Share

BAB 6 Hampir Kabur

last update Last Updated: 2025-03-07 21:03:34

Di bandara.

"Shela, terima kasih telah membantuku," ucap Isabella dengan lembut.

"Bella, jangan sungkan. Aku senang bisa membantu," jawab Shela sambil tersenyum.

"Aku akan merindukanmu," kata Isabella lirih, menggenggam tangan Shela erat.

Shela tersenyum, meski matanya sedikit berkaca-kaca. "Aku juga, Bella. Tapi ini adalah langkah terbaik untukmu. Kejar impianmu, dan jangan pernah ragu untuk kembali jika kau butuh tempat bernaung."

Isabella mengangguk. Suara pengumuman keberangkatan menggema di seluruh bandara. Ia menarik napas dalam, lalu memeluk Shela erat sebelum melangkah menuju gerbang keberangkatan.

Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesuatu. Puluhan pria berbaju hitam tersebar di sekitar bandara, tampak seperti sedang mencari seseorang. Detik berikutnya, darah Isabella mendidih. Rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal kuat.

"Brengsek..." gumamnya dengan geram.

Shela ikut memperhatikan dan menyadari situasinya. "Mereka... orang-orang pamanku," Isabella berbisik dengan penuh kemarahan.

Shela menoleh cepat. "Apa?! Kau yakin?"

Isabella mengangguk, tatapannya penuh kebencian. "Aku sangat yakin. Dia benar-benar tidak bisa membiarkanku pergi begitu saja."

Shela menarik napas cepat, otaknya berpacu mencari solusi. Lalu, sebuah ide terlintas di benaknya. Dengan gerakan cepat, ia membuka jaket Isabella dan mengenakannya.

"Bella, percayalah padaku, sepertinya kamu tidak akan bisa pergi hari ini, pergilak keluar dari bandara" bisik Shela, lalu melangkah menuju pintu check-in.

Isabella menatap sahabatnya dengan mata melebar. "Shela, tunggu! Kamu mau apa?!"

Namun, semuanya sudah terlambat. Tuan Sinclair, yang baru saja tiba, langsung menangkap sosok yang berdiri di pintu check-in. Jaket itu...sosok itu semua tampak seperti Isabella.

Mata Tuan Sinclair menyipit, lalu tanpa ragu, ia melangkah mendekat. Namun, saat sosok itu berbalik dan menatapnya, Tuan Sinclair terkejut.

"Shela?" panggilnya.

Shela juga pura-pura terkejut, tapi detik berikutnya dia tersenyum santai. "Loh. Paman Dion? Apakah paman juga akan pergi ke luar negeri?."

"Dimana Isabella?" Tanya Tuan Sinclair dengan tegas.

Ditanya seperti itu, Shela menjawab dengan santai "Kami sudah berpisah dari tadi paman"

Tuan Sinclair mengerutkan kening, tidak sepenuhnya percaya. Ia menoleh ke anak buahnya. "Cari di seluruh bandara. Periksa dengan teliti"

Sementara itu, Isabella bersembunyi di balik salah satu pilar besar dekat pintu keluar. Ia mengamati situasi dengan hati-hati, memastikan bahwa perhatian Dion masih terfokus pada Shela.

"Shela… bertahanlah sedikit lagi," gumamnya dalam hati. Masih ada waktu untuk tukar posisi dengan Shela, jika orang-orang Tuan Sinclair pergi dari sana.

Tapi masalah lain muncul. Dari arah yang berlawanan, sekelompok pria lain memasuki bandara.

Matanya membulat. "Sial, berapa banyak bawahan yang dia punya?".

Sekarang Isabella yakin, dia tidak akan bisa pergi hari ini. Jika tetap memaksakan diri, dia hanya akan tertangkap. Maka, tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk meninggalkan bandara secepat mungkin.

Yang tidak Isabella sadari adalah bahwa kelompok berbaju hitam yang baru datang itu bukanlah bawahan Dion. Mereka adalah anak buah pria yang ditemuinya kemarin—Regan.

