“Harusnya aku tidak menerima perjodohan ini jika akhirnya begini. Aku hanya menjadi orang ketiga di hubungan mereka.” Widuri Yasmin terpaksa menikah dengan Emran Hafiz atas perjanjian kedua orang tua mereka. Namun, baru sebulan menikah, Emran sudah menikah lagi dengan Mawar Rosdiana yang tak lain kekasihnya sendiri tanpa sepengetahuan keluarga. Dalam kehidupan pernikahannya ternyata Emran tidak bisa berlaku adil. Dia lebih sering memperlakukan Widuri dengan buruk. Kehadiran Widuri tidak pernah diharapkan oleh Emran. Dia hanya orang ketiga yang tidak seharusnya ada. Mampukah Widuri bertahan dengan status orang ketiga atau dia memilih menyerah dan pergi meninggalkan pria yang ia cintai?
Lihat lebih banyak“Ah ...”
Sebuah suara aneh tiba-tiba terdengar oleh Widuri yang saat itu sedang turun ke lantai satu untuk mengambil minum. Suara siapa? Bukannya biasanya Emran, suaminya, sudah tertidur pulas di jam-jam larut seperti ini?
Widuri mengedarkan matanya ke depan, sembari menegakkan telinga untuk melihat ke arah ruang tengah yang temaram.
“Nggh …”
Suara yang Widuri yakini sebagai erangan seorang wanita itu justru semakin terdengar di telinganya.
Tak hanya sekali, namun berkali-kali, suara desahan dan juga deruan napas itu terus mengganggunya. Yang membuat Widuri terheran, adalah suara itu bukan terdengar dari kamar tidur, namun ruang tamu.
Seketika, Widuri tersadar, siapa pemilik suara rintihan tersebut. Suara siapa lagi kalau bukan suara Mawar Rosdiana. Detik itu juga, Widuri semakin sadar akan posisinya di rumah milik sang suami. Dia lupa, bahwa sang suami kini sudah memiliki istri lain yang lebih dicintai olehnya.
Mawar adalah istri kedua Emran yang ia nikahi satu bulan setelah ia menikah dengan Widuri. Ya, Widuri kini terjebak dalam kehidupan pernikahan poligami yang tidak dia inginkan. Andai saja dia tahu akan berakhir seperti ini, pasti Widuri tidak akan mau menerima perjodohan yang diajukan kedua orang tuanya saat itu.
Kedua orang tua Emran dan Widuri yang membuat perjanjian aneh sehingga menyebabkan putra putri mereka diikat dalam pernikahan. Widuri yang polos saat itu mengiyakan saja permintaan orang tuanya sebagai bukti baktinya. Dia tidak tahu jika Emran dan Mawar sudah berpacaran lama serta merancang pernikahan. Dia yang menjadi orang ketiga di hubungan mereka, dia yang seharusnya tidak berada di sini dan Widuri sangat menyesal. Widuri menarik napas panjang sambil menggelengkan kepala mencoba menghalau beberapa ingatan di benaknya.
“Untuk apa juga aku di sini. Aku balik kamar saja,” lirih Widuri, mencoba tak peduli. Namun, wanita itu jelas tahu, bahwa dia hanya mencoba membohongi dirinya sendiri.
Siapa yang tak merasakan perih di hatinya ketika melihat sang suami bergumul dengan wanita lain di depan matanya? Terlebih ketika Widuri sendiri bahkan tak pernah terlelap di ruangan yang sama dengan Emran.
Baru saja ia hendak membalikkan badan kembali ke kamarnya di lantai dua. Tiba-tiba lampu di ruang tengah menyala dan Widuri sontak menyembunyikan tubuhnya di belakang lemari es.
“Mas Emran memang hebat. Aku sampai kewalahan,” ujar Mawar dengan suara manjanya. Mawar memang seorang wanita cantik, berambut panjang dengan paras ayu dan suara lembut nan manja.
