Tika, Loli dan Ulfa dibuat tercengang dengan perubahan sikap dan ekspresi Wika hari ini. Jika kemarin-kemarin gadis itu terlihat murung, tak fokus dan kerap kali melamun. Berbanding terbalik sekali dengan hari ini, dimana Wika tampak berbeda sekali, Gadis itu terlihat ceria yang terkadang di selingi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Ketiga temannya itu saling menatap satu sama lain dengan bertanya-tanya keheranan. Ada gerangan apa sebenarnya yang memengaruhi Wika saat ini?
Mulut Loli terbuka sudah siap ingin memanggil Wika, tapi sosok lelaki tampan yang saat ini sedang berjalan ke arah mereka pun membuat Loli mengurungkan niatnya.
"Hai, Alex Martin," sapa Ulfa ketika pria itu sudah sampai di meja mereka. Menarik kursi yang ada di samping Wika.
"Hai Ulfa," balas Alex menyapa setelah pria itu duduk di kursi samping Wika. "Oh iya, panggil aku cukup dengan Alex saja ya." sambung Alex memprotes Ulfa ya
"Ayo pak, masuk!" tawar Wika saat mereka sudah sampai di halaman rumahnya."Sepertinya mbak Sofi dan Vania masih di rumah saya." ucap Wika merasa yakin jika adik dan putri Pras masih di rumahnya.Dan, dugaan Wika benar, saat ia memencet bel rumah dah pintu pun terbuka menampilkan sosok Sofi yang membukakan pintu untuk mereka berdua."Baru pulang?" tanya Sofi menyapa, Wika dan Pras mengangguk."Bersama?" Wika dan Pras kembali menganggukkan kepala mereka menjawab pertanyaan dari Sofi lagi."Aiih, so sweetnya." goda Sofi tersenyum senang."Dia yang meminta untuk pulang bersama, dan dengan sukarela menungguku." jelas Pras yang tak ingin adiknya salah paham tentang ini."Aaaa, kalaupun selain itu juga tidak masalah kak.""Sofi...." geram Pras memperingati ucapan adiknya.Sofi nyengir, "ayo silakan masuk." titah Sofi mengajak
Sofi dan Vania tampak saling pandang, lalu mereka beralih melirik kompak ke arah Pras dengan wajah dingin dan seriusnya menikmati sarapan yang terhidang.Tadi pagi-pagi sekali Pras sudah bangun, olahraga pagi sebentar seperti push up dan sit up. Lalu setelahnya Pras berjibaku sendirian di dapur membuat sarapan. Ya, hari ini pria itu memasak nasi goreng untuk sarapan mereka pagi ini.Vania sedari bangun tidur tadi sudah merengek meminta pada Pras dan Sofi untuk di antarkan ke rumah Wika. Tapi, Pras hari ini sangat bersikeras melarang Vania. Bocah kecil itu sempat menangis karena sang papa yang melarang dan terkesan seperti memarahinya.Susah payah Sofi mencoba menenangkan Vania yang menangis, dan berdebat dengan Pras yang begitu tega memarahi putrinya."Ingat, semua yang ku lakukan tadi semata-mata agar Vania tidak bersikap manja lagi." ucap Pras pada Sofi yang sepertinya masih kesal."Har
Alex, ternyata pria itu membawa kembali Wika ke tempat dimana tadi teman-temannya berada. Ya, kantin kampus, disanalah tadi ketiga temannya yang mendiamkannya masih berada disana. Alex menggeram kesal, dari kejauhan ia bisa melihat ketiga teman Wika yang tampak bercanda ria diselingi tawa tanpa kehadiran sosok Wika di sisi mereka. Padahal selama ini mereka berempat terlihat kompak."Awwh!" ringis Wika ketika Alex melepaskan cekalan tangannya.Loli, Tika dan Ulfa terkejut dengan kehadiran Alex dan Wika. Tawa riang mereka bertiga lenyap seketika saat melihat tatapan tajam Alex. Tak hanya mereka bertiga, bahkan mahasiswa lain yang ada di kantin kampus pun terkejut, Alex berhasil menarik perhatian mereka semua."Katakan padaku, apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian berempat?" tanya Alex cukup kuat.Ketiga temannya saling menatap satu sama lain. Wika yang tak tahan dengan situasi saat ini pun meminta Alex untuk ber
"Hahaha," tawa Wika menggelegar.Pras yang awalnya mengernyit kini merasakan merinding, ngerih melihat situasi dan kondisi Wika yang menurut dugaannya benar mabuk.Mabuk? Ya, seperti itulah kira-kira.Tapi, kenapa Wika bisa sampai mabuk. Darimana gadis itu mendapatkan alkohol, maksudnya meminum alkohol. Apakah mungkin..., Jangan-jangan Wika datang ke club?Selain tertawa Wika juga melompat-lompat kecil dihadapan Pras. Bagaikan orang yang gila sesaat Wika pasti melakukan itu tanpa sadar, dan di luar kendalinya."Hei, hentikan!" titah Pras mencekal salah satu lengan Wika, "diam, jangan melompat-lompat lagi.""Hehe, kenapa pak? Bapak gak suka ya saya lompat-lompat?" tanya Wika semakin mendekatkan tubuhnya merapat pada Pras. Pras dapat mencium dengan jelas bau aroma alkohol yang menguar dari nafas Wika."Wika, kamu sedang mabuk saat ini." Pras memperingati.