Sementara itu, Leo, tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menyipitkan mata ketika ponselnya berdering. Ia langsung mengangkatnya, karena itu adalah panggilan da

"Kak Regan, aku rasa ada kesalahan. Gadis yang kita lihat di sana... itu bukan dia."

Regan melirik Leo dengan alis terangkat. "Apa maksudmu?"

Leo menghela napas. "Orang kita salah lihat. Itu adalah Shela Wijaya."

Regan menghembuskan nafasnya dengsn kasar.

Leo menatapnya dengan hati-hati "Kak Regan, sebenarnya berapa hutang gadis itu? Kamu cari dia segininya"

"Siapa yang bilang aku mencarinya karena utang? Aku mengejarnya untuk berkencan." Ucap Regan

Leo menatap kakaknya seperti baru saja melihat alien. "Tunggu... apa? Kak Regan kamu bercanda, ya?"

Regan menyeringai tipis. "Apa aku tertawa? sudahlah suruh mereka tetap mencari"

***

Di dalam taksi

Isabella duduk diam di kursi belakang, memandangi bunga lili putih yang ia genggam. Jari-jarinya sedikit gemetar, bukan karena takut, tetapi karena campuran emosi yang sulit dijelaskan.

Dia tahu Tuan Sinclair tidak akan tinggal diam jika mengetahui rencananya untuk kabur. Makanya, dia harus memastikan semuanya berjalan dengan sempurna. Tapi ternyata, semuanya berantakan.

Karena itu, dia ke pemakanam, jadi dia bisa menemukan alibi nantinya.

Dia menatap ke luar jendela, melihat deretan gedung yang mulai berubah menjadi pemakaman di kejauhan.

"Mama... Papa... aku datang," gumamnya pelan.

Saat taksi berhenti di depan gerbang pemakaman, Isabella menarik napas dalam. Dia membayar ongkos dengan cepat, lalu turun, berjalan perlahan melewati batu-batu nisan yang berbaris rapi.

Langkahnya terhenti di depan dua nisan marmer putih dengan nama yang begitu familiar baginya. Namun, kedua makam orang tuanya terpisah, oleh dua makam lain.

"Ma, Pa..." suaranya bergetar. "Aku merindukan kalian."

Dia meletakkan bunga di atas nisan, lalu duduk di tanah, membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan.

Namun, ketenangannya tak berlangsung lama.

Langkah kaki terdengar dari belakang, dan suara seorang pria yang begitu dikenalnya menyusul.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 7 Ayahmu Menyukai Ibuku

    Sebuah tangan mencengkeram keras lengan Isabella, menariknya berdiri dari tempatnya..PLAK!Satu tamparan keras mendarat telak di pipinya. Tubuh Isabella terhuyung, dan rasa panas langsung menyebar di wajahnya. Ia menoleh cepat.“Theodore?” bisiknya nyaris tak terdengar.Wajah pria itu memerah, bukan karena malu, tapi karena marah yang nyaris tak tertahan. Dadanya naik turun, napasnya berat seperti menahan ledakan dalam dirinya.“Isabella… jadi kamu benar-benar di sini.” Ucap Theodore dengan suara berat, hampir seperti geraman yang ditahan.Isabella justru tersenyum sinis "Kamu kan bodoh, kenapa bisa tau aku ada di sini? Oh, pasti paman ya yang kasih tahu kamu?"Amarah Theodore kian memuncak. Jari telunjuknya teracung, menunjuk wajah Isabella dengan mata yang tajam. “Jangan pernah lagi bilang aku bodoh, Isabella.”Isabella menatapnya dingin, tanpa gentar sedikit pun. “Tapi nyatanya memang begitu, kan?” ucapnya pelan, namun penuh penekanan."Tujuan utama kalian bukan di sini, tapi di b

    Last Updated : 2025-04-10
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 8 Carikan Dia Pria