Siapa saja yang melihat Mawar pasti akan terpesona dengan visualnya. Mungkin itu juga yang membuat Emran begitu mencintainya. Beda dengan Widuri. Dia bahkan tidak pandai merawat diri. Kulitnya sawo matang tidak seputih Mawar, belum lagi banyak jerawat tumbuh menghiasi wajahnya. Widuri sendiri juga tidak tahu mengapa wajahnya selalu berjerawat. Padahal dia sudah sering menghabiskan waktu ke salon kecantikan.
“Hmm ... kamu juga hebat, Sayang. Jadi besok mau gaya apa lagi?” Kini terdengar suara Emran menyahut.
Widuri hanya diam sambil mencoba menutup telinganya. Dia tidak mau iri, tapi kalau mau jujur dia merasa dianaktirikan oleh Emran. Bahkan hingga sekarang, Emran tidak pernah menyentuhnya. Saat malam pertama dulu, mereka langsung tidur saling memunggungi dan tanpa berkata sepatah kata pun.
“Kamu tuh, Mas. Gak capek apa minta tiap hari.”
Terdengar tawa renyah Emran. Tanpa disadari Widuri sangat suka tawanya. Sayangnya Emran tidak pernah memperlihatkan tawa itu saat bersama dengan Widuri. Emran selalu menjadi pendiam dan bersikap dingin pada Widuri berbanding terbalik saat bersama Mawar.
“Yang pasti kalau mau begituan jangan di sini, Mas. Di kamar saja, kalau Widuri lihat, gimana?”
“Alah ... dia sudah tidur gak bakal bangun. Kalau lagi sama aku, kamu gak perlu memikirkan tentang Widuri. Fokus saja ke aku, Mawar.”
Terdengar decakan keluar dari bibir Mawar.
“Mas ... kamu gak boleh gitu. Bagaimanapun Widuri juga istrimu. Bukankah kamu sudah janji padaku akan berlaku adil pada kami berdua. Kenapa sekarang kamu seakan tidak memenuhi janjimu itu?”
Widuri terdiam, tanpa disadari tubuhnya sudah merosot dan duduk di lantai. Sepertinya Emran dan Mawar sedang membicarakan dirinya. Widuri pikir Mawar selama ini yang memonopoli Emran, ternyata tebakannya salah.
“Iya, Sayang. Aku minta maaf.”
“Janji besok kamu juga akan berlaku manis ke Widuri?” Emran tidak menjawab hanya menganggukkan kepala.
Sayangnya gestur tubuh Emran tidak bisa dilihat Widuri. Gadis berwajah manis itu tampak terpekur sambil memeluk lutut melihat pantulan wajahnya di lantai. Kenapa juga mereka terus membahas tentang dirinya? Apa mereka tahu yang sedang dirasakan Widuri saat ini?
Tak lama Widuri mendengar suara langkah menjauh bersamaan bunyi suara pintu kamar terbuka kemudian tertutup. Widuri menghela napas lega sambil perlahan mengangkat kepala
“Sepertinya mereka sudah masuk kamar. Ya Tuhan ... kenapa juga tadi aku turun? Kenapa juga aku haus? Kalau harus mendengar semua ini.”
Widuri bersiap bangkit dan hendak kembali ke kamar saja. Cukup sakit hatinya melihat sekaligus mendengar interaksi mesra suaminya. Ia tidak mau membuat hatinya semakin terluka. Widuri perlahan bangkit dan membalikkan badan hendak ke kamar.
Namun, langkahnya segera terhenti dan mematung di tempatnya saat melihat Emran sedang berdiri bertelanjang dada di depannya. Widuri pikir Emran sudah masuk kamar, ternyata dia masih di sana dan kini hendak mengambil minum di kulkas.
