Home / Romansa / Mantan Oh Mantan / Kenapa disini?

Share

Kenapa disini?

Author: Erna W
last update Huling Na-update: 2021-06-16 19:20:01

Anita berlari-lari kecil mengejar lift yang hampir menutup. Di dalam sudah hampir penuh, namun masih muat jika dia tetap memaksa masuk. Seorang yang ada di dalam tahu kalau perempuan itu bermaksud ikut satu rombongan, maka dengan cekatan memencet tombol open sehingga lift terbuka kembali, tak jadi menutup. Namun saat Anita hampir melangkah masuk, seseorang menariknya ke belakang dan menekan tombol close yang terdapat di luar sehingga kini Anita harus rela ketinggalan rombongan tersebut.

Maka tertinggallah Anita sendiri disana bersama orang tadi. Ia menekuk wajahnya jadi seribu. Melihat pada orang yang kini berdiri tak jauh darinya.

"Apa maksud Anda? Saya mau pulang dan tidak ingin berlama-lama di kantor ini," serbunya tak terima.

"Apa kau tidak lihat tadi, begitu banyak isi dalam lift itu. Kau mau berdesak-desakan dengan mereka? Bercampur keringat tidak sedap setelah seharian bekerja, hmm?"

"Itu urusan saya! Apa peduli Anda!"

Acara berdebat itu hampir berlanjut ketika suara telfon dari dalam tas Anita terdengar. Ia melihat, sebuah panggilan atas nama Sandi.

"Ya, San. Aku masih di dalam. Sebentar lagi turun."

"....."

"Baiklah, tunggu aku di depan saja."

Pembicaraan itu hanya singkat karena Anita segera menutup telfon. Matanya melirik kembali pada orang tadi.

"Kau sudah membuang waktuku!" Anita sewot dan berjalan pergi menuju tangga darurat. Namun sebelum itu tangannya kembali ditarik dari belakang oleh orang yang sama.

"Rama, apa sebenarnya maumu?!" Anita hampir berteriak jika tak ingat ia di kantor dan ingat kalau yang bersamanya saat ini adalah atasannya sendiri.

"Jangan lewat sana!"

"Lalu?"

"Ikut aku!"

Tanpa banyak kata, Rama menarik kembali tangan Anita mengajaknya ke sebuah lift khusus yang memang di buat khusus untuk direktur.

Anita hanya menurut saja ketika ia di bimbing masuk ke dalam. Tujuannya hanya ingin segera turun dan bertemu Sandi yang telah menunggunya.

"Siapa tadi?" tanya Rama ketika pintu lift sudah tertutup.

"Siapa?"

"Pria yang menelponmu tadi. Apa dia suamimu?"

Anita menatap tajam pada Rama.

"Kamu menguping pembicaraanku? Kok tahu kalau dia laki-laki?"

"Namanya tidak sengaja terlihat olehku tadi. Sandi. Benar bukan?"

Anita mendengus. Ia terlalu ceroboh sampai Rama saja bisa tahu siapa yang sudah menghubunginya.

"Dia pacarku."

Dahi Rama terangkat.

"Kau belum menikah?"

Bukannya menjawab, Anita justru melempar tatapan memicing pada Rama.

"Apa kau tidak membaca lamaran kerjaku? Bukankah disana tertera statusku," beritahunya yang diselingi pertanyaan.

"Itu bukan tugasku. Mencari dan menerima karyawan adalah tugas HRD," jelas Rama dengan enteng. "Hmm, jadi belum menikah ya?" tegas Rama yang lebih terdengar seperti gumaman.

"Kau sendiri?" tanya Anita balik. Sebenarnya dia tidak terlalu penasaran. Ia hanya asal bertanya dari pada harus mempertegas pertanyaan pria itu.

"Belum juga. Apa kau mau daftar?"

"Isshhh, ogah!"

"Kenapa? Banyak sekali perempuan yang mengantri untuk kuseleksi jadi calon istri. Kalau kau mau ikut, siapa tahu kamu punya peluang besar karena aku telah banyak mengenalmu dari yang lain. Dan terutama--," Rama mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinga Anita, "sudah tahu luar dan dalammu."

Anita mendelik dan menepis wajah Rama seketika.

