Share

Bab 3. Mogok

Penulis: Miss DK
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 13:51:20

Amanda memutuskan merogoh kocek dan menggunakan jasa layanan duka. Untuk mendapatkan surat kematian dan mengatur urusan pemakaman Syafira. Agar lebih praktis. Itu semua karena tubuh dan pikiran Amanda terlalu letih, butuh istirahat agar tenaganya terisi kembali dan pikirannya jauh lebih tenang.

Setelah semua urusan surat menyurat dan pemakamam jenazah Syafira selesai, Amanda memilih untuk pulang ke rumahnya yang dipasangi police line warna kuning.

Ya, seminggu yang lalu rumahnya resmi ditutup dan menjadi TKP. Tidak boleh dimasuki sembarang orang karena polisi khawatir TKP akan rusak dan kehilangan barang bukti penting.

Sebelum pergi menerobos police line rumahnya, Amanda sudah meminta ijin pada Elang, agar diperbolehkan masuk sebentar untuk mengemas beberapa barang terutama barang berharganya yang masih tertinggal di sana.

Begitu Elang memberi ijin, Amanda langsung tancap gas. Mengeratkan tali helmnya. Lalu menyalakan mesin motornya. Menyusuri malam yang sudah mulai larut.

Gemerlap cahaya jalan raya perlahan meredup. Amanda bersama motornya perlahan masuk ke jalan sempit yang merupakan satu-satunya jalan untuk menuju rumah mungilnya.

Awalnya Amanda tidak punya pikiran buruk apa-apa sampai kemudian terdengar sebuah bunyi. Drrtt! Drrtt!

Sungguh apes, motor yang dinaiki Amanda tiba-tiba mogok. Tepat di dekat lahan kosong. "Yah, yah ... Kok brenti di sini sih? Mana masih jauh lagi," gerutu Amanda sambil berusaha menyalakan mesin motornya.

Dengan cepat Amanda menekan tombol starter otomatis di motor matic-nya untuk menyalakan mesinnya lagi. Tapi mesin motor tak kunjung menyala. "Please, buruan nyala dong!"

Terpaksa Amanda turun dari motor dan menggunakan kakinya untuk menstarter motornya secara manual. Namun mesin motor masih tetap diam dan senyap. Seperti tertidur begitu saja.

Amanda menggigit bibirnya. Menoleh ke sana kemari, berharap ada orang di sekitarnya. Orang yang dapat menolongnya untuk menyalakan mesin motor. Tapi jalan sempit ini sepi dan kosong. Hanya ada Amanda seorang diri.

"Tarik napas buang napas." Amanda menarik nafas dalam-dalam. Mengatur emosinya agar tidak panik dan takut. Walaupun pikirannya mulai melayang-layang teringat perkataan Syafira sebelum dia meninggal. Lahan kosong itu angker. Beraroma bunga melati tiap ada hembusan angin. Serem.

Amanda menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir imajinasi pikiran yang makin membuat jantungnya berdegup kencang.

"Ah, paling akinya ngadat, minta disetrum biar greng lagi. Besok ya aku bawa kamu ke bengkel," ucap Amanda sembari menuntun motornya melewati pinggiran lahan kosong.

"Mandaaa, Amanda." Terdengar suara perempuan memanggilnya. Dari arah belakang punggung Amanda.

Amanda mempercepat langkah kakinya. Menyeret motor matic-nya yang lumayan berat, sambil berucap ketakutan. "Tidak mungkin. Tidak mungkin. Aku pasti salah. Syafira sudah tiada. Mana mungkin dia bisa memanggil-manggilku? Jelas-jelas kami sudah berada di alam yang berbeda. Pasti ini imajinasiku saja."

"Manda, Mandaaaa ...." Suara Syafira terdengar makin keras dan jelas. Bahkan Amanda merasakan punggungnya ditepuk dari belakang.

"Aaarggghh!" Amanda ketakutan. Ia tak sanggup lagi menuntun motornya dan melepaskan begitu saja. Motor terhempas dengan kuat hingga menumbulkan bunyi berdebum. Amanda tidak peduli. Dia harus lari secepat kilat menghindar dari tangkapan hantu Syafira.

Tapi belum juga maju beberapa meter. Sebuah tangan melingkar di perut Amanda. Menarik tubuh Amanda dengan gesit ke belakang, hingga Amanda dapat merasakan punggungnya menabrak sebuah tembok yang begitu keras. Amanda langsung memberontak kuat-kuat melepaskan diri dari cengkeram hantu.

"Manda, Manda, tenang, Manda. Ini aku Elang." Elang mendekap Amanda erat-erat. Khawatir Amanda bakal pingsan lagi karena ketakutan dipeluk seseorang dari belakang.

"Sssttt! Tenang, Manda. Ini aku Elang. Aku akan melepaskanmu jika kamu sudah lebih tenang. Jangan lari lagi. Kau sudah aman bersamaku," ucap Elang lembut.

Suara Elang yang menyejukkan, perlahan membuat Amanda berhenti memberontak.

"Elang?" Amanda membuka matanya dan melihat bahwa tangan yang melingkar di perutnya adalah tangan manusia. Bukan tangan hantu.

Amanda memutar kepalanya dan melihat Elanglah yang ada di belakangnya.

"Elang, Elang, syukurlah aku bertemu denganmu di sini. Motorku ... Motorku mogok dan aku tadi mendengar suara Syafira memanggil-manggil aku," tutur Amanda cepat-cepat.

Elang mengangguk dan tersenyum lembut. "Aku angkat motormu dulu ya, Manda."

Elang melepas pelukannya dan mengangkat motor Amanda. Menekan tombol starter dan motor pun menyala. Siap melaju kembali.

"Lho! Sekarang kok nyala sih? Padahal tadi mogok. Aku tidak bohong, Elang," ucap Amanda tak percaya motornya baik-baik saja di tangan Elang. Elang membalas dengan tersenyum pada Amanda.

"Aku antar kamu pulang untuk mengambil barang-barangmu. Setelah itu, aku antar kamu ke motel yang ada di daerah perumahanku. Besok baru cari kos-kosan untuk tinggal sementara."

Amanda mengangguk. "Terima kasih, Elang."

Elang dan Amanda pun segera pergi meninggalkan lahan kosong dengan menaiki motor Amanda. Setelah sampai di pekarangan rumah Amanda dan memarkir motor di samping tembok, Elang buka suara. "Sebenarnya kamu tadi ngapain sih? Kok bengong di depan lahan kosong itu? Aku perhatikan dari dalam mobil, kamu berdiri di depan lahan kosong itu hampir setengah jam loh!"

"Apa? Aku berdiri bengong di depan lahan kosong 30 menit? Tidak mungkin, Elang. Motorku itu mogok, aku mendorongnya beberapa meter. Aku sama sekali tidak berlama-lama bengong di sana. Serem lagi. Sudah malam. Ngapain gak langsung pulang aja," bantah Amanda.

"Kamu tidak percaya?" Elang mengambil ponselnya dan membuka galeri video yang sempat merekam tindakan aneh Amanda.

Amanda pun langsung memperhatikan video yang diputar di ponsel Elang. Nampak dirinya turun dari atas motor lalu menjatuhkan motornya begitu saja di jalanan. Kemudian berdiri terdiam menatap kosong lahan yang dipenuhi ilalang tinggi. Cukup lama. Seperti sedang melamun. Pikirannya kosong.

Amanda bergidik melihat penampakan dirinya di video rekaman Elang. Sepertinya memang benar wujud dirinya sedang berdiri di sana. Tapi entah siapa yang ada di dalam tubuhnya saat itu. Seakan bukan jiwanya yang ada di dalam tubuhnya sendiri. "Kok aku bisa begini ya? Apa aku kesurupan?"

Elang menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah percaya hal-hal mistis seperti itu. Ia lebih percaya teori kedokteran yang mengatakan bahwa manusia yang terlalu larut dalam kesedihan, terkadang suka menyendiri dan melamun. Menurut Elang, Amanda sedang pada tahap ini. Sehingga dia bengong di tempat almarhumah sahabatnya mengatakan hal-hal yang telah mengganggu pikirannya.

Sambil berjalan ke arah teras, Amanda bertanya, "Kok kamu bisa ada di sana, Elang?"

"Setelah berpisah denganmu di ruang otopsi siang tadi, aku bersama Arjuna pergi ke lahan kosong itu. Karena kamu bercerita kalau Syafira ketakutan tiap lewat sana. Kami pun ingin melihatnya secara langsung dan membuktikannya. Apakah benar ada aroma bunga melati?" jelas Elang.

Selain itu, Elang dan Arjuna juga sempat bertanya-tanya pada warga sekitar tentang Syafira. Apakah mereka mengenal Syafira? Pernah melihat Syafira bersama orang yang mencurigakan? Apakah pernah melihat kejadian aneh di depan lahan kosong? Mereka mencari saksi mata sekaligus informasi tentang Syafira.

"Lalu?" tanya Amanda.

"Tidak ada apa-apa di sana. Warga setempat juga mengatakan kalau tidak pernah mencium bau bunga melati atau dengar suara aneh," jawab Elang.

"Itu karena hidungmu tidak sepeka Syafira," balas Amanda.

"Mungkin, bisa jadi." Elang manggut-manggut sambil menarik sesuatu dari saku celananya. Dua pasang sarung tangan karet dan alas kaki dari kain warna putih. Lalu menyodorkannya ke arah Amanda.

"Pakai ini agar TKP tetap steril. Ingat, jangan menyentuh apa pun selain barang-barang yang ada di kamarmu. Ambil seperlunya saja. Biar kita bisa lekas pergi dari TKP," jelas Elang.

Amanda mengangguk.

Setelah membantu Amanda memakai alas kaki dari kain, Elang segera menarik police line kuning yang meenyilang di depan pintu. "Masuklah, tidak dikunci kok."

Amanda membungkuk dan masuk ke dalam rumahnya bersama Elang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 13. Makin Runyam

    Hacing! Hacing! Terdengar suara bersin dari dalam gudang penyimpanan file-file tua. "Yaks!" Arjuna terpaksa melepas maskernya yang basah karena ingusnya berhamburan kemana-mana. Setelah membersihkan hidungnya, Arjuna memakai masker baru. Syukurlah, tak berapa lama kemudian, Arjuna berhasil keluar membawa berkas yang diminta Pak Elang. Kasus pembunuhan 25 tahun yang lalu. "Ini berkasnya, Pak." Arjuna meletakkan dua buah map kertas yang warnanya sudah menguning kecoklatan. Sebelumnya Arjuna sudah membersihkan debunya lebih dahulu agar tangan atasannya tidak kotor saat membuka lembaran-lembaran kertas berbau apek itu. "Makasih banyak, Juna." Elang tersenyum senang dapat segera membaca berkas yang diperintahkan almarhum Pak Darmadi. Semoga Elang mendapat informasi baru. Elang pun membaca satu persatu berkas itu dengan teliti. *** Dua puluh lima tahun yang lalu. Di sebuah rumah sederhana, terlihat seorang pria bertubuh tinggi besar sedang marah-marah. Ia membanting semua barang yan

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 12. Badan Forensik

    Dewi malam bersinar menerangi kantor Badan Forensik. Nampak dua orang satpam yang bertugas patroli keliling gedung sedang bercakap-cakap. "Emang ada kasus baru apa, Pak? Kok saya sampai disuruh lembur malam ini?" tanya Hendra kepada seniornya. "Udah gak usah cerewet kamu, pokoknya kamu dibayar kalau lembur malam ini. Katanya kamu butuh tambahan uang buat nyicil sepeda motor, ya udah disyukuri aja kalau ada rejeki datang," sahut Dimas yang separuh rambutnya sudah mulai kelabu. "Ya, ya, ya," timpal Hendra tak lagi banyak bertanya. Emang susah bicara dengan Pak Dimas. Selalu saja ujung-ujungnya Hendra dibuat tak bisa membalas ucapannya. Kedua satpam itu kembali berpatroli. Namun, ketika melewati pintu bertulis kata toilet, Dimas diam-diam memperlambat langkahnya, masuk ke dalam toilet. Tanpa berpamitan lebih dahulu pada Hendra. Hendra yang tidak mengetahui kalau partner patrolinya berbelok ke toilet, tetap berjalan menyusuri koridor lantai dua kantor badan forensik. Makin lama,

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 11. Hantu di Sekelilingku

    Elang memutuskan untuk kembali ke kantor polisi setelah menurunkan Arjuna di mess dan Amanda di rumahnya. Elang memilih untuk kembali bekerja. Membuang semua lelah dan rasa kantuknya. Memeriksa beberapa berkas penting yang berhubungan dengan kasus Syfira, Samuel dan Priska. Kematian tiga orang ini memiliki persamaan. Pertama, jenazah mereka sama-sama terbalik posisi kepalanya. Kedua, ditemukan pigura berisi foto 10R yang dikirim oleh pengirim anonim di dalam TKP. Ya, sebelum kembali ke Surabaya, Elang sudah memastikan sesuatu. Beberapa hari sebelum Samuel dan Priska terbunuh di vila, datang sebuah hadiah dengan kartu ucapan merah di vila milik Samuel. Tukang kebun yang bekerja di vila yang menerima hadiah tanpa nama pengirim. Lalu membawanya ke dalam kamar tidur Samuel. Meletakkannya di atas nakas yang ada di sebelah tempat tidur. Brak! Elang meletakkan tumpukan berkas kasus pembunuhan yang pernah terjadi sebelumnya, di atas meja kerjanya. Kasus pembunuhan itu masih belum terpeca