Widuri bergeming di tempatnya sambil menatap Emran. Dia tidak pernah melihat suaminya bertelanjang dada di depannya. Widuri juga baru tahu jika tubuh suaminya sangat indah. Dada bidang, bahu lebar dengan jajaran roti sobek menghias perutnya. Tanpa sadar, Widuri menelan ludah mencoba menahan sebuah rasa aneh yang tiba-tiba merasuki tubuhnya.
Emran malah menatapnya dengan tatapan setajam pisau dan wajah yang tegang. Widuri merasa kalau suaminya saat ini sedang marah. Dia menyesali kebodohannya kali ini. Lalu tanpa diminta suara tanya yang menyakitkan telinga terlontar dari mulut Emran.
“Ngapain kamu di sini? Ngintip aku?”
“IBU!! Kok di sini?” tanya Dokter Bayu. Untung saja mereka menjeda interaksi mesra, kalau tidak pasti Nayla akan sangat malu. Nayla urung membuka jilbab dan kembali duduk dengan tenang. Sementara Dokter Bayu bangkit menghampiri Bu Narmi. “Perut ibu sakit, jadi bolak balik ke kamar mandi. Ibu pikir Rayhan sudah tidur, ternyata kamu dan Nayla malah di sini.” Dokter Bayu menghela napas panjang sambil mengacak rambutnya. “Ya … gimana gak ke sini. Rayhan tidur di kamarku, tuh.” Dokter Bayu mengatakannya dengan kesal dan wajah cemberut. Bu Narmi hanya mengulum senyum sambil melirik putra serta menantunya. “Ya udah, biar Ibu bangunin Rayhan.” Bu Narmi bersiap pergi, tapi Dokter Bayu mencegahnya. “Gak usah, Bu. Aku tidur di sini saja. Ibu dan Bapak temani Rayhan di kamar sebelah.” Bu Narmi menghela napas panjang sambil mengangguk. “Ya udah kalau gitu. Nanti biar Ibu kasih tahu bapakmu nanti takutnya main nyelonong masuk saja.” Dokter Bayu hanya tersenyum sementara Nayla sudah menunduk
“Saya … saya tidak mau bohong, Dok,” lirih Nayla.Tentu saja mendengar jawaban Nayla membuat Dokter Bayu kebingungan. Kedua alisnya terangkat dengan mata penuh tanya. Perlahan Dokter Bayu menggelengkan kepala.“Aku gak tahu maksud kalimatmu. Kamu gak mau bohong soal apa?”Nayla membisu, tidak mau menjawab malah menundukkan kepala semakin dalam. Dokter Bayu makin bingung melihat sikap Nayla. Kemudian perlahan dan sangat lirih terdengar kalimat dari bibir Nayla.“Saya … juga suka Dokter.”Seketika Dokter Bayu terkesima mendengar jawaban Nayla. Matanya tampak berkaca-kaca dengan sebuah senyum yang terukir indah di wajahnya. Ia terdiam menatap gadis manis berhijab di depannya ini. Ingin rasanya ia mendekat dan menarik Nayla dalam pelukannya, tapi tentu saja itu tidak mungkin.“TANTE!!!” tiba-tiba Rayhan datang dan berhambur memeluk Nayla.Nayla tersenyum dan balas memeluknya. D
“Kejutan? Kejutan apaan?” gumam Dokter Bayu.Ia baru saja usai membaca pesan yang dikirimkan Rayhan padanya. Dokter Bayu tidak mau banyak berpikir. Ia menyimpan ponselnya dan kembali sibuk memeriksa pasien. Hari ini kebetulan pasiennya sangat banyak sehingga membuat Rayhan menunggu sedikit lama.Pukul sembilan malam saat Dokter Bayu keluar dari ruang praktek. Ia melihat Rayhan sedang duduk di ruang tunggu sambil memainkan ponselnya.“Kamu tidak membuat ulah, kan?” tanya Dokter Bayu.Rayhan mendongak, menghentikan bermain. Matanya membola menatap Dokter Bayu yang berdiri di depannya.“Aku dari tadi duduk diam di sini, Pa. Memangnya mau bikin ulah apa?”Dokter Bayu mengendikkan bahu sambil menggelengkan kepala.“Gak tahu. Kan biasanya kamu yang suka bertingkah aneh.”Rayhan tersenyum cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.“Aku kan udah gede, Pa. Lagian
“Aku serius, Nay,” ucap Dokter Bayu.Nayla hanya diam membisu dengan mata tak berkedip menatap dokter tampan di depannya ini. Sudah kedua kali ini, Dokter Bayu mengutarakan perasaannya secara terang-terangan ke Nayla. Tentu saja semua yang pria ganteng itu lakukan membuat Nayla kebingungan.Perlahan Nayla memalingkan wajah dan menunduk. Lagi-lagi dia dihadapkan pada situasi yang sulit. Bahunya naik turun mengikuti ritme aliran udara di dadanya. Entah apa yang ada di benaknya, yang pasti semua ucapan yang baru saja keluar dari bibir pria di depannya ini benar-benar membuat Nayla kelimpungan sendiri.“Nay … kamu gak mau menjawab pertanyaanku?” Kembali Dokter Bayu bersuara.Nayla menghela napas pelan kemudian mendongak membuat mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat.“Saya … saya harus menjawab apa, Dok?” lirih Nayla bersuara.Dokter Bayu tersenyum, matanya sayu menatap gadis manis di depannya ini.“Inginku kamu jawab ‘iya’, tapi tentu saja aku tidak bisa memaksamu. Semua tergantun
“Tunangan? Jadi kamu sudah bisa move on, Nay?” seru Fery.Nayla langsung tersenyum dan mengangguk dengan mantap. Ia bahkan kini menoleh ke Dokter Bayu yang berdiri di sebelahnya. Menatap pria tampan itu dengan lembut kemudian membalas senyumannya.“Iya. Bukannya masa lalu memang harus dilupakan. Benar kan, Sayang?” Nayla langsung bersuara dengan menambahkan panggilan ‘Sayang’ untuk Dokter Bayu.Dokter Bayu hanya mengulum senyum mendengar Nayla memanggilnya ‘Sayang’. Ia langsung mengangguk, menjawab pernyataan Nayla. Sementara Fery hanya diam. Wajahnya merah padam dengan rahang yang menegang.“Mbak, ini pesanannya sudah selesai.” Suara abang penjual roti bakar menginterupsi interaksi mereka.Nayla langsung menerimanya sementara Dokter Bayu menyelesaikan transaksinya.“Aku duluan, ya!!” pamit Nayla ke Fery.Ia berjalan beiringan dengan Dokter Bayu dan langsung masuk
“Maaf, Dok … ,” lirih Nayla.Dokter Bayu tersenyum, matanya tampak berbinar menatap wajah manis di depannya. Sementara Nayla terlihat gelisah dan tidak tenang. Sesekali Nayla menggigit bibir bawahnya menunjukkan jika dirinya sedang gugup.“Aku tahu, pasti kamu berpikir ini terlalu cepat. Namun, bagiku tidak, Nay.”Nayla belum menjawab dan kini memutuskan menunduk saja. Ia tidak kuasa menatap mata pria di depannya ini yang bersinar penuh cinta. Selain itu kini dia sibuk menata gemuruh di dadanya yang tiada menentu. Kalau saja dia tidak menggantikan tugas Sari pasti Nayla tidak akan bersama Dokter Bayu saat ini.“Aku akan menunggu jawabannya, tidak perlu cepat. Kamu punya banyak waktu, kok.”Nayla masih membisu dengan wajah yang terus menunduk dan tangan yang sibuk meremas ujung hijabnya. Mimpi apa dia semalam hingga tiba-tiba ditembak Dokter Bayu seperti ini.Dokter Bayu menghela napas panjang sambil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen