Share

Wanita Pemandu Lagu

"Kenapa tidak masuk?" tanya seorang laki-laki yang muncul dari belakang.

"HAH!!!"

Kara menoleh dengan melongo kebingungan. Seorang laki-laki menatapnya intens dari atas ke bawah. Ternyata orang itu adalah salah satu teman Arzan.

"Ayo masuk!" ajak laki-laki itu.

Kara berniat melarikan diri, tapi laki-laki itu mendorong pintu. Pintu ruangan karaoke terbuka lebar, membuat semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju pada Kara. Jika ia lari sekarang juga, orang-orang akan mencurigainya. Dirinya bisa saja ketahuan jika pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas.

"Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi?" tanya laki-laki itu penasaran karena Kara malah diam.

Kara tersenyum ramah agar tak terlihat mencurigakan. Mau tidak mau ia melangkah masuk ruang karoeke itu. Ia akan keluar setelah tidak ada yang menyadari keberadaanya. Matanya menyusuri seisi ruangan.

Sebuah sofa panjang berbentuk setengah lingkaran. Di depannya terdapat televisi lebar yang menampilkan lagu yang sedang diputar. Di tengah terdapat meja yang berisi minuman-minuman. Terdapat enam laki-laki yang masing-masing disisinya ada. Dua wanita lain bernyayi di depan TV. Sisanya menyiapkan minuman untuk para laki-laki itu. Mereka biasa disebut wanita pemandu lagu atau PL. Biasanya hanya ada dua PL, tapi disini terdapat sekitar 10 wanita. Wanita pemandu lagu ini bisa dibooking sesuai permintaan pelanggan.

Wanita-wanita tersebut sepertinya diperintahkan untuk mengenakan pakaian serba hitam untuk malam ini. Pantas saja laki-laki tadi mengira Kara adalah salah satu di antara mereka.

Kara melirik bajunya yang berwarna hitam. Ia menyesal memilih baju yang digunakannya sekarang.

"Berikan aku minuman!" Seorang laki-laki menatap ke arah kara.

Kara menggaruk tengkuk bingung, tapi ia berusaha menyesuaikan diri. Ia menggambil sebotol lalu menuangkannya pada gelas laki-laki tersebut.

Kara melirik Arzan yang sejak tadi hanya diam. Ia mengabaikan wanita seksi di sampingnya. Bahkan menyuruh wanita itu menjauh darinya. Sepertinya dia sangat stres. Dengan rokok di mulut.

"Kau, kemari!"

Kara sedikit terkejut saat Arzan menunjuk ke arahnya. Tapi, ia berusaha setenang mungkin agar tak mencurigakan. Lali-laki itu meletakan gelas minum di atas meja lalu Kara segera mengisinya.

"Silahkan dinikmati, Tuan!" ucap Kara berusaha ramah.

Kara berdiri berniat menjauh dari pandangan laki-laki itu.

"Tunggu!" Arzan menarik lengan Kara.

"Aku sepertinya mengenalmu," tebak Arzan sambil meneliti wajah di depannya.

"Kenapa dia selalu mengenaliku sih?" batin Kara khawatir.

Untuk mengalihkan perhatian, Kara melingkarkan lengannya ke leher Arzan.

"Tidak mungkin Anda mengenal saya, Tuan. Ini pertama kalinya kita bertemu," elak Kara berbohong.

"Kau sangat cantik," puji Arzan.

Kara tersenyum malu-malu, 'Terima kasih! Anda juga sangat tampan," pujinya balik.

Kara terlalu mendalami perannya.

"Saya izin keluar sebentar, Tuan. Saya mau buang air kecil," alasan Kara.

"Benarkah? Apa perlu kutemani?"

Kara menggeleng cepat, "Tidak, saya bisa sendiri."

Kara langsung berdiri dan segera pergi dari ruangan itu.

Kara berdiri di depan cermin dan mencuci tangan setelah buang air kecil. Ia tak berbohong tentang itu. Ia benar-benar ingin buang air kecil karena panas dingin mendapat perlakuan seperti tadi.

"Syukurlah aku bisa terbebas dari ruangan itu."

Kara segera keluar dari toilet. Ia akhirnya bisa keluar dari ruangan karoeke itu dengan mudah. Kenapa tidak dari awal ia terpikirkan tentang ide izin buang air kecil.

"Hai, cantik!"

Kara berhenti melangkah saat dua orang laki-laki dengan banyak tato di tubuhnya, menghalangi dirinya. Kara berjalan ke pinggir, tapi mereka tetap menghalanginya.

Salah satu diantara mereka mencolek pipi Kara, "Mau kemana sih Cantik? Buru-buru banget kayaknya. Ayo main dulu sama kita!" goda laki-laki itu.

Kara menatap mereka datar, "Minggir!" Ia berusaha melewati keduanya.

Dua laki-laki tersebut membentangkan tangan mencegah Kara lewat. Kara menoleh kesekitar. Tidak ada orang disekitarnya yang bisa dimintai tolong. Jantungnya berpacu cepat karena ketakutan. Tubuh Kara juga bergetar, tapi ia masih bisa mengendalikan diri. Tanpa aba-aba, Kara berlari kembali menuju toilet. Ia bisa mengunci diri disana dan menunggu sampai dua laki-laki itu pergi.

"Tolong!!" teriaknya.

Kara segera meraih gagang pintu, tapi sayang kedua orang itu lebih sigap dengan menahan pintu. Mereka menyudutkan Kara di tembok. Mata Kara sudah berkaca-kaca. Ia tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Bugg... Bugg...

Seorang menerjang tubuh kedua laki-laki tersebut. Ketiganya langsung saling serang. Dua lawan satu membuat laki-laki itu kesulitan melawan mereka.

"Arzan, awas!" teriak Kara memperingatkan saat dia diserang dari belakang. Untungnya Arzan bisa menghindar.

Meski terlihat Arzan jago beladiri, ia tetap kewalahan menghadapi kedua orang itu. Kara bingung harus berbuat apa. Ia menoleh kesana-kemari mencari sesuatu. Terdapat sebuah sapu di dekat toilet. Ia segera mengambilnya. Kara maju dan memukuli dua orang tersebut dengan sapu yang dipegangnya. Karena kewalah, kedua orang itu langsung pergi.

Arzan mendekati Kara yang menatapnya intens.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya kahwatir.

Kara hanya mengangguk. Ia bisa melihat bibir laki-laki itu berdarah di bagian pinggir.

"Aku tadi menunggumu. Tapi kamu tak kunjung datang. Makanya aku menyusul kamu kesini. Ternyata ada orang-orang yang mengganggu kamu," beritahu Arzan.

Kara diam sejenak. Ia jadi ragu akan suatu hal. Perasaannya jadi campur aduk. Ia bingung harus berbuat apa. Ia selalu menilai orang di depannya adalah laki-laki yang tidak baik. Namun, hari ini, laki-laki yang dianggapnya buruk, menolong dirinya.

"Terima kasih!" Kara berlari melewati Arzan yang kebingungan melihatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status