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 10. Foto Polaroid

    Elang mengajak Amanda dan Arjuna pergi ke sebuah cafe yang buka sampai pagi. Di kota kecil yang berhawa sejuk ini, Elang memesan seteko besar kopi susu dan dua piring pisang goreng bertabur cokelat. Untuk menemani mereka bertiga agar tidak mengantuk saat berbincang. Karena hari sudah mulai larut malam."Kamu bisa mulai bercerita, Manda." Elang menyandarkan tubuhnya yang capek ke sofa empuk. Menunggu informasi baru keluar dari mulut Amanda.Amanda tersenyum dan membongkar isi tas pinggang yang dibawanya. Amanda mengeluarkan secarik kertas kecil dari sana. Lalu meletakkannya di meja. Dan mendorongnya ke arah Elang. "Tadi siang aku mendapatkan ini di meja kerja Syafira."Elang memajukan tubuhnya ke meja. Mengambil kertas kecil yang diberikan Amanda."Foto polaroid?" tanya Elang sambil mencermati kertas kecil itu. Lagi-lagi foto bergambar Syafira sedang makan ramen panas. Persis seperti foto 10R yang dirobek dan dibakarnya tadi pagi.***Beberapa jam sebelumnya.Kling! Kling! Kling! Hias

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 9. Vila Berdarah

    Amanda bergidik ngeri mendengar penuturan Prisil. Dia tidak menyangka suami Prisil ditemukan tewas mengenaskan bersama adiknya. Dengan kondisi jenazah persis seperti Syafira. Kepala yang terbalik. Pantas saja Prisil pingsan seketika. Karena Amanda dulu juga langsung pingsan karena kaget melihat jenazah Syafira. "Aku akan membicarakan hal ini dengan Elang. Sekarang dia pasti sedang menyelidiki kasus terbunuhnya pasangan selingkuh di vila. Aku yakin pelaku pembunuhan yang membunuh mereka berdua itu sama dengan pembunuh Syafira," gumam Amanda lirih. Romo Thomas yang ada di samping Amanda langsung membuat tanda salib di dahinya. "Mari kita doakan mereka berdua agar jiwa mereka diampuni dan diterima dalam kerahiman Tuhan." Semua mengangguk setuju. Mereka pun segera berdoa bersama dipimpin Romo Thomas. "Amin." Romo Thomas mengakhiri doa bersama. Dan mereka membuat tanda salib bersama-sama. Prisil menghela nafas panjang sebelum berpamitan pulang. "Mbak Prisil yakin bisa pulang se

  • Mayat Berkepala Terbalik   Bab 8. Pengantin Baru

    Di dalam sebuah ruang tamu kecil, duduk seorang perempuan cantik. Raut wajahnya terlihat sangat murung. Sesekali ia mengusap tissue ke wajahnya. Menghapus tetes air mata yang terus meleleh membasahi pipi. Tap! Tap! Tap! Terdengar suara langkah ringan mendekati ruang tamu kecil itu. Tak berapa lama Romo Thomas yang rambutnya sudah penuh uban muncul. "Selamat pagi, Romo," sapa perempuan cantik sambil buru-buru berdiri menyambut kedatangan Romo Thomas yang sangat ia segani. "Pagi, Anakku. Silahkan duduk kembali," balas Romo Thomas sembari duduk di hadapan perempuan cantik itu. Tubuhnya yang kurus dan tua perlahan disandarkan pada kursi warna putih. Setelah semuanya duduk di kursi, Romo Thomas bertanya dengan suara lembut," Apa yang telah terjadi? Kenapa kau begitu sedih, Anakku?" Perempuan cantik itu berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang terasa sesak karena terlalu lama menangis. Perlahan mulai menumpahkan isi hatinya pada Romo Thomas. "Saya baru saja menikah dan pu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status