    Theodore mengusap darah di sudut bibirnya. Matanya menatap tajam ke arah Isabella, yang kini berdiri tegak tanpa rasa bersalah sedikit pun. Ia tahu, gadis ini dengan sengaja menmpar pipinya sediri untuk membuatnya dalam masalah."Pa!" bentak Thedore sambil menahan amarah. "Aku bisa jelaskan-"Tuan Sinclair mengangkat tangan, menghentikan ucapan putranya. "Tidak perlu! Sudah cukup jelas apa yang aku lihat""Tapi pa, Isabella-""Diam, Theodore. satu kata lagi aku akan mengambil semua fasilitasmu" bentak Tuan Sinclair. Kemudian matanya menoleh ke arah Isabella lagi, dan berkata "Bella, ikut paman ke ruang kerja". Kemudian melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang tamu.Di ruang kerja."Bella, sepertinya aku terlalu memberimu kebebasan ya" Ujar Tuan Sinclair sambil tertawa kecil. Isabella berdiri tegak di hadapan pria paruh baya itu, ekspresinya masih tenang sampai Tuan Sinclair melanjutkan kata-katanya."Nenekmu masuk ICU." Ucap Tuan Sinclair. "Apa?" Mata Isabella membesar "Kenapa b

    Last Updated : 2025-04-12
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 9 Pesta Solialita Kelas Atas Kota Lithen

    Dua Hari Kemudian – Sore Hari di Villa Regan Regan duduk di Daybed samping kolam renang,, menatap layar ponselnya yang gelap. Tangannya sudah puluhan kali mengecheck ponselnya untuk memeriksa pesan yang tak kunjung datang. Ya, pesan dari gadis itu. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu membuka ponsrlnya dan tidak ada apa-apa, dengan kesal Regan menutupnya lagi. Flashback – Tiga Hari Lalu, di hotel. "Apa kamu puas denganku?" tanya Regan dengan suara yang bisa membuat wanita mana pun meremang. Isabella tidak langsung menjawab. Ia masih terbaring di tempat tidur, selimut putih membungkus tubuhnya sampai bahu. Matanya menatap langit-langit sejenak, lalu beralih pada Regan yang duduk di tepi ranjang, menggulung lengan bajunya perlahan. Isabella mengangguk pelan. “Kau tahu jawabannya,” gumamnya. Regan tersenyum simpul, lalu meraih ponselnya dari atas meja dan menyerahkannya pada Isabella. “Simpan nomorku. Kalau kamu butuh seseorang, aku ada. Jadi jangan cari orang lain”

    Last Updated : 2025-04-13
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 10 Bertemu Lagi

    "Semuanya, aku ingin memperkenalkan seseorang. Dia adalah adikku, Isabella Sinclair. Dia tidak pernah bertemu dengan orang luar, dia sangat patuh. Ini kali pertamanya datang ke pesta seperti ini, tolong jangan ada yang mengganggunya ya" ucap Hiilda kepada semua orang. "Nona kedua Sinclair? Aku baru tahu" "Benar, kalian benar-benar menyembunyikannya dengan sangat baik" "Gadis yang sangat cantik" ucap orang-orang setelah melihat Isabella. Banyak para tuan Muda kota Lithen yang berusaha mengajak Isabella berbicara. "Semuanya minggir" terdengar suara pria yang mendominasi. Melihat siapa pria itu, pria-pria yang ada di sekeliling Isabella menyingkir dengan cepat. “Nona kedua Sinclair,” sapa Sean dengan suara yang berat, namun dibuat seolah-olah ramah. “Akhirnya kita bertemu.” Isabella menoleh pelan, menatap pria itu dari atas hingga ke bawah. Isabella kemudian hanya mengangguk pelan. 'Apa gadis ini selalu kalem seperti ini?' ucap Sean dalam hatinya sambil mengangkat gelas w

    Last Updated : 2025-04-14
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 11 Mau Sekali Lagi?