Pras menatap tajam ke arah ranjang tempat tidur yang biasa Sofi gunakan selama tinggal di rumahnya. Sekarang ranjang itu sedang di tempati, lebih tepatnya di pakai seorang gadis yang tengah tertidur entah nyenyak atau pura-pura yang pasti setelah tadi menumpahkan isi perutnya alias muntah mengotori pakaiannya, Wika langsung menutup matanya.Terpaksa lah Pras harus membersihkan kekacauan yang Wika buat. Pertama Pras membawa Wika ke kamar Sofi dan membaringkan tubuhnya di ranjang, lalu setelah itu Pras berlalu masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang kotor dan bau muntahan Wika. Pras membersihkan lantai dimana tadi terkena ceceran muntah Wika.Pras kembali ke kamar dan masih mendapati Wika yang memejamkan matanya. Pras mendekati ranjang dan membersihkan mulut Wika dari bekas muntahnya tadi, dan sampai selesai pun Wika tetap tak membuka matanya.Pras jadi kesal sendiri melihatnya, padahal kan Pras harus menyuruh gadis it
Kesokan harinya....Wika memilih tak masuk ke kampus hari ini, gadis itu beralasan jika dirinya sedang tidak enak badan. Sebenarnya bukan hanya alasan tapi memang benar jika Wika merasa kurang sehat, entah suatu keberuntungan atau tidak karena Wika memang malas sekali hari ini datang ke kampus.Selain perasannya yang belum stabil, Wika juga tak ingin melihat ketiga temannya yang sekarang ini tengah memusuhinya. Wika tersenyum kecut saat kata ketiga teman terlintas di pikirannya, apakah ketiga orang itu masih menganggapnya teman? Tidak, itu salah. Yang benar adalah, apalah Wika masih menganggap dan mau menerima mereka bertiga sebagai temannya?Jawabannya adalah tidak, Wika berjanji pada dirinya sendiri jika setelah ini entah suatu saat ketiga orang itu sadar dan meminta maaf padanya. Maka Wika akan tetap memaafkan, tapi jika untuk kembali berteman seperti biasa maka Wika tidak akan pernah mau.
"Hmm, itu...." Pras menggantungkan kalimatnya seraya mengigit bibirnya. Kentara sekali jika Pras tengah berpikir mencari jawaban apa yang pas untuk ia berikan pada Alex yang kini tampak menunggu sekaligus menuntut jawaban darinya.Alex kini semakin menatap tajam Pras dan sedikit menyipitkan matanya tanda curiga dengan gelagat Pras yang tampak gugup dan ragu. Tapi, dibalik itu semua Alex sangat menunggu jawaban dari dosennya dengan harap-harap cemas. Alex takut pertanyaan konyolnya ini malah membawa petaka baginya, bagaimana jika yang sebenarnya antara Wika dan Pras memang memiliki suatu hubungan atau istilah kerennya something special? Maka bisa berabe bagi Alex, sebab selama ini Alex memang menaruh hati pada Wika yang ia anggap sebagai pujaan hatinya. namun sampai sekarang pun Alex belum mampu mengutarakannya pada Wika, pertemanan yang terjalin diantara mereka saat ini memanglah terbilang dekat, dan perlahan perasaan cinta itu pun hadir.
Ini sudah hari ketiga terhitung Wika tak masuk kampus, gadis itu memilih berdiam diri di rumah tanpa niat untuk pergi ke kampus tempatnya menimba ilmu. Selama itu pula kedua orang tua Wika menanyakan kenapa putri semata wayangnya itu tak ingin pergi ke kampus. Dan Wika beralasan jika dirinya masih tak enak badan.Bu Asti sebenarnya menaruh curiga pada alasan Wika, terlebih saat ia mengecek suhu tubuh putrinya yang normal sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda orang yang kena sakit demam. Tapi, sebisa mungkin Bu Asti memaklumi putrinya itu, jauh di dalam lubuk hatinya Bu Asti memiliki firasat jika ada sesuatu hal buruk yang terjadi pada Wika hingga bersikap seperti ini. Malas-malasan, ogah-ogahan dan selalu murung. Padahal beberapa waktu yang lalu Wika sangat ceria.Perasaan tak tenang itu ternyata tak hanya di rasakan Bu Asti saja, tetapi juga tengah melanda diri seorang Pras. Akhir-akhir ini pria itu selalu memperhatikan dan memantau setiap perger