"

Livy terdiam karena bingung harus bagaimana menjawabnya lagi. Namun, sebelum dia sempat berpikir lebih jauh, Ivana tiba-tiba terlihat seperti menemukan jawaban, "Oh, aku paham sekarang! Dia pasti mau memanfaatkan kesempatan ini untuk tampil di depan Pak Preston dan mencoba menarik perhatiannya!"

"Cinta Bu Annie pada Pak Preston sudah seperti rahasia umum, semua orang di perusahaan tahu itu!" timpal Ivana dengan penuh keyakinan.

Livy tidak ingin membahas topik ini lebih jauh lagi. Kalau Annie tahu, dia pasti akan semakin membenci Livy.

Livy mencoba mengingatkan dengan hati-hati, "Ivana, jangan terlalu banyak bicara. Awas sampai kedengaran orang lain."

"Ya, ya, aku tahu." Ivana sepertinya percaya pada penjelasan Livy. Kemudian, dia memegang lengan Livy dengan antusias dan berkata, "Syukurlah kamu nggak dipecat. Kita masih bisa kerja barengan. Gimana kalau malam ini kita makan hot pot?"

Livy melirik jam tangannya sekilas dan akhirnya menolaknya.

Perjalanan dari Grup Sandiaga ke tempat yang hendak ditujunya membutuhkan waktu cukup lama. Jika terlalu malam, dia takut tidak akan sempat menemui orang yang ingin dikunjunginya.

Karena sudah memasuki musim panas, siang hari jadi terasa semakin panjang. Meski sudah mendekati pukul tujuh malam, langit masih tampak terang. Kaki langit dihiasi dengan cahaya senja yang berwarna kemerahan, menandakan bahwa cuaca besok juga akan sangat cerah.

Livy naik kereta bawah tanah dan bus sebelum akhirnya sampai di tujuan, yaitu Sanatorium Dharmawangsa. Petugas resepsionis di sana mengenali Livy. Tanpa perlu menanyakannya, petugas itu langsung tersenyum dan memberi petunjuk, "Bu Livy, Nenek Winda ada di kamarnya."
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status