Share

6. Makan Malam

Author: Jinada
last update Huling Na-update: 2021-09-02 17:00:59

“Bagaimana kabarmu, Nira? Lama kita tidak bertemu,” sapa Jillian.

“Sangat lama.” Mata Nira berkaca-kaca.

“Dia istriku, Arina Katsuko. Masih belajar bahasa Indonesia.”

Pertemuan terakhir Jillian dengan Nira adalah 10 tahun yang lalu, hari di mana dia pergi bersama ayahnya menuju Australia. Kini perasaan malu, bersalah dan cinta bercampur menjadi kekacauan. Ia mengira Nira akan ada di Jakarta untuk memenuhi undangan para korban keluarga hunter. Dugaannya salah dan Jillian harus menghadapi hal yang tidak pernah ia ingin jumpai.

Nira berlari untuk memeluk teman masa kecil dengan penuh rindu.

“Kenapa baru pulang?” tangis haru Nira.

“Banyak gates yang harus aku urus. Aku sendiri tidak mengira akan bisa pulang.” Itu jawaban yang sudah Jillian siapkan bertahun-tahun. Jillian membalas pelukan Nira dengan satu tangan karena tangan yang lain memegang sepiring buah kersen. Jantungnya berdegup lebih kencang saat ia memeluk cinta pertamanya itu.

“Bodoh. Aku sudah menikah, aku tidak ingin bercerai,” bisik Jillian saat melihat Arina yang memalingkan muka.

“Aku lupa. Aku juga sudah menikah. Dasar Jillian!” Nira mengusap air matanya.

Nira berbalik, “Maafkan aku. Aku hanya teman masa kecilnya, tidak perlu salah paham.”

“She’s sorry. She is my childhood friend. Please don’t divorce me,” terjemah Jillian. Arina mengangguk dan tersenyum kecil.

“Namaku Nira.” Nira mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Arina.

Mereka bertiga duduk di beranda rumah menanti putra Nira yang sedang pergi bermain dengan Lalla. Pada akhir percakapan, Nira mengundang Jillian beserta istrinya untuk makan malam bersama. Jillian tidak keberatan karena lusa juga tidak ada hal yang ingin ia lakukan. Tak lama dua bocah yang ditunggu-tunggu pulang dengan pakaian kotor dan penuh keringat. Nira dan anaknya pulang.

***

Jillian mengenakan baju pinjaman Aditya dengan warna sesuai dengan selera orang Indonesia. Sedangkan Arina terlihat cantik dengan baju blus lengan panjang yang hangat. Ia membetulkan kerah baju Jillian dan memastikan bahwa suaminya tidak bau.

“What’s wrong? Why are you silent?” tanya Jillian.

Arina menggelengkan kepala.

Jillian menyentuh dagu Arina dengan lembut, “I know, you never shook the head and be quite.”

“I also know.... You love Nira, right?” Mata Arin berkaca-kaca saat Jillian tidak segera menjawab.

“She was my past. How can you think like that?”

Arina memeluk Jillian, “The day when you raped me.You said her name, Nira.”

Jillian menelan ludah pahit saat mendengar perkataan istrinya. Air mata menetes di pipi Arina. Dua tahun yang lalu wanita itu menangis ketakutan tetapi saat ini dia menangis karena tidak ingin kehilangan suaminya.

“I’m sorry. But you are only my love, Honey. I love you and Mulan. You two are... the only life I have,” bisik Jillian dengan rangkulan hangatnya.

“Promise?” Arina mengusap tetes air mata.

“I promise,” ucap Jillian sebelum mencium kening istrinya.

Jillian datang ke rumah Nira dengan berjalan kaki, ia mengendong Mulan dan Arina menggandeng Lalla. Matahari sedang tenggelam dan hari mulai malam, lampu-lampu jalan mulai menyalah, dan Jillian tahu bahwa waktu ini tidak akan banyak orang yang berpapasan dengan mereka. Rumah Nira tidak pindah dari susunan rapi perumahan dengan gaya perkotaan.

