Sebuah bom meledak di lantai dua restoran mengagetkan semua orang. Orang -orang di lantai dua tidak sempat menyelamatkan diri saat bom meledak di lantai dua.
Sebagian area lantai dua hancur. Puing-puing bangunan runtuh berjatuhan di lantai satu.
Beberapa orang yang selamat berteriak panik dan berusaha menyelamatkan diri meninggalkan restoran.
Dokter Brian sangat tidak beruntung terhempas beberapa meter. Kepalanya terluka terkena reruntuhan bangunan.
Dokter Brian meringis memegang kepalanya yang terluka dan mencoba untuk duduk. Dia terbatuk-batu menghirup kabut debu tebal yang beterbangan mengaburkan pandangannya.
Dokter Brian menatap ke sekeliling dan mencari keberadaan Raelina.
Namun dia tidak melihat keberadaan Raelina. Dokter Brian menjadi panik dan mencoba berdiri dengan tergesa-gesa.
Di sekelilingnya tampak berantakan. Orang-orang berteriak ketakutan dan menangis meminta bantuan.
Dia tidak bisa melihat di sekitarnya karena
Sosok pria itu berjalan dengan cepat di sepanjang gang gelap. Dengan kejadian bom meledak di restoran akan menarik beberapa pihak. Polisi lokal sangat tidak becus dan tidak akan mengambil pusing dengan kejadian hari ini. Namun berbeda dengan negara lain yang selalu ikut campur. Mereka akan menelusuri kejadian hari ini dan akan menemukan kejadian ini berhubungan dengan geng Kragon. Meski mereka tidak akan mencampuri urusan geng-geng lokal, mereka sangat waspada dengan Geng Kragon. Geng Kragon sudah terkenal secara internasional di dunia bawah tanah dan agen federal dunia karena bisnis gelap yang mereka dalangi sangat meresahkan beberapa negara-negara yang menjadi bagian cabang geng Kragon. Mark harus menghindar bentrokan apa pun yang berhubungan dengan militer dari negara lain. Sejak beberapa bulan ini dia juga merasa sudah di awasi oleh sebuah pasukan khusus. Karena mereka hanya mengawasinya dan tidak mencoba menangkapnya, Mark
Mark sesaat membeku saat bibirnya mencium bibir mungil wanita di di bawah tubuhnya.Rasanya begitu akrab seolah dia pernah melakukannya di masa lalu. Bibir Raelina terasa lembut di bibirnya membuatnya ingin terus menciumnya dan tidak ingin melepaskannya.Yosua menunduk menatap wanita di bawahnya dengan tatapan intens.Raelina berkedip, mengerjapkan matanya beberapa kali dengan wajah merah. Sudah lama sekali dia tidak berada dalam posisi begitu intim dengan seorang pria.Pada saat itu pintu di dobrak terbuka dan beberapa tentara masuk ke kamar itu.Mereka seketika membeku di ambang pintu melihat pasangan yang terjerat di atas tempat tidur terlihat tidak mengenakan sehelai benang di bawah selimut.Namun mereka bersikap profesional dan menodong senjata ke arah mereka.“Hei kalian, bisakah kalian berhenti? Kami sedang melakukan pemeriksaan. Seorang teroris menculik dokter relawan medis kami. Jadi kami harus memeriksa kalian da
Kelopak mata Raelina mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya terbuka perlahan. Dia menyipitkan matanya merasakan silau dari arah jendela menusuk matanya.Dia menguap sembari menatap ke sekeliling melihat cahaya matahari masuk melalui jendela yang terbuka.Dia mengerjapkan matanya menatap ke sekeliling ruang kamar. Ruang ini tampak asing, bukan kamarnya atau pun kamarnya di pangkalan.Ingatan kejadian kemarin membanjirinya, sontak Raelina menoleh ke samping di mana priia yang mirip Yosua berbaring di sebelahnya. Namun tempat di sampingnya kosong. Mark tidak ada.“Yosua ….” panggil Raelina ragu memandang ke sekeliling mencari keberadaan pria itu.Namun tidak ada yang meresponnya. Di kamar itu hanya ada dia sendiri.“Mark …..” panggil Raelina menggunakan nama pria itu.Namun tidak terdengar suara Mark meresponnya. Raelina turun dari tempat tidur dengan cemas dan pergi ke kamar mandi.&l