"Dasar pria mesum! Berharap saja pada perempuan lain, dan jangan pernah bermimpi padaku lagi!"

Ting!

Pintu lift terbuka dan Anita bersyukur sekali karena ia bisa segera angkat kaki, jauh dari pria itu. Ada bersamanya membuat Anita gerah.

"Bagaimana kalau aku yang mencatat namamu untuk jadi peserta dalam pencarian jodohku."

"Meski kau tulis namaku di urutan pertama juga aku nggak bakal mau!"

Anita berlari seketika meninggalkan Rama yang mengulum senyum jahil. Dalam hatinya, ada banyak kupu-kupu terbang, mengartikan ia sedang bahagia saat ini.

Sementara itu.....

"Maaf membuatmu menunggu lama," basa-basi Anita yang telah masuk ke sebuah mobil Alphard putih.

"Aku juga baru sepuluh menit menunggumu," sahut pria di sampingnya yang mulai menjalankan mobil. "Kita langsung pulang, atau cari makan?"

"Pulang saja. Aku lelah sekali. Ini pertamaku bekerja dan banyak sekali yang ku kerjakan seharian ini."

"Ok, well!" Pria yang tak lain bernama Sandi itu hanya mengangguk saja, mengikuti apa kemauan Anita. Mengantarnya pulang menuju rumah.

Keesokan harinya.....

Ting...Tong...Ting...Tong...Ting...Tong...

Entah sudah ke berapa kali suara itu dibunyikan. Anita yang asik berendam di bak kamar mandi merasa terganggu karena ritual mandinya kacau balau oleh tamu yang tak diundang.

"Siapa sih pagi-pagi begini datang bertamu?" dumalnya sambil menggelung rambut dengan handuk kering.

Ia terburu-buru menuju pintu karena bel masih saja dibunyikan tanpa henti membuat ia benar-benar terusik.

"Iya, sebentaaar!!!" teriaknya memenuhi seluruh isi rumah. Entah dengar entah tidak, ia hanya ingin si tamu diluar tahu bahwa dirinya sedang proses menuju pintu, berharap bel tak

lagi dipencet.

Mata Anita membulat lebar saat mengetahui siapa orang yang mengganggunya pagi-pagi buta.

"Kamu?"

"Kenapa lama sekali? Aku sudah lima belas menit menunggu di depan pintu ini."

"Dari mana kamu tahu rumahku? Dan untuk apa kamu kemari pagi-pagi?"

"Apa kau tidak mau menyuruhku masuk lebih dulu. Kakiku pegal menunggumu membuka pintu tau!"

Bibir Anita mengerucut cemberut. Dengan terpaksa ia mempersilahkan tamunya untuk masuk.

"Kau belum jawab pertanyaanku!" Anita bersedekap, menatap pria di depannya menuntut penjelasan.

"Yang mana?" Pria itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia lalu berjalan satu-persatu melihat isi rumah itu.

"Dari mana kau tahu rumahku?!"

"Oh...Itu. Gampang saja buat mengetahui rumahmu."

"Kau mengikutiku?" Anita tanpa sadar mengekor kemana pria itu berjalan.

"Menurutmu?" Pria itu tiba di sebuah kamar yang kebetulan adalah kamar Anita sendiri. Mengamatinya sejenak dari luar.

"Itu bukan jawaban!"

"Kalau begitu coba kamu tebak." Pria itu lalu membuka pintu tersebut.

"Kenapa jadi menggeledah isi rumahku?" Anita dengan cepat menghalangi, saat pria itu mau melangkah masuk. Ia menatap pria itu horor.

"Aku hanya ingin melihat-lihat saja." Anita masih mendelik mengawasinya. "Baiklah, Kalau tidak boleh aku akan melihat ruangan lain." Ia memutar tubuh menuju ruangan lain. Dapur.

Maka Anita pun berjalan cepat mengejar langkah pria itu.

"Sebenarnya apa sih maumu? Kau datang pagi-pagi tanpa di undang, dan sekarang memeriksa semua rumahku."

"Apa tidak boleh aku melihat keadaan rumah karyawanku sendiri. Ingin memastikan saja apakah kau hidup layak atau dalam kekurangan."

O...o....rupanya dia adalah si Bos. Rama.

