Share

Berita Buruk

Tok... tok... tok....

Suara ketukan dari luar membuat lelaki yang sedang berpakain menoleh bingung. Ia tidak memanggil karyawan hotel. Juga tidak punya tamu yang akan datang berkunjung pagi ini. Lelaki itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia terlebih dahulu menggunakan celana dan baju baru setelah itu baru berniat membuka pintu.

"Tuan, cepat buka pintu!" teriak seseorang dari luar.

Suaranya terdengar familiar, membuatnya segera membuka pintu kamar hotelnya.

"Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang libur?" tanya lelaki itu saat membuka pintu dan melihat managernya berdiri di depannya.

Manager segera masuk dengan nafas tersengal karena buru-buru datang menemui Bosnya, "Saya menghubungi Anda, tapi tidak diangkat. Ada berita penting yang harus anda lihat."

Sang manager menyerahkan sebuah iPad yang terdapat sebuah video dan beberapa artikel dan juga foto-foto.

Lelaki itu menatap bingung managernya. Ia memilih duduk terlebih dahulu di kursi santainya dekat dengan kasur. Tangan kanannya memegang erat iPad berwarna abu-abu dengan logo apel tergigit. Matanya menatap datar layar iPad-nya. Ia menonton video yang ada disana dan juga membaca artikel yang membahas tentang video itu. Rahang tegasnya terlihat mengeras menahan amarah. Beberapa kali ia berusaha menarik nafas untuk meredam perasaan panas yang tiba-tiba menggerogoti hatinya.

"Ahkh," erangnya kesal. "Siapa yang berani-beraninya merekam dan menyebarkan video itu?"

Ia melempar iPad yang dipegangnya ke sembarang arah. Tangannya mengacak rambut frustasi. Ia berdiri lalu menonjok tembok di dekatnya beberapa kali. Tangannya sampai memar dibuatnya. Managernya berusaha menghentikan perbuatan Bosnya dengan menariknya menjauh dari tembok.

"Tenangkan diri Anda, Tuan!" nasihat manager.

Ia memungut kembali iPad yang sudah pecah akibat pelemparan tadi. Untungnya masih bisa digunakan meski retak di bagian layarnya.

"Bagaimana aku bisa tenang jika ada berita beredar yang memprtaruhkan nama baikku. Aku tidak akan melepaskan pelakunya," pintanya kesal.

"Saya akan cari solusinya, Tuan Arzan."

Arzan menunduk frustasi. Tangannya beberapa kali mengacak rambut Berulang kali.

"Rendi, apakah fans-fansku akan meninggalkan aku?" Terdapat nada ketakutan saat ia mengatakannya.

Managernya diam tak tau harus menjawab apa.

Banyak artikel dan berita yang muncul memberitakan tentang perilaku buruk Aktor Arzan saat sebuah akun memposting beberapa video yang menunjukan saat Arzan sedang berciuman dengan wanita seksi dan video lain yang berisi klip saat sang Aktor dan teman-temannya sedang berpesta di sebuah karaoke ditemani wanita-wanita penghibur. Nama baiknya akan benar-benar hancur. Selama ini Arzan selalu membangun imege sebagai Aktor yang baik dan tidak macam-macam. Ia selalu tampil sebagai laki-laki yang baik dan ramah serta sopan dan selalu menghormati perempuan. Meski sering mendapat rumor kencan dengan banyak wanita, tapi itu tak pernah terbukti. Apalagi fansnya akan selalu membelanya.

"Apa Anda tidak merasa diikuti selama di hotel ini?" tanya Rendi sang Manager.

Arzan menggeleng.

"Sepertinya pelaku penyebaran video itu adalah seorang Anti-fan. Akun yang menyebarkannya merupakan salah satu akun yang sering menebar komentar kebencian di akun sosial media milik Anda. Saya yakin orang itu sedang memata-matai Anda," Analisis Rendi.

Arzan berusaha mengingat-ingat apakah ada yang mencurigakan selama di hotel. Namun, sayang, ia tidak curiga pada siapapun. Karena selama disini dia merasa aman-aman saja.

"Saya akan periksa CCTV. Pasti pelakunya tertangkap kamera keamanan."

Arzan menghela nafas frustasi, "Aku ikut!"

