Seina membuka ponselnya ketika mendengar notif pesan, terlihat nama Dino di sana. Dino : "Undangan terbuka bagi para alumni SMA Pelita Bangsa, agar menghadiri Acara Reuni yang akan di selenggarakan di Gedung Pakuwon. Hari Sabtu, 17 November 2022, jam 18.00 sampai dengan selesai." Seina menyimpan ponselnya, ia sama sekali tak berminat datang ke acara tersebut. Ia kembali fokus dengan pekerjaannya, mendengarkan musik yang di putar dengan suara yang begitu kencang. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, matahari sudah kembali ke tempatnya di ganti terangnya bulan. "Apa telingaku bermasalah, sepertinya tadi ada bel berbunyi," gumam Seina. Bel kembali berbunyi, Seina yang masih asik menikmati dentuman musik yang mengalahkan bunyi bel. Sementara di depan apartemen, Arya berdiri menunggu Seina keluar dari apartemennya. Beberapa kali Arya menghubungi Seina, tapi panggilannya dialihkan. Seina akhirnya tersadar saat ponselnya mati, ia kemudian mengecek ponselnya yang ternyata ada panggila
Suara bising para pengunjung restoran terdengar begitu nyaring di telinga Darel, ia hanya diam menyeruput secagkir kopi yang ada di hadapannya. Sesekali Darel melihat ponselnya, menunggu pesan dari seseorang. “Sorry telat ...,” ucap Dino yang baru saja datang. Ia kemudian mengangkat tangannya memanggil waiters. “Selamat siang Kak, ada yang bisa saya bantu,” sapa waiters. “Aku pesan ice moccacino," ucap Dino. Waiters tersebut menulis pesanan Dino dan berucap, “Ada tambahan kak?" "Tidak ada." "Baik, jika tidak ada, saya permisi.” Dino hanya tersenyum, kemudian menatap Darel yang sibuk dengan ponselnya. Sepintas ide jahilnya muncul, Dino mengeluarkan ponsel kemudian menghubungi Darel yang berada di hadapannya. “Kau terlalu sibuk dengan ponselmu sampai lupa jika aku berada di depanmu. Oh ya, apa kau mau datang ke acara reuni sekolah?” tanya Dino. “Entahlah, siapa saja yang datang?” ucap Darel tanpa menoleh. “Hampir semuanya datang, hanya tinggal beberapa orang saja termasuk Sei
Salah satu staf menawarkan beberapa model gaun yang cocok dengan Seina. Ia kemudian memilih salah satu gaun yang menurutnya cantik, lalu mencobanya di ruang ganti. Seina melihat tubuhnya di depan cermin, di balut gaun berwarna cokelat dengan dada yang sedikit terbuka serta panjang gaun di atas lutut. “Aku ambil gaun yang ini,” ucap Seina. Seina lalu berjalan ke meja kasir untuk membayar barang yang dia beli. Setelah membeli gaun, Seina kembali berjalan ke sebuah toko sepatu. Tangannya terulur, mengambil heels yang memiliki warna senada dengan gaun yang sudah ia beli. “Kak, yang ini ada ukuran tiga puluh tujuh?” tanya Seina kepada staf toko. “Di tunggu sebentar kak, akan saya ambilkan,” jawab staf tersebut. Sambil menunggu, Seina lalu mencoba beberapa heels yang ada di sana. "Kak ini heelsnya, silahkan di coba terlebih duhulu," ucap staf di sana. Seina mengambil sepatu dari tangan staf toko kemudian mencobanya dan melihatnya di depan kaca. "Bagus aku suka, aku ambil yang ini."
Rani mengepalkan tagannya, ia tidak menyangka jika hidup Seina lebih unggul darinya. Ia lalu merapihkan bajunya, saat ia akan kembali ke dalam matanya menangkap sosok yang ia kenal. Rani pun memicingkan matanya untuk mempertegas penglihatannya ketika melihat seorang pria yang berjalan ke arahnya. "Darel," desis Rani. Rani menatap wajah pria yang dulu begitu ia suka, bahkan ia sampai membenci Seina karena Darel lebih menyukainya. Saat SMA Rani, Lusi dan Seina merupakan teman dekat. Namun hubungan mereka merenggang ketika pria yang Rani sukai lebih memilih temannya sendiri. "Darel," sapa Rani. "Ah ... Hai, Rani. Apa acaranya sudah selesai?" "Belum, ayo kita masuk." Rani berjalan masuk ke gedung bersama Darel, seolah tak mau kehilangan momen ia merangkul tangan Darel saat Seina menatap ke arah mereka. Namun sayangnya, Seina memutar bola matanya, tak mempedulikan Rani dan Darel yang berdiri berdampingan. "Aku heran sama kamu Sei, kamu enggak kerja tapi bisa beli Lamborghini. Apa ka
Darel dan Arya terus berbincang membicarakan hobi mereka yang sama, hingga tak terasa makanan yang Arya belikan untuk Seina pun habis tak bersisa. Waktu menunjukkan pukul sebelas siang, Arya kemudian pamit untuk kembali membangunkan Seina. “Baiklah, terima kasih untuk jamuannya. Aku mau membangunkan Seina dulu, sudah waktunya makan siang,” pamit Arya. “Oke, terima kasih juga atas makanannya. Lain kali kita touring bareng,” ajak Darel. “Baiklah, bye Darel.” Arya mengecek ponselnya dan kembali menghubungi Seina, terdengar suara sambungan telepon. Namun, Seina tak juga mengangkat panggilannya. Ia lalu membuka pesan dari Seina. Seina : “342567, masuklah aku baru saja bangun.” Darel mengintip dari celah pintunya, tapi tetap saja tidak terlihat karena apartemen mereka bersebelahan. Darel kemudian membuka sedikit pintu apartemennya, ia mengintip Arya yang masuk ke dalam apartemen Seina. “Shitt ... apa Seina memberikan password apartemennya!” kesal Darel. Darel menempelkan telinganya d
Seperti biasa, tiga kali dalam seminggu, Seina akan membuang sampahnya. Dengan langkah gontai, Seina berjalan ke tempat sampah, ia memisahkan sampah organik dan non organik. Tak lama terdengar suara trio gosip yang membicarakan Darel. Seina memicingkan telinganya mencoba mendengarkan percakapan mereka. “Aku dengar kakinya bengkak dan tidak bisa berjalan,” ucap Lili. “Benarkah, apa dia terjatuh?” sahut Sarah yang penasaran. “Aku dengar seseorang tak sengaja memukul kakinya hingga ia tidak bisa jalan,” tukas Lili. Seina menelan salivanya dengan kasar, ia tahu jika pelaku pemukulan yang mereka bicarakan adalah dirinya sendiri. Seina bergegas kembali ke apartemennya, melewati Sarah dan kedua temannya begitu saja. Di dalam apartemen, ia mencoba berpikir mencari alasan untuk datang ke apartemen Darel. Perlahan Seina membuka pintu apartemennya bersamaan terbukanya pintu lift. Mata Seina, Darel serta Dino saling bertatapan, arah pandangan Seina turun ke bawah melihat kaki Darel yang di
Aroma masakan menyeruak di dapur, Seina dengan telaten membuat nasi goreng untuk sarapan Darel. Tak lupa ia membuat dadar telur dan juga kopi untuk tetangganya itu. Ia menata semua masakannya dalam wadah, kemudian membawanya ke rumah Darel.Seina menekan password yang di berikan oleh Darel lalu masuk ke dalam apartemen. Mata Seina mengedarkan pandangannya melihat ke sekeliling, ia lalu menyimpan makanannya di meja kemudian mengetuk pintu kamar sang pemilik rumah."Darel, apa kamu di dalam? Rel," ucap Seina mengetuk pintu.Seina mendekatkan telinganya ke daun pintu, tak terdengar suara dari kamar. Akhirnya, Seina kembali mengetuk pintu, untuk memastikan keadaan Darel."Rel, kamu di dalam?"Seina bergegas membuka pintu kamar Darel ketika mendengar suara benda jatuh. Ia begitu panik kalau ketika tidak melihat Darel di sana. Langkahnya berhenti di depan pintu kamar mandi, sesaat dia diam tapi akhirnya ia membuka pintu.“Ah,” teriak Darel dan Seina bersamaan, sebelum akhirnya Seina sadar d
Setiap hari Seina menemani Darel di apartemennya, membantu merawatnya karena merasa bersalah hingga membuatnya cedera. Untungnya hanya cedera ringan jadi Seina tidak perlu takut di tuntut ganti rugi. "Kau sedang menulis apa?" tanya Darel. "Tentang kisah cinta yang belum usai," jawab Seina tanpa menghiraukan Darel yang sedang menatapnya. "Cinta belum usai, apa dia sedang menyinggungku," batin Darel. "Ehm ... bagaimana kisahnya?" imbuh Darel yang penasaran dengan cerita yang di tulis Seina. Seina memalingkan wajahnya, hanya beberapa senti saja bibir keduanya bersentuhan. Mata Darel dan Seina saling bertatapan, Darel mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir Seina. "Astaga apa ini, kenapa aku enggak bisa ngelak," batin Seina yang hanya diam mematung.Satu kecupan mendarat di bibir Seina membuatnya tidak sadar dengan apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Dengan santainya Darel kembali duduk, menyandarkan punggungnya di kursi yang berada di samping Seina sambil membaca novel. "Ken