    Isabella tertegun sesaat, mengenali sosok yang duduk santai di kursi beludru itu. Pria ini lagi?. Namun, keterkejutan itu tidak lantas membuatnya gentar. Alih-alih mundur, sebuah seringai tipis bermain di bibirnya. "Memang," jawab Isabella dengan nada tenang. "Sudah lama sekali" Ia melangkah maju, anggun namun penuh perhitungan, mendekati kursi tempat Regan duduk. Cahaya lampu yang terang kini menerangi ekspresi wajahnya yang dingin dan penuh intrik, jauh berbeda dari kepolosan yang ia tunjukkan di pesta tadi. "Jadi, katakan padaku," ucap Isabella, sambil mengambil gelas di meja kecil di samping Regan. "Apa tujuanmu melakukan semua ini? Membawaku kesini di tengah pesta sosialita kelas atas" "Sepertinya kamu tidak menikmati pesta itu" Ujar Regan. Isabella tersenyum balik, lalu meletakkan gelas winenya ke meja dengan anggun. Ia berdiri perlahan, melangkah mendekati Regan, lalu menunduk sedikit dan menyentuh dagunya dengan jemari halus. "Memang tidak," bisiknya, menatap dalam

    Last Updated : 2025-04-15
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 12 Hampir Ketahuan

    Di dalam penthouse, Isabella berdiri memandangi jendela besar, menatap kerlip lampu kota yang menyerupai bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Dari belakang, Regan mendekat dan menyelimuti bahunya dengan satin hangat. “Mau lanjut lagi?” bisiknya lembut. Isabella menggeleng pelan. “Tidak. Aku harus kembali. Sudah terlalu lama meninggalkan pesta.” Regan menatapnya dengan ekspresi kecewa. “Kenapa terburu-buru?” “Aku punya batasan. Aturan keluarga kami sangat ketat. Aku harus tiba di rumah dalam waktu satu jam,” jawab Isabella datar. Regan menyipitkan mata. “Aturan ketat? Tapi nyatanya, Nona Kedua Sinclair bisa tidur dengan pria?” Isabella berbalik cepat, menatapnya tajam. “Apa salahnya? Diriku adalah milikku sendiri,” katanya sambil mendorong Regan menjauh. Saat ia berbalik hendak pergi, Regan dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya. “Tunggu dulu. Kenapa kamu tidak pernah bertanya siapa aku? Sedikit pun tidak penasaran? Kita sudah dua kali tidur bersama.” Sebenarnya Isabella

    Last Updated : 2025-04-16
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 13 Hukuman Hilda

    Tanpa berkata apa-apa, Isabella masuk ke dalam mobil. Regan pun segera menyusul ke kursi pengemudi, menekan pedal gas perlahan dan mobil itu meluncur keluar dari parkiran bawah tanah menuju jalanan malam kota. Setengah jam kemudian, keduanya sampai di depan rumah keluarga Sinclair. Isabella segera meraij handle pintu untuk keluar, namun gerakannya dengan cepat dihentikan oleh Regan dengan cepat. Regan menahan tangan Isabella yang hendak membuka pintu "Tunggu sebentar" ujarnya. Isabella menoleh, sedikit bingung " Apa lagi?" "Kamu tidak mau bilang terima kasih dulu?" Tanya Regan sambil menatapnya. "Baiklah terimakasih. Aku harus masuk sekarang. Tadi Hilda tidak menemukanku, mungkin dia akan menelpon orang rumah" Ijawab Isabella dengan nada terburu-buru, berusaha membuka pintu lagi, namun sekali lagi, Regan menahan tangannya. "Tentang ponsel, kamu kan sudah dewasa. Kenapa mereka masih menyita ponselmu?" Tanya Regan penasaran. Isabella memilih diam dan tak menjawab pertany

    Last Updated : 2025-04-17
  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 14