Rendi menahan Bosnya, "Tidak, Tuan! Anda akan jadi pusat perhatian jika keluar dalam keadaan seperti ini. Biar saya yang urus."

Rendi segera keluar untuk memeriksa kamera CCTV dan juga mencari bukti lainnya. Ia segera menuju meja resepsionis untuk mencari info.

"Permisi, ada hal yang ingin saya tanyakan!" Rendi menghampiri staff yang menjaga meja resepsionis.

"Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu staff.

"Begini... Kalian pasti tahu jika Aktor Arzan menginap di hotel ini?" Staff mengangguk mendengar pertanyaan Rendi. "Apa kalian melihat sesuatu yang mencurigakan di sekitarnya?"

"Mohon maaf, Tuan! Kami tidak memperhatikan hal seperti itu."

"Kalau begitu bolehkah saya memeriksa kamera keamanan?" tanya Rendi penuh harap.

Para staff saling tatap kebingungan karena tidak sembarang orang bisa memeriksa kamera keamanan hotel. "Maaf, Tuan. Kami tidak punya wewenang untuk membiarkan sembarang orang memeriksa CCTV."

Rendi memutar bola mata kesal, "Berikan saya nomor atasan kalian." Mau tak mau ia harus menggunakan kekuasaan agar diijinkan memeriksa kamera pengawas.

Setelah mendapat nomor pemilik hotel, Rendi segera menghubunginya. Tidak jauh darinya, seorang wanita sedang melihatnya dengan perasaan takut. Ia berharap lelaki itu tak dibiarkan melihat kamera pengawas. Bisa mampus dirinya jika seseorang menyadari perbuatannya.

"Atasan kalian bilang, saya boleh memeriksanya." Rendi menyerahkan ponselnya kepada salah satu staff agar mereka percaya.

Wanita itu, Kara tak bisa menyembunyikan ketakutannya. Wajahnya memerah, tangannya bergetar hebat, tubuhnya panas dingin. Ia bisa dipidanakan jika ketahuan memata-matai sang Aktor.

"Dimana ruangan keamanannya?" tanya Rendi setelah berhasil mendapat ijin.

Staff segera menunjukan arah ruangan keamanan tempat rekaman CCTV disimpan. Ia segera melangkah pergi setelah sudah tahu letaknya.

"Aku harus cari cara agar bisa menghapus video rekaman CCTV," gumam Kara khawatir.

Kara segera berlari mendahului Rendi menuju ruang keamanan. Sesampainya disana, Kara menoleh dan melihat Rendi masih jauh dari ruangan keamanan. Ia mengintip ke dalam dan terdapat seorang security. Kara segera bersembunyi di balik tembok saat security itu keluar dari ruangan. Rendi menghentikan Security dan mengajaknya mengobrol.

"Maaf, pak! Ada yang mau saya bicarakan," pinta Rendi penuh harap.

Kara segera mengambil kesempatan dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Ia memeriksa sebuah komputer yang terhubung dengan kamera pengawas. Ia segera mencari file rekaman kemarin, mulai dari ia datang sampai sekarang. Kara lumayan ahli dalam menggunakan komputer. Membuatnya dengan mudah mendapatkan yang dicarinya. Kara menemukan rekaman kemarin dimulai saat ia pertama kali datang dan langsung mengejar Arzan sampai restoran. Di kolam renang tak ada kamera pengawas jadi ia bisa lebih tenang. Yang membuat Kara malu pada diri sendiri saat melihat dirinya mengikuti Arzan seperti penguntit. Apalagi saat ia mulai merekam lelaki itu saat berciuman dengan seorang wanita seksi. Ia baru sadar ternyata dirinya sangat bar-bar.

Kara segera menghapus semua file rekaman kemarin dan juga hari ini. Orang mungkin akan curiga, tapi setidaknya ia tak akan ketahuan.

"Berhasil!" seru Kara saat file rekaman CCTV berhasil dihapus.

Terdengar suara langkah yang mendekat. Kara segera mematikan komputer secepatnya. Lalu segera bersembunyi di balik pintu. Dua orang laki-laki masuk, yaitu Rendi dan Security. Saat keduanya melewati pintu, Kara segera mengendap keluar. Ia bisa sedikit bernafas lega.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status