Home / Fantasi / Manusia Penakluk Dunia / 7. Sepuluh Tahun Yang Lalu

Share

7. Sepuluh Tahun Yang Lalu

Author: Jinada
last update Huling Na-update: 2021-09-03 07:00:09

Kabar tentang kemunculan puluhan gates tingkat A dan S yang muncul mendadak di benua Australia menggemparkan seluruh dunia. Dalam beberapa hari gelombang monster telah memorak-porandakan setiap kota di sana. Dengan sigap Samuel Manrov, pemimpin WH Organization kala itu menyampaikan dalam konferensi pres meminta bantuan seluruh hunter di dunia untuk menutup gates di sana. Bahkan Samuel Manrov tidak segan-segan menyebutnya sebagai perang, perang antara umat manusia dan monster.

Surabaya kala itu menjadi salah satu kota tempat transit sebelum para hunter menuju Australia.  Setelah menemui ibu dan kakaknya, Jillian langsung kembali ke bandara untuk persiapan keberangkatannya dalam beberapa jam. Sekembalinya di sana, ia berpapasan dengan teman satu SMP-nya, Nira.

Jantung Jillian berdegup kencang kala itu, Nira selalu saja menjadi gadis manis yang dia cintai. Alasan dia ingin menjadi kuat, alasan dia ingin menjadi hunter, dan alasan dia harus berperang di Austarlia. Jika gates di Australia gagal ditutup ada kemungkinan besar, negara Indonesia yang sangat dekat dengan Australia ikut dalam bahaya.

“Apakah kamu akan berangkat dengan Ayah?”

Jillian tidak mengelak, “Kami akan beroperasi di tempat yang sama.”

“Maukah kamu berjanji akan kembali bersama?”

“Y... ya,” Jillian ragu.

Nira melangkah makin dekat hingga memeluk Jillian, “Aku mencintaimu Jillian.”

Tapi ungkapan cinta Nira kala itu tidak tepat, alih-alih membuat Jillian menjadi semangat malah membuat dirinya semakin mengacaukan perasaannya dan membebani batinya. Gates tingkat S tidaklah mudah bagi Jillian, di kala itu dia masih menjadi hunter rank A, ia pernah mencoba sekali dan rasa-rasanya pertaruhan hidup dan mati itu nyata. Jillian memendam perasaannya, ditinggal seorang yang dicintai itu menyakitkan tapi yang paling menyakitkan adalah ditinggal seorang yang dicintai sekaligus mencintainya. Jadi Jillian diam, setidaknya Nira bisa segera melupakan dirinya jika hal buruk terjadi.

Jillian melepas pelukan itu, “Aku berjanji akan menjaga ayahmu. Kami akan pulang bersama. Aku janji.”

***

Tujuh hari berlalu di benua Australia, satu persatu anggota tim yang bersama Jillian tumbang, Kapten Samuel, Lina, Nolan, Kamal, Tom, Justin.... dan anggota lainnya. Tak hanya itu, anggota tim dari guild Bumisakti yang dipimpin oleh ayahnya Nira pun sebagian besar telah tewas. Kedua tim itu bahkan telah terpisah, tak saling dapat menghubungi padahal mereka mempertahankan kota yang sama.

Setelah Lina dan Kamal, hanya tersisa Jillian dan Steve. Itu pun Steve telah kehilangan kaki kirinya gara-gara serangan salah satu monster. Sungguh monster-monster di sana tidak hanya sekadar troll, goblin, atau orc, lebih banyak monster yang tidak dikenali dan bahkan banyak monster tingkat A yang sangat menyulitkan.

Jillian mengendong rekan terakhirnya yang sekarat di tengah kota yang luluh-lantak. Ia tak tahu harus ke mana, hanya satu tempat yang memungkinkan dalam benaknya. Kembali ke sebuah reruntuhan gedung yang sempat menjadi markas sementara mereka, setidaknya ada sedikit persediaan makanan dan obat-obatan di sana. Tapi tenaganya tak cukup untuk ke sana, pandangan telah pudar, tubuh penuh rasa sakit dan kelelahan setelah berhari-hari terkepung oleh monster. Akhirnya dia jatuh dan pingsan, terbaring bersama rekannya yang berwajah pucat dan diam.

“Steve!” teriak Jillian dari bangunnya.

“Tenanglah, Jillian,” suara laki-laki tua tak asing didengar Jillian.

“Paman Nakti?” Jillian bangun, melihat ayah Nira yang duduk mengawasi dekat jendela. Saat itu sore dan langit berwarna kemerahan, Jillian terbaring di sebuah ranjang, tepatnya sebuah kamar yang entah milik siapa.

“Beristirahatlah Jillian, malam ini kita mengumpulkan tenaga untuk pergi esok pagi. Ada makanan dan air di sampingmu. Kemudian beristirahatlah.”

“Di mana Steve?”

“Apa dia adalah pemuda yang kamu bawa?”

Jillian mengangguk, ia mengambil botol air yang diletakkan di sebuah meja dekatnya.

“Hanya tersisa kita, Nak.” Ucap Paman Nakti.

Raut wajah laki-laki tua itu mulai terlihat kelelahan, tak ada senyum cerah dan semangat yang Jillian pernah kenal. Bahkan beberapa hari yang lalu sebelum tim mereka kehilangan kontak, Paman Nakti masih menunjukkan tekad perjuangannya. Tapi kini yang ada hanya seorang yang terakhir berdiri di medan perang, seorang yang telah melihat semua kawan perjuangannya satu per satu berguguran. Jillian merasakan itu juga, rasanya lebih buruk dari kematian karena dia harus tetap hidup dari pengorbanan rekan-rekannya. Kemudian Jillian terpejam dalam tidurnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Manusia Penakluk Dunia   137. Arina: Terserah >.<

    “Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,

  • Manusia Penakluk Dunia   136. Seperti di Australia

    William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me

  • Manusia Penakluk Dunia   135. Pidato Terakhir Presiden Rusia

    Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora

  • Manusia Penakluk Dunia   134. Garis Depan Pertahanan

    Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun

  • Manusia Penakluk Dunia   133. Hunter Tingkat S Gugur

    Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k

  • Manusia Penakluk Dunia   132. Situasi Memburuk

    Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status