"Jangan gila deh, Ram. Alasan kamu itu nggak masuk akal. Kau terlalu merendahkanku jika begitu. Rupanya sifat sombong masih bertengger di kepalamu." Anita berdecak. Ia jengah mengingat masa lalu yang sempat terlintas. Dulu ia sering berdebat dengan Rama karena sifat angkuh pria itu.

Rama hanya menanggapinya dengan senyum tipis sebelum ia kembali ke ruang depan dan duduk nyaman disana.

"Lumayan. Rumahmu cukup nyaman dan komplit." Tadi ia sempat melihat ada garasi dan sebuah ruangan lain lagi selain dua kamar lain yang entah apa isi di dalamnya karena Anita tak mengijinkan ia masuk juga.

"Jawab pertanyaanku! Kenapa kau kemari?" Anita menatap Rama serius.

"Bukankah tadi sudah kujawab."

"Itu bukan jawaban! Aku ingin kau jujur yang sebenarnya."

"Ingin menjemputmu!" Anita seketika terdiam. Ia membeku di tempatnya tanpa bisa membuka mulut lagi. Tidak percaya dengan jawaban Rama yang tiba-tiba dan diluar ekspektasinya itu. "Jangan GR! Aku cuma tak mau kau datang terlambat ke kantor."

Seketika Anita tersadar kembali dari rasa speachless-nya.

"Yang benar saja terlambat! Kemarin aku bahkan datang setengah jam lebih awal sebelum karyawanmu yang lain tiba."

"Hmmm." Rama hanya mengangguk-angguk lalu merebahkan diri di kursi yang saat ini di dudukinya.

"Kenapa jadi tiduran?"

"Diamlah! Aku masih mengantuk. Kau tidak tahu kan kalau semalaman aku nggak tidur hanya karena tak ingin bangun kesiangan untuk datang kemari." Anita melongo.

Anita tak menggubris lagi dan memilih pergi membiarkan Rama tidur.

"Tunggu!" Spontan Anita mengerem langkahnya. "Aku juga belum sarapan. Dan biasanya minum kopi kalau pagi hari."

Teruuuuusssss?????

Anita hampir mengambil bantalan kursi dan melempar pada pria itu, namun semua urung ketika didengarnya dengkur halus, pertanda Rama sudah terlempar ke alam bawah sadarnya.

Astaga, cepat sekali ia tidur? Benarkah ia bergadang semalaman demi bisa datang kemari?

(○_○)

Like? Give me many love!

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mantan Oh Mantan    END

    Satu kantor Ardyatama Corp dibuat heboh. Pasalnya Arya membawa kabar penting buat seluruh staf disana. Berita mengenai pernikahan sang direktur dengan salah satu karyawannya, menjadi topik utama. Hampir di setiap sudut kantor bergerombol para karyawan yang sedang membahas berita pernikahan dadakan itu. Ya, akhirnya Rama berhasil menikahi Anita kembali. Perempuan yang ia cintai selama ini. "Duh, aku harus beli gaun baru kalau gitu," gumam Wulan bingung sendiri. Seorang teman yang kebetulan ada di dekatnya juga ikut menyela. "Sepertinya aku juga. Gimana kalau kita beli sama-sama? Aku punya kenalan pemilik butik. Pakaian yang dia jual bagus-bagus loh. Dan yang pasti kita akan dikasih harga miring," ujar perempuan bernama Dinda itu. "Benarkah? Wah....boleh tuh. Nanti ya kita kesana sama-sama." "Eh, tapi ngomong-ngomong nih, Anita beruntung ya dapetin Pak Rama. Udah ganteng, kaya pula." Dinda mulai

  • Mantan Oh Mantan    Pengorbanan Sandi

    Semua orang di ruang tamu dibuat terkejut begitu Sandi muncul di tengah-tengah mereka. Kinara spontan berdiri dan menghampiri kakaknya, bertanya apa yang terjadi."Mas, gimana? Apa yang Mbak Anita katakan?""Mas ingin bicara sama Mama dan kalian secara pribadi."Jawaban Sandi sudah bisa ditebak kalau masalahnya sedikit serius. Sandi mendekati mamanya dan membisikkan sesuatu pada perempuan berjilbab itu. Setelah pamit pada sang tuan rumah untuk keluar sebentar, Sandi memulai percakapan dengan keluarganya."Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kamu mengajak Mama dan adik-adikmu keluar?" tanya Sari penasaran. Saat ini mereka sedang duduk melingkar di sebuah meja bundar, di teras rumah Anita."Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian." Sandi menatap Mama dan kedua adiknya, bergantian. "Dan apa yang akan Sandi katakan ini akan menjadi keputusan yang Anita ambil nantinya.""Ada apa sih