    "Theo, ayo ke ruang kerja. Lihat keadaan adikmu," kata Nyonya Sinclair sambil melangkah pergi. Isabella tetap berdiri di tempat, memperhatikan dua sosok itu menghilang di balik lorong. Jeritan Hilda dari ruang kerja terdengar jelas ke seluruh penjuru rumah. Tapi kali ini, Isabella tak lagi menunjukkan ketakutan. Bibirnya justru membentuk senyum tipis, penuh kepuasan. “Merdu sekali... teruslah berteriak, Hilda. Ini baru permulaannya saja,” gumamnya. “Selama ini, setiap kau berbuat salah, Theodore selalu jadi tamengmu dan aku yang dikorbankan.” Tiba-tiba, ia merasakan getaran halus dari ponsel di saku bajunya. Tanpa banyak bicara, Isabella masuk ke kamarnya dan mengambil ponsel pemberian Regan dan mendapat pesan darinya Regan: “Kamu masih bangun?” Isabella menatap pesan singkat itu sejenak sebelum mulai mengetik balasan. Isabella: “Masih. Ada apa?” Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Regan: “CCTV-nya sudah kuubah sesuai dengan yang kamu minta.” Isabella

    Last Updated : 2025-04-18

Latest chapter

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 17

    Hilda menggertakkan giginya, matanya penuh dengan kemarahan. Darahnya terasa mendidih saat membayangkan bagaimana Isabella dengan sengaja berlari dekat vas kesayangan Tuan Sinclair tadi. Dulu, Isabella selalu patuh, dan keluarga mereka Hilda menggertakkan giginya, matanya penuh dengan kemarahan. Darahnya terasa mendidih saat membayangkan bagaimana Isabella dengan sengaja berlari dekat vas kesayangan Tuan Sinclair tadi. Dulu, Isabella selalu patuh, dan keluarga mereka tampak baik-baik saja. Namun, seiring beranjaknya usia mereka, perhatian ayahnya selalu tercurah lebih banyak pada Isabella daripada padanya. Sebagai satu-satunya anak perempuan, siapa yang tidak merasa marah dan cemburu? Di luar juga reputasinya tidak terlalu baik. Semenjak Isabella hadir di pesta sosialita kelas atas kota Lithen. Banyak grup-grup yang membicarakannya. Jelas dia hampir terlupakan. Perhatian. yang dulu ia dapatkan, sekarang harusnia bagi dua dengan Isabella. Ia benar-benar harus mengusir Isabella sec

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 16 Vas Pecah

    Keesokan harinya, Isabella kembali menghabiskan waktunya di kamar, larut dalam lukisan yang belum rampung. Jemarinya yang memegang kuas bergerak pelan, membaurkan warna dengan penuh perasaan. Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka dengan keras. Hilda masuk dengan wajah murka, menggenggam cambuk di tangannya. Tanpa berkata sepatah kata pun, ia langsung mencambuk Isabella. "Aku ingin kau jujur, Isabella," seru Hilda. Isabella menahan rasa sakit sambil menatap Hilda dengan tajam. "Apa yang sebenarnya terjadi dengan rekaman CCTV itu? Karena sepanjang pesta, aku berada di ruangan itu dan tak sekalipun melihat kehadiranmu." Jelas Hilda. “Kemarin kau dipukuli, dan sekarang begitu bersemangat membawa cambuk dan menyerangku. Sudah pulih rupanya?” tanya Isabella dengan nada sinis, senyum mengejek terukir di wajahnya. “Kau masih berani tanya?, itu bukan urusanmu!” bentak Hilda tajam. “Kau pasti yang merekayasa rekaman CCTV itu! Sebelum Papa pulang, aku akan menghabisimu!” Begitu tubuhnya mulai

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 15

    Di ruang kerja keluarga Sinclair... Hilda masih meringkuk di sudut ruangan. Tangisannya tak kunjung reda, tubuhnya bergetar, dan matanya merah membengkak. Nyonya Sinclair berdiri tak jauh dari putrinya. Di belakangnya, Theo berdiri kaku, rahangnya mengeras, mencoba menyembunyikan amarah yang membara. "Dion, Hilda sudah tau salah. Berhenti mencambuknya" Teriak Nyonya Sinclair. Suara cambuk berhenti seketika. Seorang pria paruh baya dengan wajah keras dan mata tajam berdiri beberapa langkah dari Hilda. Di tangannya masih tergenggam cambuk kulit yang kini menggantung lemas di sisi tubuhnya. Nafas Tuan Sinclair masih berat, dadanya naik-turun, menahan amarah yang belum sepenuhnya padam. “Anak ini perlu pelajaran” serunya pada Nyonya Sinclair. “Kau selalu membelanya, dan lihat apa akibatnya? Dia tidak pernah benar-benar belajar bertanggung jawab!” "Tidak ada hal buruk yang menimpa Isabella, dan dirimu sudah memberi pelajaran kepada Hilda. Sekarang sudah cukup Dion" Hilda men