“Dokter Raelina ….” Dean menatap Raelina dengan ekspresi tegas dan menghalangi pandangannya dari Romi.“Tolong ikuti saya, semua orang sangat cemas mencarimu,” lanjutnya kemudian mendorong bahu Raelina pelan keluar dari penginapan dan menuntunnya menuju ke mobil Jeep militer yang sedang meunggu di luar.Raelina tidak punya pilihan lain dan hanya bisa pasrah mengikuti Dean.Begitu Dean dan Raelina sudah pergi, Romi berhenti berbicara dengan Renaldi dan menatap punggung Raelina yang masuk ke mobil.“Aku dengar Dokter Raelina sedikit gila karena tidak bisa menerima kematian suaminya. Dia terus bersikeras bahwa Letnan kolonel Yosua masih hidup dan akan kembali. Ini sangat mengkhawatirkan karena Dokter Raelina menjadi dokter relawan medis kita jika dia terus seperti itu,” komentar Renaldi ikut menatap Raelina.“Padahal dia masih muda dan cantik. Dia bisa saja mencari pria lain dan menikah lagi. Mati satu,
Dean mengantar Raelina ke pangkalan. Kabar Raelina sudah ditemukan sudah menyebar di tim relawan medis. Saat Raelina turun dari mobil jeep militer yang dikendarai Dean, dia melihat semua rekan-rekannya sudah di menunggunya di luar gedung medis. “Dokter Raelina!” “Raelina!” “Dokter Lina!” Farida dan Melinda yang bersuara paling keras melihat Raelina. Semua rekan-rekan yang lain juga heboh dan berlari menghampiri Raelina. Farida dan Melinda memeluk Raelina erat. “Lina, bagaimana kabarmu? Kamu tidak apa-apa, kan? Kamu tidak terluka?” tanya Farida beruntun tanpa melepaskan pelukannya dari Raelina dan memeriksa tubuhnya dengan ekspresi cemas. “Biarkan dia bernapas dulu. Kamu hampir mencekiknya dengan pelukanmu,” tegur Melinda melepaskan pelukan erat Farida dari Raelina, memberinya ruang untuk bernapas. Dia kemudian menatap Raelina dengan tatapan khawatir. “Dokter Lina kami dengar kemarin kamu hilang saat terjadi ledaka
Raelina salah tingkah melihat beberapa tentara lewat dan menatspnys yang tengah dipeluk Dokter Brian.“Dokter Brian tolong lepaskan, ada banyak orang yang menatap kita. Kamu akan membuat mereka salah paham,” kata Raelina dengan malu mencoba melepaskan pelukan Dokter Brian.Dokter Brian dengan berat hati melepaskannya. Dia memutari tubuh Raelina untuk memeriksanya.“Bagaiaman keadaanmu, apa kamu terluka? Penculik itu menyakitimu?” tanya dengan ekspresi khawatir“Aku baik-baik saja, tidak ada yang menyakitiku,” kata Raelina mengerutkan keningnnya.Dia bingung mengapa semua orang mengira diculik?“Syukurlah, aku sangat lega kamu baik-baik saja,” kata Dokter menghela napas lega. Dia tampak lelah.Raelina menatap penampilan Dokter Brian. Dokter Brian masih mengenakan pakaiannya yang kemarin. Pakaiannya yang dulu selalu rapi dan cemerlang kini tampak sangat kusut. Raelina bisa melihat lingkara
Raelina mencari Romi di kantornya. Namun dia tidak melihat Romi di kantornya. Dia mencari Dean yang mengantarnya tadi pagi ke pangkalan.Tetapi dia tidak menemukan Dean juga maupun Renaldi yang sangat dekat dengan Romi. Raelina menghentikan seorang tentara yang lewat di depannya.“Permisi, apa kamu melihat Kapten Romi? Kapten Romi sudah kembali ke pangkalan?” tanya Raelina pada tentara itu.“Kapten Romi? Kurasa dia sudah kembali ke pangkalan sejam yang lalu,” jawab tentara itu sopan.“Lalu Kapten Romi di mana sekarang? Mengapa dia tidak ada di kantornya?” tanya Raelina lagi.“Kapten Romi sedang menghadap Komandan. Anda bisa mencari kantor komandan di arah selatan.”“Begitu kah?” Raelina menghela napas lesu.Tentara itu menganggukkan kepalanya.“Apa Anda perlu saya antar ke kantor?” tawarnya.“Ah tidak perlu, terima kasih. Aku akan menunggu Kapt
“Ada apa dengan suaramu? Apa kamu habis menangis?” tanya Stella menyadari kejanggalan dari suara Raelina.“Oh kenapa mata merah, kamu benar-benar habis menangis?!” seru wanita pirang itu melihat kea rah layer ponselnya.Dia mendudukkan Zenith ke sebelahnya dan membiarkannya bermain dengan Zeron. Dia mengambil ponselnya untuk melihat wajah Raelina lebih detail melalui panggilan Video Call.“Katakan siapa yang membuatmu menangis? Siapa yang menyakitimu di sana?” tanya setengah cemas dan marah.Zeron mengintip dari samping Stella menatap wajah Raelina dengan kening berkerut.“Kakak, siapa yang membuatmu menangis? Matamu merah dan bengkak.”Raelina dengan cepat menghapus air matanya dan tertawa kaku.“Kalian salah paham. Tidak ada yang membuatku menangis. Aku begini …. Karena ada pasienku yang meninggal. Aku sangat sensiti” jawab Raelina beralasan sembari mengipas-ng