  • Mantan Oh Mantan    Pertanyaan Anita

    Meski sebisa mungkin Heni dan Rangga mencairkan suasana dengan mengajak ngobrol salah satu dari tamunya, namun tetap saja suasana kaku dan tegang masih menyelimuti. Seperti ada kabut tebal yang menyelubungi ruang tamu tersebut. Dan pada akhirnya, hanya kebungkaman yang terjadi. Memperkukuh kesenyapan di antara banyaknya orang dalam ruangan itu. Sementara itu.... Ketiga orang di ruangan yang berbeda masih duduk membeku dalam kebisuan. Penantian yang mereka tunggu, bukan sesuatu yang menyenangkan bagi ketiganya. Mereka tahu, keputusan apapun yang akan diambil hari ini, akan menyakiti hati seseorang. "Apa kalian siap dengan keputusan yang akan ku ambil hari ini?" Manik mata Anita menatap dua pria di seberangnya, bergantian. "Apapun keputusanmu, kami harus siap menerimanya, Anita," cetus Rama mendahului. Di sisi lain, Sandi nampa

  • Mantan Oh Mantan    Di antara dua pilihan

    Heni menatap keempat tamunya dengan tubuh tegang. Ini kali pertama ia sebagai seorang ibu menghadapi langsung yang namanya calon besan. Sandi mengurai senyum lebih dulu pada ibu kekasihnya, membuat ketegangan Heni sedikit berkurang."Mari masuk," ia mempersilahkan.Sandi mengangguk lalu mengajak mama dan dua adiknya masuk.Rio dan Anita menyalami keluarga Sandi diikuti Dona kemudian. Setelahnya Anita menyuruh mereka duduk, sementara Dona masuk ke dalam membantu mamanya menyiapkan suguhan."Sebelumnya aku minta maaf. Karena sebelum kita masuk ke topik pembicaraan, aku ingin kita menunggu tamu yang lain datang dulu," Anita mendahului.Pemberitahuannya sedikit membuat Sandi terkejut."Siapa Sayang? Apakah keluargamu yang lain?" tanya Sandi cepat."Kau akan tahu nanti kalau mereka sudah datang."Sandi menatap Anita lekat. Berusaha menyelidik m

  • Mantan Oh Mantan    Penentuan akan dimulai

    Heni dan Rangga sampai di rumah Anita tepat siang hari. Tampak sang putri tengah duduk seperti menanti kedatangan mereka."Ma, Pa, aku merindukan kalian." Anita memeluk orang tuanya penuh kerinduan. Matanya yang menangkap sekelebat bayangan wanita muda masuk ke dalam rumah, sedikit terkejut juga heran. Ia pun langsung menanggapi, "Dona ikut juga, Pa?""Adikmu berkeras untuk ikut. Katanya bosan di rumah terus," jawab Rangga melepas jaket kulitnya lalu duduk di sofa. Heni yang biasanya terus masuk ke dalam, kini hanya mengikuti apa yang Rangga lakukan. Duduk di sampingnya."Hai, Mbak. Rumah daerah sini lumayan juga ya. Aku barusan lihat-lihat," seru Dona dari jauh. Wajahnya terlihat sangat berseri."Kamu nggak tanya kabar Mbak dulu malah asik lihat-lihat rumah. Emang nggak kangen?" cetus Anita merengut."Iya deh. Dona juga kangen sama Mbak kok." Dona memeluk kakaknya. "Gimana tinggal disini,