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 14

    "Theo, ayo ke ruang kerja. Lihat keadaan adikmu," kata Nyonya Sinclair sambil melangkah pergi. Isabella tetap berdiri di tempat, memperhatikan dua sosok itu menghilang di balik lorong. Jeritan Hilda dari ruang kerja terdengar jelas ke seluruh penjuru rumah. Tapi kali ini, Isabella tak lagi menunjukkan ketakutan. Bibirnya justru membentuk senyum tipis, penuh kepuasan. “Merdu sekali... teruslah berteriak, Hilda. Ini baru permulaannya saja,” gumamnya. “Selama ini, setiap kau berbuat salah, Theodore selalu jadi tamengmu dan aku yang dikorbankan.” Tiba-tiba, ia merasakan getaran halus dari ponsel di saku bajunya. Tanpa banyak bicara, Isabella masuk ke kamarnya dan mengambil ponsel pemberian Regan dan mendapat pesan darinya Regan: “Kamu masih bangun?” Isabella menatap pesan singkat itu sejenak sebelum mulai mengetik balasan. Isabella: “Masih. Ada apa?” Beberapa detik kemudian, ponselnya kembali bergetar. Regan: “CCTV-nya sudah kuubah sesuai dengan yang kamu minta.” Isabella

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 13 Hukuman Hilda

    Tanpa berkata apa-apa, Isabella masuk ke dalam mobil. Regan pun segera menyusul ke kursi pengemudi, menekan pedal gas perlahan dan mobil itu meluncur keluar dari parkiran bawah tanah menuju jalanan malam kota. Setengah jam kemudian, keduanya sampai di depan rumah keluarga Sinclair. Isabella segera meraij handle pintu untuk keluar, namun gerakannya dengan cepat dihentikan oleh Regan dengan cepat. Regan menahan tangan Isabella yang hendak membuka pintu "Tunggu sebentar" ujarnya. Isabella menoleh, sedikit bingung " Apa lagi?" "Kamu tidak mau bilang terima kasih dulu?" Tanya Regan sambil menatapnya. "Baiklah terimakasih. Aku harus masuk sekarang. Tadi Hilda tidak menemukanku, mungkin dia akan menelpon orang rumah" Ijawab Isabella dengan nada terburu-buru, berusaha membuka pintu lagi, namun sekali lagi, Regan menahan tangannya. "Tentang ponsel, kamu kan sudah dewasa. Kenapa mereka masih menyita ponselmu?" Tanya Regan penasaran. Isabella memilih diam dan tak menjawab pertany

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 12 Hampir Ketahuan

    Di dalam penthouse, Isabella berdiri memandangi jendela besar, menatap kerlip lampu kota yang menyerupai bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Dari belakang, Regan mendekat dan menyelimuti bahunya dengan satin hangat. “Mau lanjut lagi?” bisiknya lembut. Isabella menggeleng pelan. “Tidak. Aku harus kembali. Sudah terlalu lama meninggalkan pesta.” Regan menatapnya dengan ekspresi kecewa. “Kenapa terburu-buru?” “Aku punya batasan. Aturan keluarga kami sangat ketat. Aku harus tiba di rumah dalam waktu satu jam,” jawab Isabella datar. Regan menyipitkan mata. “Aturan ketat? Tapi nyatanya, Nona Kedua Sinclair bisa tidur dengan pria?” Isabella berbalik cepat, menatapnya tajam. “Apa salahnya? Diriku adalah milikku sendiri,” katanya sambil mendorong Regan menjauh. Saat ia berbalik hendak pergi, Regan dengan cepat menggenggam pergelangan tangannya. “Tunggu dulu. Kenapa kamu tidak pernah bertanya siapa aku? Sedikit pun tidak penasaran? Kita sudah dua kali tidur bersama.” Sebenarnya Isabella

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 11 Mau Sekali Lagi?

    Isabella tertegun sesaat, mengenali sosok yang duduk santai di kursi beludru itu. Pria ini lagi?. Namun, keterkejutan itu tidak lantas membuatnya gentar. Alih-alih mundur, sebuah seringai tipis bermain di bibirnya. "Memang," jawab Isabella dengan nada tenang. "Sudah lama sekali" Ia melangkah maju, anggun namun penuh perhitungan, mendekati kursi tempat Regan duduk. Cahaya lampu yang terang kini menerangi ekspresi wajahnya yang dingin dan penuh intrik, jauh berbeda dari kepolosan yang ia tunjukkan di pesta tadi. "Jadi, katakan padaku," ucap Isabella, sambil mengambil gelas di meja kecil di samping Regan. "Apa tujuanmu melakukan semua ini? Membawaku kesini di tengah pesta sosialita kelas atas" "Sepertinya kamu tidak menikmati pesta itu" Ujar Regan. Isabella tersenyum balik, lalu meletakkan gelas winenya ke meja dengan anggun. Ia berdiri perlahan, melangkah mendekati Regan, lalu menunduk sedikit dan menyentuh dagunya dengan jemari halus. "Memang tidak," bisiknya, menatap dalam

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 10 Bertemu Lagi

    "Semuanya, aku ingin memperkenalkan seseorang. Dia adalah adikku, Isabella Sinclair. Dia tidak pernah bertemu dengan orang luar, dia sangat patuh. Ini kali pertamanya datang ke pesta seperti ini, tolong jangan ada yang mengganggunya ya" ucap Hiilda kepada semua orang. "Nona kedua Sinclair? Aku baru tahu" "Benar, kalian benar-benar menyembunyikannya dengan sangat baik" "Gadis yang sangat cantik" ucap orang-orang setelah melihat Isabella. Banyak para tuan Muda kota Lithen yang berusaha mengajak Isabella berbicara. "Semuanya minggir" terdengar suara pria yang mendominasi. Melihat siapa pria itu, pria-pria yang ada di sekeliling Isabella menyingkir dengan cepat. “Nona kedua Sinclair,” sapa Sean dengan suara yang berat, namun dibuat seolah-olah ramah. “Akhirnya kita bertemu.” Isabella menoleh pelan, menatap pria itu dari atas hingga ke bawah. Isabella kemudian hanya mengangguk pelan. 'Apa gadis ini selalu kalem seperti ini?' ucap Sean dalam hatinya sambil mengangkat gelas w

  • Manipulasi Manis : Wajah Patuh Hati Licik   BAB 9 Pesta Solialita Kelas Atas Kota Lithen

    Dua Hari Kemudian – Sore Hari di Villa Regan Regan duduk di Daybed samping kolam renang,, menatap layar ponselnya yang gelap. Tangannya sudah puluhan kali mengecheck ponselnya untuk memeriksa pesan yang tak kunjung datang. Ya, pesan dari gadis itu. Ia menggigit bibir bawahnya pelan, lalu membuka ponsrlnya dan tidak ada apa-apa, dengan kesal Regan menutupnya lagi. Flashback – Tiga Hari Lalu, di hotel. "Apa kamu puas denganku?" tanya Regan dengan suara yang bisa membuat wanita mana pun meremang. Isabella tidak langsung menjawab. Ia masih terbaring di tempat tidur, selimut putih membungkus tubuhnya sampai bahu. Matanya menatap langit-langit sejenak, lalu beralih pada Regan yang duduk di tepi ranjang, menggulung lengan bajunya perlahan. Isabella mengangguk pelan. “Kau tahu jawabannya,” gumamnya. Regan tersenyum simpul, lalu meraih ponselnya dari atas meja dan menyerahkannya pada Isabella. “Simpan nomorku. Kalau kamu butuh seseorang, aku ada. Jadi jangan cari orang lain”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status