Share

BAB 6

HAPPY READING

Awalnya agak susah menjalani ini, karena hanya orang tertentu saja yang dapat membelinya. Namun ia tidak patah semangat, lambat laun bisnisnya berjalan dengan sukses dan berkembang hingga saat ini. Beberkal pengalaman, menganalisa keotentikan, keaslian barang. Dan ia juga menganalisa bagaimana tas-tas itu berdampak dalam kehidupan social ekonomi Indonesia.

Akhir-akhir ini, maraknya kasus penipuan berkedok tas branded pun cukup mengusik kehidupannya. Dengan keahliannya, ia mencoba mengedukasi barang branded mulai dari tren, model, keaslian hingga fashion ia bagikan ke media social miliknya. Banyak sekali kalangan artis, pejabat dan statusnya mengenang atas,   berbondong-bondong membeli tas dengannya. Hingga saat ini ia memiliki web tersendiri,  dan terus mengembangkan bisnisnnya dengan baik.

***

Beberapa jam kemudian, Naomi menatap Reni yang baru masuk ke dalam butiknya. Wanita itu mengenakan bodycon dress berwarna merah, dia tampil selalu all out. Rambut panjangnya bergelombang, tangannya memegang handbag YSl. Naomi tersenyum, ia mendekati Reni. Inilah sahabatnya selalu ada suka maupun duka, tidak pernah meninggalkannya, sejak Kayla melahirkan.

Sejujurnya ia bukan tipe wanita yang memiliki banyak teman. Baginya banyak teman maupun sedikit, semuanya akan baik-baik saja. Ia sadar bahwa ungkapan quality over quantity sangatlah relateable dalam hidup.

Dulu waktu sekolah, rasanya senang memiliki banyak teman, namun setelah melewati banyak kejadian yang memerlukan bantuan seseorang, padahal ia memang butuh pertolongan dan meluangkan waktu. Sejak itu ia berfikir untuk menyaring pertemanan  dan mengutamakan kualitas walaupun hanya sedikit teman. Beberapa kasus mereka hanya berteman hanya ada maunya saja.

Ia membatasi pertemanan, bukan berarti menutup diri, kerena menurutnya skill bersosialisasi itu sangat penting dan harus di jaga dengan baik. Karena pertemanan sangat berpengaruh menurutnya.

“Gue kangen banget sama lo,” ucap Reni, menatap sahabatnya, dia mengenakan dress berwarna putih.

“Gue juga kangen sama lo, lo sibuk sih.”

“Sibuk ngurusin nikah,” ucap  Reni tertawa, karena itulah kenyataanya. Ia dan Enzo melakukan meeting dengan WO belum lagi fitting baju.

“Ada apa sih, tumben banget ngajakin dinner gini,” ucap Naomi, mereka melangkah keluar dari butik, ia melihat mobil HRV  Reni terparkir sempurna di sana.

“Kayaknya sih, Enzo mau ngenalin lo sama temennya.”

“Gitu terus deh, udah tau kalau gue males di jodoh-jodohin,” Naomi terkekeh.

“Udahlah, nikmatin aja. Lagian betah amat single mulu.”

Reni tertawa, ia membuka hendel pintu mobil dan duduk di kemudi setir, sedangkan Naomi mendaratkan pantatnya di kursi, tidak lupa ia memasang sabuk pengaman. Ia melihat Reni sudah memanuver mobil, dia memperhatikan jarak mobil dan motor di hadapannya.

****

Jarak butiknya di Kemang ke Sofia At Gunawarman tidak terlalu jauh, hanya ditempuh dengan hitungan belasan menit saja. Kini Reni memarkir mobilnya di plataran hotel. Mereka keluar dari mobil, dan lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam.

“Enzo ada di dalam?” Tanya Naomi.

“Iya, mereka udah di dalam,” ucap Reni.

Ia memperhatikan area restoran sudah dipadati dengan pengunjung, ia pernah ke Sofia sebelumnya bahkan beberapa kali pernah ke sini bersama Reni. Jadi ia tidak asing lagi menurutnya. Restoran ini memiliki interior yang  menawan, layaknya dalam kastil negara-negara Eropa Barat. Suasananya sangat nyaman dan luxury.

Naomi memandang Enzo di sana, pria itu melambaikan tangan kepada mereka.  Enzo itu adalah tunangan Reni, yang berprofesi sebagai dokter spesialis penyakit dalam atau internis.  Dr. Enzo sendiri sudah sangat terkenal di Jakarta. Reni memang sangat pantas bersama Enzo, profesi mereka sama-sama dokter.

Pria itu tidak sendiri melainkan bersama seorang pria yang mengenakan kemeja biru denim. Rambutnya sedikit berantakan namun tidak mengurangi ketampannya. Tatapan mereka lalu bertemu beberapa detik. Pria itu tidak lepas memandangnya.

“Itu namanya Naomi?” Tanya Kafka, menatap seorang wanita mengenakan dress putih, rambut panjangnya bergelombang kulitnya putih bersih. Kemarin ia tanpa sengaja  melihat foto tunangan  Enzo dan Reni, di dalam foto itu ada seorang wanita cantik. Ia hanya penasaran siapa wanita itu, Enzo menjawab sahabatnya Reni, namanya Naomi.

Enzo mengatakan bahwa Naomi itu seorang entrepreneur, pemilik bisnis  Zalori. Berbagai macam tas branded di jual di sana, yang diminati oleh kalangan atas. Di sini ia tidak ingin membahas tentang pekerjaan wanita itu.

Ia memandang sekali lagi wanita bernama Naomi, wanita itu memiliki status single parent. Ia tidak mempermasalahkan status itu, wanita itu terlihat berkharisma dalam versinya. Ia yakin, wanita itu memiliki intelektualitas yang cukup bagus, hingga memiliki perusahaan tersendiri. Ia ingin memiliki wanita yang memiliki intelektualitas yang baik jika diajak diskusi dan mengimbangi kecerdasannya.

“Menurut kamu bagaimana?” Tanya Enzo melirik Kafka.

“Cantik.”

***

“Malam sayang,” ucap Reni memeluk Enzo kekasihnya.

Enzo memeluk tubuh Reni, ia kecup kening wanitanya, “Tadi pulang di klinik kamu langsung ke sini?” Tanya Enzo kepada Reni, ia melonggarkan pelukannya.

Reni mengangguk, “Iya.”

“Hai, Naomi,” ucap Enzo, menatap Naomi yang berada di samping Reni.

“Hai juga dokter Enzo,” Naomi tersenyum kepada pria itu.

Enzo menarik nafas, niatnya di sini ingin mengenalkan Kafka kepada Naomi, “Kaf, Naomi ini sahabat Reni, mereka udah sahabatan sejak SMA.”

“Naomi, ini dokter Kafka sahabat saya, dia dokter spesialis bedah jantung.”

Kafka dan Naomi saling berpandangan satu sama lain, ketika Enzo memperkenalkan mereka.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status