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Rama

    Sandi tak akan menyangka kalau sang adik akan menentang rencananya. Kinara berdiri dari tempatnya dengan wajah setengah geram."Ara tidak setuju, Mas!""Kenapa, Ra?""Perempuan itu bukan wanita baik-baik.""Apa maksudmu bilang begitu?""Mas nggak tau kan apa yang dia lakukan di belakang Mas Sandi?" Kinara melangkah gelisah, mondar-mandir tanpa jelas."Memang apa yang tidak aku tahu?" Sandi mendesak tak sabar.Kinara berdecak lalu mengambrukkan tubuhnya kembali, namun kali ini ia mengambil tempat tepat di samping Sandi."Apa Mas lupa kalau kemarin kita mencari Mbak Anita? Dan apa kata orang waktu itu, kekasih Mas itu keluar sama laki-laki lain bukan?" Suasana kini berubah tegang. Wajah serius mulai ditunjukkan Sari, sang mama."Apa maksud ucapanmu, Kinara? Kapan kalian mencari Anita? Dan siapa pria yang bersamanya itu?" Kal

  • Mantan Oh Mantan    Keputusan Sandi

    Rama mondar-mandir dengan gelisah di ruangannya. Disana juga ada Arya yang setia mendampingi keberadaan sahabatnya."Kira-kira, apa yang akan dilakukan Sandi pada Anita?" Rama meminta pertimbangan Arya setelah merasa lelah berjalan kesana-kemari dan menghenyakkan tubuhnya di sofa tunggal. "Sandi tidak mungkin menyakiti Anita bukan?""Aku yakin dia tidak akan melakukan hal sejauh itu. Sandi sangat mencintai Anita, jadi tidak mungkin berbuat sekasar itu padanya.""Ah....mungkin sebaiknya aku menyusul mereka. Aku benar-benar tidak tenang kalau hanya berdiam diri di sini terus." Rama berdiri kembali dari tempat duduknya."Tunggu Rama! Please, jangan berpikir seperti anak-anak. Aku tahu kamu mencemaskan Anita saat ini. Tapi berikan kesempatan pada Anita untuk menyelesaikan masalahnya dengan Sandi. Kau tidak harus ikut campur dalam hal ini."Tangan Rama mengepal kuat. Ia mengutuk kalimat Arya ya

  • Mantan Oh Mantan    Kebohongan Anita Terungkap

    Anita dan Wulan sudah siap untuk kembali ke kota. Rupanya Arya dan Rama telah menanti mereka di dekat mobil masing-masing. Kembali Anita ingat suatu hal yang ingin ia tanyakan pada Wulan. Karenanya sebelum keduanya mendekati mobil, Anita menghentikan langkah temannya itu."Lan, aku mau tanya sesuatu padamu," ujarnya perlahan."Soal apa?""Kau sama Pak Arya. Kenapa tiba-tiba kalian begitu dekat?" Pandangan Anita begitu menuntut, namun hanya ditanggapi Wulan dengan gelak tawa kecil."Nggak ada apa-apa. Kami cuma berteman saja kok.""Tidak. Kau pasti bohong. Ayo jujur padaku, apa sebenarnya yang kalian sembunyikan? Yang kutahu, kalian tak sedekat ini sebelumnya.""Kau terlalu berpikir macam-macam, Nit. Sudahlah. Ayo kita pulang. Lihat, mereka sudah tak sabar menunggu kita.""Kalau kau tidak mau menjawab, aku akan bertanya pada Pak Arya, hari ini juga."

  • Mantan Oh Mantan    Pencarian

    "Kamu jadi ke mall atau tidak? Tapi maaf, Mas tidak bisa menemanimu." Suara Sandi terdengar dingin, membuat nyali Kinara sedikit ciut."Kita pulang saja," jawab Kinara lesu. Ia sungguh tak berani menatap wajah sang kakak yang jelas-jelas sedang meredam amarah.Tanpa banyak kata, Sandi melajukan mobilnya, pulang ke rumah."Mas Sandi tidak turun?" tanya Kinara saat mobil telah sampai di depan pagar, dan Sandi membuka kunci otomatis mobil, menandakan bahwa Kinara harus turun tanpa menunggu mobil masuk dalam garasi terlebih dulu."Aku masih ada perlu.""Kemana? Mencari Mbak Anita?"Tatapan tajam dilayangkan Sandi pada adiknya, membuat Kinara harus menunduk kembali karena takut. Sungguh baru kali ini kakaknya itu bersikap demikian padanya."Turunlah!" Perintah tegas itu mendapat respon cepat dari Kinara. Ia membuka pintu mobil dan turun segera. Tidak lama, dan Sandi kemb

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status