“Selamat sore.” Jillian mengetuk pintu.

“Mr. Jillian, welcome.... I am Roman, Nira’s husband,” sapa ramah laki-laki yang membukakan pintu.

“Terima kasih undangannya, ini istri saya, Arina. Maaf membawa Mulan dan Lalla,”

“Halo paman,” sapa Lalla yang jarang bertemu dengan ayah sahabatnya.

“Jadi kamu Lalla? Sana panggil Rafa di atas,” minta Roman.

“Baik Paman,” jawab Lalla semangat.

Di ruang tamu, Roman tak henti-hentinya kagum dan merasa beruntung bisa bertemu dengan seorang pemimpin organisasi hunter tingkat internasional. Dia yakin bahwa pertemuan ini akan membuahkan relasi yang baik bagi dirinya yang seorang ketua guild.

“Ya Tuhan, mengapa istriku tidak pernah cerita kalau kamu teman masa kecilnya. Rafa juga tidak cerita jika paman temannya adalah hunter nomor satu di dunia. Apa mereka sengaja menyembunyikan sesuatu dariku. Hahaha...”

“Aku dengar kamu mengurus guild ayah Nira?” basa-basi Jillian.

“Ya, hunter kami juga menghadiri konferensi kemarin. Jika Nira bilang sejak awal kalian berteman mungkin aku yang akan datang, tetapi demi Tuhan. Banyak sekali pekerjaan yang perlu aku urus. Banyak gates yang muncul mendadak di pulau Jawa, Itu benar-benar gila.”

“Ya, aku dengar kabar itu,”

“Sudahlah, kalian tidak akan pernah selesai jika terus membahas gates. Bagaimana kabarmu Arina? Apakah kamu betah tinggal di Indonesia,” Nira datang membawa teh hangat.

“Do you like living in Indonesia,” Jilian menerjemahkan.

“Makanan Indonesia seperti di Jepang.” Arina menjawab dengan aksen kaku.

“Bukankah kalian tinggal di London?” tanya Roman.

“Ya, kantor organisasi WH ada di sana. Aku juga resmi berwarganegara Jepang.”

“Pasti ini menarik untuk diceritakan. Akan aku panggil anak-anak dan mari makan malam.” Nira langsung melangkah menuju tangga rumah.

Makan malam mereka nikmati dengan bertukar cerita-cerita yang menarik. Jillian dengan segudang cerita monster dan gates selalu membuat anak-anak kagum. Nira menceritakan perkembangan belajar dua anak itu, bahkan dia mengenal Lalla sama seperti anaknya. Arina dengan kosakata bahasa Indonesia terkadang menceritakan pengalaman barunya di Indonesia atau cerita tentang Jillian sebagai suami.

Jillian meminta izin keluar untuk merokok, meninggalkan Roman yang sedang menerima panggilan telepon. Perasaannya masih setengah menganjal. Setengah perasaan Jillian lega kini karena kini Nira telah memiliki keluarga baru yang bahagia. Sedangkan setengah perasaan yang lain, Jillian masih merasa bersalah karena tidak bisa menyelamatkan ayahnya Nira 10 tahun yang lalu.

“Jillian, ini asbak jika kamu mencari.” Nira datang dengan asbak di tangannya.

“Maaf aku tak menepati janjiku yang dulu.”

“Kamu sudah menepatinya sekarang. Ayah pasti senang.”

Tapi perkataan Nira menusuk tajam ke hati Jillian, perasanya terasa getir saat mengingat hari itu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Manusia Penakluk Dunia   137. Arina: Terserah >.<

    “Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,

  • Manusia Penakluk Dunia   136. Seperti di Australia

    William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me

  • Manusia Penakluk Dunia   135. Pidato Terakhir Presiden Rusia

    Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora

  • Manusia Penakluk Dunia   134. Garis Depan Pertahanan

    Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun

  • Manusia Penakluk Dunia   133. Hunter Tingkat S Gugur

    Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k

  • Manusia Penakluk Dunia   132. Situasi Memburuk

    Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status