Sepuluh tahun yang lalu Benua Australia hancur diserang oleh ratusan gates dari dunia lain. Seluruh hunter di dunia bersatu namun hanya dua puluh orang yang selamat. Satu di antara mereka adalah Jillian yang kini menjadi ketua organisasi hunter tinggkat dunia sekaligus menyandang gelar hunter terkuat. Ia yang sangat membenci para elf tetapi dunia manusia harus bekerja sama dengan para elf untuk melawan musuh terkuat dari Dark One. Maukah Jillian bertarung bersama atau memilih melawan Dark One sendiri?
View MoreLina, Steve, Roman, Kamal, Tom, Justin.... belasan nama terlintas dalam pikiran Jillian.
“Jillian.”
Jillian berlari meninggalkan laki-laki sekarat dan bocah yang menangis di belakangnya. Ia melompat dengan tangan kanan siap mengayunkan pedang hitam diikuti puluhan pedang hitam bagaikan sayap terbang. Satu monster Balkanji kepalanya terbelah dan dua yang lain tertusuk oleh belasan pedang hitam.
“Jillian.” Seorang menyebut namanya dengan lirih. Jillian berdiri memandang seorang laki-laki tua yang terbaring. Lubang di perut telah membentuk danau darah di sekeliling tubuh tua itu. Meski sekarat, laki-laki tua itu masih sadarkan diri.
“Paman!” isak Jillian.
Saat itu juga monster-monster terlihat berlari ke arah mereka. Bocah itu menangis, laki-laki tua itu terbaring sekarat, dan Jillian berlutut tanpa harapan.
“Khaaaaaaaaaaaa!!!” Lolongan keras dari monster Balkanji bergema di atmosfer hingga membangunkan kesadarannya.
***
“Hah, hah?” Jillian terbangun dari mimpi dengan keringat dan nafas setelah berlari berkilo-kilo meter.
“Oekkk,” tangis bayi mulai terdengar.
“Did Mulan wake you up, Honey?” suara halus Arina menyapanya. Jillian menggelengkan kepala.
“That’s dream?”
Jillian menganggukkan kepala. Arina kemudian keluar kamar mengendong Mulan yang masih menangis. Saat dia kembali, putri kecil mereka sudah tenang dan juga Arina membawakan segelas kopi.
Jillian keluar menuju balkon kamar hotel untuk merokok dan mengembalikan kesadarannya setelah bangun tidur. Jakarta, setelah bertahun-tahun tidak pulang ke Indonesia akhirnya dia kembali. Jadi inilah Kota Jakarta. Udara di pagi hari masih segar dan nikmat tetapi pemandangan sangat terlihat padat dan penuh sesak, sangat berbeda dari London. Orang mengatakan kota ini penuh polusi tetapi udara pagi selalu segar untuk dinikmati dengan secangkir kopi.
Ketika Arina mengetuk jendela, Jillian bisa melihat William dengan dua orang pegawai hotel menyiapkan makanan.
“Boss, your breakfast is ready with Indonesian food as your wish,” sapa William dengan senyum ramah. Sesekali memperkenalkan makanan Indonesia untuk Arina mungkin tidak buruk.
Istrinya yang seorang wanita Jepang dan suka memasak pasti akan senang mencicipi cita rasa baru dari masakan Indonesia. Di depan mereka terdapat sajian nasi, belahan telur, mi, suwiran ayam, sambal dan masing-masing dimasak berbeda. Itulah nasi uduk. Jillian mulai mengambil suapan pertama langsung dengan tangan kosong. William dan Arina membuka mata lebar-lebar.
“Some Indonesian food should eat by hand directly,” ucap Jillian.
Mereka mencobanya dengan canggung. Sesekali Mulan ikut merebut sarapan dari ibunya, itu sangat membahagiakan bagi Jillian untuk melupakan mimpi buruk. Sedangkan William terlihat sangat menikmati sarapannya. Sekretaris Jillian itu telah mengenakan pakaian rapi saat sarapan sedangkan Jillian dan Arina masih berpakaian baju tidur.
“I’ve found a tour guide for you, Arina,” ucap William.
“Is it true? We’ll go around Jakarta. Thank you Daddy, thank you Willy,” ucap Arina bersemangat dengan memainkan jemari Mulan. Jillian pun ingin mencoba berkeliling Jakarta, meskipun dia lahir Indonesia tetapi tak sekali pun memiliki kesempatan untuk datang ataupun berkeliling mengenal ibukota. Masa kecilnya ia habiskan di Surabaya dan sekali dia ke Jakarta hanya untuk mendaftar sebagai hunter.
“Ehmm, will Elma come?” bisik Arina saat merapikan dasi suaminya. Tak dipungkiri nama itu menyinggung Jillian yang membenci para elf.
“Maybe,” jawab Jillian dengan melakukan kecupan nakal ke leher istrinya. Arina tidak mencoba melepaskan diri karena sudah hafal sifat Jillian yang akan semakin menggila bila dia mencoba menolak. Tetapi selama beberapa menit Jillian masih belum mengendurkan serangannya, ini akan sangat buruk bila suaminya terlambat pergi.
Klek....
Pintu terbuka oleh William, “Boss, we should...” kata-katanya terhenti karena tidak enak mengganggu aksi bosnya. Tetapi Jillian terlanjur menoleh ke arah William dan memudarkan keinginannya.
Arina menahan lengan Jillian yang hendak pergi, “Don’t come home late.”
Jillian berbalik untuk mencium kening Arina dan segera pergi.
***
Selama dalam mobil, William menyiapkan berbagai teks pidato ataupun menjelaskan acara konferensi yang akan Jillian hadiri. Konferensi tahunan dari World Hunter Organization (WH Organizattion) diadakan setiap tahun untuk mengingat sejarah insiden gates yang terjadi di Australia. Ribuan hunter tewas dalam perang melawan monster-monster. Jutaan nyawa manusia di Benua Australia menjadi korban dari gerbang monster dunia lain yang muncul. Orc, Troll, Goblin, Balkanji, dan monster lainnya muncul bersamaan bagaikan invasi.
Para hunter di seluruh dunia mewakili guild dan negara mereka datang untuk melawan. Dari 3000 hunter yang berperang hanya 20 orang yang selamat, dari 23 juta jiwa warga Benua Australia hanya 10% penduduknya yang selamat, dan salah satu hunter yang berhasil mengakhiri perang tersebut adalah Jillian.
“Jadi acara ini akan selesai pukul 02.00 siang?” tanya Jillian.
“Benar, Boss.”William mengangguk.
Sepuluh tahun yang lalu yang lalu Jillian menyelamatkan William dari kejaran monster di Benua Australia. Setelah pembantaian tersebut berakhir, Jillian mengajak William untuk tinggal dan berlatih bersama. Lima tahun kemudian Jillian dinobatkan sebagai hunter terkuat di dunia dan diangkat menjadi kepala WH Organization. Sedangkan William mulai melekat sebagai adik, sahabat, dan orang terpercayanya.
“Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,
William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me
Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora
Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun
Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k
Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments